Santri Rantau Nurul Jadid Asal Medan, Rela Tak Pulang Kampung Demi Menuntut Ilmu di Pesantren
nuruljadid.net – Hidup jauh dari orang tua dan merantau ke luar pulau demi menuntut ilmu menjadi lumrah bagi kebanyakan santri. Tak hanya dituntut hidup mandiri, santri juga harus memiliki niat dan tekad yang kuat untuk melangkahkan kaki membawa diri berdamai dengan jarak, ruang, dan waktu yang tak lagi sama dengan masa sebelum nyantri. Santri juga harus berupaya untuk bertahan di pesantren dengan ikhlas dan sabar tanpa batas semata untuk mengharap ridho Allah SWT.
Itulah yang dirasakan Bilhakqi Maha (13), santri asal kota Medan provinsi Sumatra Utara yang harus rela tinggal jauh dari orang tuanya di kampung halaman demi cita-cita mulia menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, provinsi Jawa Timur usai tamat sekolah dasar.
Pada awalnya, keinginan mondok sudah ada sejak Bilhak, panggilan akrabnya, masih kecil. Kakeknya yang juga alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi motivasi awal bagi Bilhak untuk nyantri belajar ilmu agama di pulau Jawa. Ibarat dayung bersambut, niat baik Bilhak tersebut didukung penuh oleh kedua orang tuanya sehingga tekadnya semakin bulat untuk melanjutkan studi di tanah Jawa.
Sejak memulai pendidikannya di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Bilhak harus rela berkorban menahan rasa rindu dan tidak kerasannya demi belajar agama nan jauh dari kampung halaman di pulau Sumatra. Tak jarang Bilhak merasa sedih tak kuasa membendung air matanya karena rindu kebersamaan dengan keluarga di kampung. Hari berganti hari, berganti minggu dan bulan, Bilhak harus menguatkan diri untuk menetap dan tidak pulang ke kota Medan karena harus mondok.
“Sudah satu tahun saya mondok, setiap liburan saya hanya bisa pulang ke rumah saudara di Besuki Situbondo (Jawa Timur) dan tak pernah pulang ke Medan. Tapi orang tua menyusul ke Besuki, jujur saya rindu kampung halaman dan teman-teman disana” ungkapnya saat diwawancarai oleh Tim Nurul Jadid Media pada Ahad (07/05) sore.
Motivator bagi Teman
Jarak tidak lantas membuat Bilhak berkecil hati, dengan motivasi kuat dari dalam diri, ia berhasil memberikan pemaknaan yang positif dari setiap perjalanan hidup yang Bilhak lalui. Mengubah suasana yang melankolia menjadi bahagia dengan rasa syukur tak terhingga.
Di lingkungan belajarnya, disadari atau tidak, sebagian temannya termotivasi oleh perjuangan Bilhak, meskipun berasal dari daerah terjauh dibanding temannya yang lain di asramanya, ia tak putus semangat dalam menuntut ilmu, bahkan di saat teman yang lain tidak kerasan, Bilhak menghiburnya agar betah di pesantren.
Saat Tim Nurul Jadid Media mewawancarai beberapa temannya di asrama I’dadiyah, khusus santri tahun pertama, tempat dia bermukim dan belajar di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Denis Eldiansyah (12) santri asal Jawa Timur mengungkapkan bahwa Bilhaklah yang selalu menghiburnya, saat dirinya mulai merasa tidak betah di pondok.
“Bilhak ini orangnya lucu dan suka menghibur. Dia juga memiliki semangat yang bagus, masak saya yang dekat mau kalah semangat dengan dia yang dari jauh. Dialah salah satunya sebab saya bisa kerasan mondok,” ungkap Denis santri asal kabupaten Jember.
Dari kisah Bilhakqi Maha, kita bisa mempelajari semangat juang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu tanpa mengenal kata “tapi dan nanti”. Karena baginya pergi untuk menuntut ilmu apalagi agama adalah misi mulia dan termasuk perjuangan, berjuang untuk hari yang lebih baik, berjuang melawan ego, kesabaran dan juga menahan kerinduan, berjuang mengukir kenangan tanpa batas dan mengharap balas kecuali ridho Allah SWT. Perjuangan ini juga untuk kembali kepada orang tersayang, bekal kehidupan.
Semoga kisah ini juga bisa menginspirasi dan memotivasi teman-teman yang memiliki keinginan untuk mondok namun masih risau dengan jarak yang terlalu jauh. Teringat esensi sajak yang terangkum dalam Kitab Diwan Imam Asy-Syafi’i:
“Merantaulah …
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang”
-Imam Asy-Syafi’i, puisi mahsyur berjudul merantau, diterjemahkan dari Kitab Diwan Imam Asy-Syafi’i-
(Humas Infokom)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!