Harlah PPNJ Ke 72: Teladan Dakwah Kiai Zaini Mun’im, dari Memberdayakan Ekonomi ke Memperkenalkan Nilai-Nilai Agama
/0 Comments/in Artikel/by Humas Infokomnuruljadid.net- “Saya membuat Pondok ini bukan hanya mencetak Kiai saja, tapi sekaligus ingin mencetak manusia yang siap terjun dan diterima masyarakat”. KH. Zaini Mun’imPondok Pesantren (PP) Nurul Jadid telah memasuki usia yang ke 72. Hal ini sesuai dengan akan digelarnya peringatan hari lahir PP. Nurul Jadid yang ke 72 pada tanggal 13-14 Maret 2021. Dalam kurun waktu yang relatif panjang itu, PP. Nurul Jadid hingga saat ini tetap istiqomah mendidik santri menjadi pribadi yang berkarakter, berdedikasi tinggi dalam semangat nilai-nilai agama. Bahkan, sejak awal berdirinya, pesantren yang didirikan oleh Al Magfurlah KH Zaini Abdul Mun’im atau dikenal KH Zaini Mun’im telah menjadi wahana mempersiapkan generasi bangsa yang berkarakter, berwawasan dan berdedikasi tinggi pada bangsa, masyarakat dan agama.
Akan tetapi bukan itu yang akan dibahas dalam tulisan ini, namun, yang ingin saya ketengahkan dalam tulisan ini ialah bagaimana teladan dan metode dakwah yang dilakukan oleh Kiai Zaini Mu’im sebagai pendiri PP. Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Dalam momentum Harlah PP. Nurul Jadid yang 72, tentu yang diinginkan oleh khalayak santri, alumni dan masyarakat adalah keteladan Kiai Zaini Mun’im, sehingga menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita para santrinya mengikuti jejak beliau dalam memperjuangkan nilai-nilai agama.
Dalam buku yang ditulis M Masyhur Amin dan M Nasikh Ridwan tentang KH Zaini Mun’im (Pengabdian dan Karya Tulisnya) dijelaskan bahwa KH Zaini Mun’im adalah seorang ulama yang memiliki kepedulian terhadap kondisi kemiskinan dan keterbelakangan rakyat akibat penjajahan dan kekejaman pemerintah kolonial Belanda. Memang kala itu, beliau sudah dikenal oleh masyarakat luas karena sering memberi bantuan kepada masyarakat, terutama keampuhan doa-doanya.
Dalam berdakwah, Kiai Zaini Mun’im lebih mengutamakan dakwah bilisanil hal. Artinya beliau dalam berdakwah tidak melalui pendidikan terlebih dahulu, akan tetapi dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat yaitu membedayakan masyarakat bidang ekonomi dan disertai dengan nilai-nilai agama. Pada awal mula beliau datang ke Tanjung¬¬¬¬¬-sekarang Desa Karanganyar, terlebih dahulu mempelajari situasi dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar. Karena Desa Karanganyar dulu merupakan pusatnya Bromocora, penyabung Ayam, Perjudian, Pelacuran dan sebagainya. Sehingga rawan pencurian, perampokan dan lain-lain.
Dalam situasi masyarakat yang demikian itulah, Kiai Zaini Mun’im memperkenalkan cara bercocok tanam yang baik, karena beliau melihat tanah di Desa Tanjung cukup produktif jika digunakan untuk bercocok tanam, hanya saja masyarakatnya tidak bisa memanfaatkannya dengan baik. Tanaman yang pertama kali diperkenalkan oleh Kiai Zaini Mun’im adalah tembakau yang bibitnya diambilkan dari Madura. Awalnya, bibit ini sebagai percobaan di desa Karanganyar.
Dari situlah muncul ungkapan jika ada masyarakat yang akan mengadakan hajatan seperti mantenan, slametan dan lain sebagainya, mereka selalu bilang “tunggulah nanti pada musim tembakau”. Ungkapan ini menunjukkan betapa Kiai Zaini Mu’im telah berhasi merubah paradigma masyarakat, sehingga mereka bisa meninggalkan kebiasan-kebiasaan lama yang kurang baik. Berkat upaya Kiai Zaini Mun’im ini, sekarang tanaman tembakau menjadi andalan dan sandaran hidup masyarakat Paiton, dan saat ini pula banyak berdiri Gudang-Gudang tembakau dan Pabrik Rokok seperti PT. Gudang Garam di Paiton dan PT Sampoerna di Kraksaan.
Perubahan-perubahan sosial yang telah dilakukan KH Zaini Mun’im bersama santri-santrinya pada masyarakat Karanganyar tersebut, kemudian dibalas dengan sikap simpati masyarakat berupa dukungan terhadap perkembangan pesantren Nurul Jadid. Di antaranya adalah dukungan masyarakat Karanganyar terhadap berdirinya Lembaga Pendidikan mulai Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT). Bahkan, Pesantren yang kini diasuh Kiai Zuhri Zaini ini, nampaknya mendapat pengakuan yang cukup luas di kalangan masyarakat. Terbukti dengan semakin banyaknya jumlah santri yang berdatangan dari segala penjuru tanah air, bahkan dari luar negeri (Singapura dan Malaysia).
(Santri PP. Nurul Jadid tahun 2005-2012, Sekarang mengabdikan diri sebagai Dosen Tetap Universitas Nurul Jadid)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!