Tangisan Rindu Nurul Jadid, Santri Asal Kepulauan

nuruljadid.net- “Pada saat terbangun dari tidur, aku selalu ingat pada teman-temanku di Pondok, ingat pada kiai dan guru-guru. Terkadang aku menangis mama, hingga air mata membasahi bajuku. Lihat jika mama tidak percaya” Kalimat ini diucapkan oleh Ahmad Subhan, Santri yang berasal dari Pulau Kangean Madura.

Setelah Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Jawa Timur memutuskan liburan Pesantren lebih awal akibat mewabahnya pandemi covid-19 di Indonesia. Maka liburan panjang dialami oleh santri-santri Nurul Jadid.
Akibatnya, banyak ungkapan kerinduan pada Pesantren. Kerinduan tersebut diungkapkan melalui video pendek dengan berbagam macam kalimat. Berbeda dengan santri yang bernama Ahmad Subhan. Ia lebih menceritakan kerinduannya pada mama dan ayahnya.

Ahmad Subhan santri berasal dari Kepulauan Kangean, Sumenep, Maduara. Ia merupakan santri yang berstatus siswa di Madrasah Aliyah Nurul Jadid (MANJ) bertempat di kelas XI, ingin segera balik ke Pondok. Ia menceritakan kerinduan untuk balik ke Pesantren kepada mamanya hampir setiap hari dengan mata yang membengkak akibat menangis yang tak berkesudahan. Sehingga membuat mamanya tidak mampu menahan air matanya juga, sembari berkata:

“Nak, kita berdo’a ya, agar virus corona segera hilang di dunia ini terutama di Indonesia. Nanti setelah virus ini tiada, Pesantren akan mengeluarkan pemberitahuan waktu kembalian santri dengan segera. Saya yakin itu nak. Makanya disamping kita harus mengikuti protap yang ditetapkan pemerintah, kita jangan lalai berdo’a kepada Allah. Karena Dialah dzat yang mengatur segalanya,” Ucap Siti Maryam, Mamanya Ahmad Subhan dengan suara terbata-bata.

Iya ma, saya selalu memanjatkan do’a saya pada Tuhan. Saya meminta agar virus yang menakutkan ini segera berakhir dan semua sahabat-sahabat saya santri yang lain bisa belajar lagi di Pesantren.

Diam dirumah dan tidak memiliki aktifitas yang produktif ini sangat membosankan. Tidur, bangun, main HP, tidur lagi, bangun lagi. Ini sebenarnya saya lakukan untuk menghilangkan kejenuhan. Saya ingin belajar seperti di Pesantren Nurul Jadid tempat saya mondok, yang sangat teratur, ada guru pendamping yang paling sangat saya ingat saat ngaji kepada para kiai di Pesantren,” Kata Ahmad Subhan pada nuruljadid.net-.

Pria yang berumur 17 tahun ini, mengungkapan kerinduan pada Pesantren kepada teman-temannya, ini salah satu cara agar kerinduannya bisa sedikit terobati.

“Lewat do’a saya, terpanjat harapan agar semua keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Jadid dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Begitu juga guru dan sahabat-sahabat saya, semoga Tuhan melimpahkan kasih sayang pada mereka,” Tambahnya.

 

Pewarta : PM

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *