Pos

Menjelang Hari Santri Nasional, Panji Pelopor Putri Menggali Potensi Diri

nuruljadid.net- Panji Pelopor Putri kembali merapatkan barisan untuk memperkuat ikon diri sebagai etalase Pondok Pesantren Nurul Jadid di aula mahrom Wilayah Al-Hasyimiyah.

Tugas utama Panji Pelopor adalah menjadi Event Organizing (EO) dalam acara-acara besar yang diadakan oleh Pondok Pesantren Nurul Jadid. Selain sebagai EO, Panji Pelopor juga bertugas sebagai Protokoler di masing-masing wilayah untuk menyambut tamu dan mengkondisikan lalu lalang santri. Panji Pelopor menjadi ikon Nurul Jadid, sebab tamu Nurul Jadid akan menilai Pesantren dengan cara Protokuler menyambut dan memperlakukan tamu.

Acara Kumpul Bareng Panji Pelopor Putri yang dilaksanakan pada Senin, (10/10/2017) tepat jam 20.00 WIB tersebut, berjalan lancar dan penuh antusias. Acara ini menjadi titik awal untuk gerakan-gerakan positif selanjutnya baik dalam kegiatan besar pesantren atau kegiatan di wilayah masing-masing. Selain itu, acara ini juga untuk menyamakan presepsi dan menata kembali niat mengabdi anggota Panji Pelopor Putri untuk Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Ny. Hj. Khodijatul Qodriyah, Penyaji dalam acara yang juga menjadi Pembina Panji Pelopor Putri menjelaskan bahwa untuk menjadi pribadi istimewa harus dibarengi dengan terus menggali potensi diri, sebab ketika potensi diri belum ditemukan akan susah menentukan tujuan hidup.

Potensi diri dapat dilihat dari bagaimana proses berpikir, merasakan keadaan diri, lingkungan dan orang lain, mengasah kecerdasan menghadapi kesulitan dan bagaimana berproses mengenali jati diri masing-masing. Dalam acara, anggota Panji pelopor diajak mengenali potensi diri masing-masing dengan serangkaian panduan yang dipandu langsung oleh Neng I’ah –sapaan akrab Ny. Hj. Khodijatul Qodriyah.

Setelah mengetahui potensi diri masing-masing, anggota Panji pelopor tersebut kemudian diarahkan untuk mengembangkan diri dalam komunitas masing-masing. Langkah yang ditempuh lebih akurat dan lebih tertata, sesuai dengan potensi masing-masing anggota panji pelopor. Dengan menggali potensi tersebut, penugasan dilapangan menjadi lebih efektif dan efesien.

“Pada akhirnya bagaimana perkumpulan ini dapat menjadi wahana mengasah potensi menjadi kekuatan diri,” ujar Neng I’ah.

Dalam prosesnya masing-masing anggota Panji Pelopor akan mengasah diri bersama dalam satu wadah agar bisa menjadi perempuan yang bisa diandalkan, perempuan yang cekatan dan serba bisa.

“Saya berharap para panji pelopor ini menjadi perempuan cekatan yang serba bisa,” imbuh neng I’ah. (IND)

 

Klinik Az Zainiyah; Pelantikan POSKESTREN Perdana Tetap Berjalan Lancar

nuruljadid.net Jumat malam (29/09/2017) klinik Az-Zainiyah mengadakan pelantikan pengurus dan kader Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN). Pelantikan perdana kader kesehatan wilayah putri ini dilaksanakan di wilayah Al-Hasyimiyah. Tepatnya di depan mushalla dengan dihadiri oleh seluruh pengurus Badan Koordinator Pengurus Putri (BKPP) serta staf dan karyawan klinik Az-Zainiyah. Turut hadir pula Kepala Pesanten KH. Hamid Wahid, M.Ag.

Tepat pukul 20.05 WIB acara dimulai dengan pembukaan oleh pembawa acara. Proses acara sempat terganggu tepat ditengah pembacaan sholawat nabi disebabkan gerimis. Meski sempat terganggu, acara pelantikan POSKESTREN tetap dilanjutkan.

“Pembentukan kader kesehatan ini (POSKESTREN, Red) dalam rangka meminimalisir adanya potensi-potensi penyakit yang sewaktu-waktu bisa datang” ungkap KH. Hefniy Rozak, M.Pd. dalam sambutan pidatonya selaku direktur klinik Az-Zainiyah.

KH. Hefniy juga menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatan dimulainya acara yang seharusnya dimulai tepat pukul 20.00 WIB. Menurut beliau, waktu adalah komponen yang penting terutama bagi kader kesehatan, sebab setiap detik dalam kesehatan bertaruh dengan nyawa.

Setelah sambutan dari direktur klinik Az-Zainiyah, acara dilanjutkan dengan prosesi pelantikan POSKESTREN. Diawali dengan pembacaan Surat Keputusan oleh Ahmad Kholid, S.Kep. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuhan oleh dr. Nina Kartika. Pembacaan ikrar dipimpin oleh KH. Hamid Wahid. Terdapat 28 kader kesehatan POSKESTREN yang terlantik dihadapan seluruh tamu undangan dan santri wilayah Al-Hasyimiyah.

Acara pelantikan juga diisi dengan tausiyah oleh KH. Hamid Wahid, M.Ag. Dalam tausiyahnya, beliau berpesan terutama kepada para kader kesehatan POSKESTREN bahwa segala sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama dapat lebih mudah. Beliau berharap dengan adanya POSKESTREN dapat membantu Pesantren dalam menjaga kesehatan santri. Menurut beliau, perjalanan hidup yang sehat dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan perjalanan hidup seseorang pada akhirnya. (ADK)

 

Lomba Shalawat Menyambut PHBI

nuruljadid.net – Perlombaan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam, red) kali ini menyajikan berbagai lantunan irama syahdu dari musholla wilayah Al-Hasyimiyah. Pasalnya perlombaan sholawat antar lembaga dilaksanakan di wilayah Al-Hasyimiyah, tepat pada hari Kamis (07/09/2017). Karena adanya acara tersebut, tampak musholla Al-Hasyimiyah diwarnai oleh berbagai santri (putri, red) dari masing- masing lembaga dan masing-masing wilayah di Pondok  Pesantren Nurul Jadid.

Sebelum perlombaan berlangsung, tampak panitia PHBI dan anggota FKO terlihat sibuk, guna mempersiapkan keperluan yang dibutuhkan untuk keberlangsungan acara tersebut.  Para panitia PHBI dan anggota FKO menggunakan pakaian dengan warna yang sama (Kerudung berwarna merah dan baju berwarna putih, red) guna untuk dapat memudahkan dalam membadakan identitas  panitia. Perlombaan tersebut dilaksanakan tak lama setelah kegiatan (Rutinitas para santri ketika malam jum’at, usai sholat isya’ berjama’ah, red) dari pihak pesantren.

Adapun peserta yang mengikuti acara tersebut meliputi lembaga sekolah dari tingkat SLTP sampai SLTA. Oleh sebab itu, para sporter berdatangan untuk memberikan semangat dan dukungan untuk lembaganya masing-masing. Jadi tak heran jika wilayah Al-Hasyimiyah khususnya di musholla (daltim, red) pada malam tersebut diramaikan oleh santri wilayah lain. Penampilan pertama dari delegasi SMP Nurul jadid, disusul peserta kedua perwakilan dari MAN 1 Probolinggo, dan diakhiri oleh delegasi dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Probolinggo.

“Bahagia, karena bisa menambah pengalaman,  berusaha dan memberikan yang terbaik untuk…(Nama instansi sekolah). Luar biasa dan cukup memuaskan meskipun tardapat sedikit problem ketika perfom, tapi saya yakin apapun dan bagaimanapun hasil kami ketika pengumuman di penutupan  PHBI nanti saya pasrahkan semua kepada Allah, karena Allah Maha mengetahui dan Maha adil, dan pastinya usaha tidak akan mengkhianati hasil,” Ujar salah seorang peserta yang kami (kru Al-hasyimy post, red) temui usai acara perlombaan berlangsung.

Tak hanya lomba sholawat, berbagai macam perlombaan diselenggarakan oleh pihak panitia guna memperingati hari besar besar  Islam. Beragam perlombaan telah terealisasi dengan maksimal. Tentunya berbagai harapan dan tujuan selalu terpuai dalam setiap perlombaan salah satunya untuk mencetak santri yang berkualitas dan mengharumkan nama Pondok pesantren Nurul Jadid. ”Tujuan  diadakannya lomba sholwat ialah agar dapat mencetak santri yang mampu dan mahir dalam bidang sholawat,” ungkap salah seorang panitia PHBI yang kami temui usai acara berlangsung. (DRA)

“Melupakan Rumah” dengan Lomba Takbir Akbar

Idul adha merupakan momen merayakan hari berbagi kebahagian bersama teman setelah sebelumnya pada idul fitri merayakan hari kemenangan bersama keluarga. Biasanya, para santri melewatkan idul adha dipondok dengan Lomba Masak Sate.

Berbeda dengan tahun lalu, Untuk menyemarakkan hari raya idul adha, dan mewadahi kreativitas santri dalam memainkan alat musik sederhana berupa botol air mineral dan botol kaca, (31/08) Bagian Diklat dan Keterampilan mengadakan Lomba Takbir Antar Daerah. Setiap daerah mendelegasikan sepuluh orang anggotanya, lima orang penabuh dan lima orang pengisi suara. Setiap daerah hanya boleh mendelegasikan satu kelompok dan membawa peralatan tabuh masing-masing.

Lomba yang dimulai jam 20.30 WIB tersebut menjadi ajang bersaing sehat antar daerah. Instrumen unik, tempo bermacam-macam, ketepatan tabuhan, kostum para peserta serta adu kekuatan suara khas vokalis menjadi tolok ukur kekompakan masing-masing peserta dan penilaian dewan juri. Kegiatan yang digelar di depan musholla tersebut sukses membuat para penonton larut dalam kebahagiaan hingga tanpa dikomando penonton ikut melafalkan takbir bahkan ada juga yang sampai meneteskan air mata.

“Lomba ini diadakan salah satunya untuk melupakan kenangan rumah, pengen lebaran bareng keluarga dalam pikiran para santri, terutama santri baru. Selain mereka terhibur juga untuk meraup pahala dari takbiran bareng malam ini,” ucap KaBag. Diklat dan Keterampilan, Sherly Dwi Agustin. (Af)

Geleri Foto: Gerak Jalan Unik Wilayah Al Hasyimiyah

Perbarui Cinta Tanah Air dengan Menonton Bareng

nuruljadid.net – Berbagai revolusi yang tengah terjadi di pondok pesantren Nurul Jadid benar-benar menjadi kejutan dan  memberikan warna-warna baru bagi kehidupan santri. Mulai dari integrasi Madrasah Diniyah Nurul Jadid, sistem pembayaran yang terpusat, pengelolaan keuangan santri dengan menggunakan Briva yang dipelopori wilayah Al-Hasyimiyah, hingga perubahan yang paling hangat menjadi obrolan para santri di bulan Agustus ini adalah Gebyar Kemerdekaan RI yang ke-72. Mencolok sekali perbedaannya dengan peringatan kemerdekaan di tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya adalah dari awal bulan Agustus, seantero Nurul Jadid telah diramaiakan dengan umbul-umbul serta bendera merah putih.

Menyambut hari lahirnya bangsa Indonesia, kali ini Pondok pesantren Nurul Jadid mengupayakan adanya nafas dalam  memperingati hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Hal tersebut merupakan upaya untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme pada setiap santri serta bentuk implementasi dari kesadaran berbangsa dan bernegara yang merupakan salah satu poin dalam panca kesadaran santri.

Berbagai agenda yang dilaksanakan bervariasi. Mulai dari menonton bersama film yang bergenre nasionalisme, mengadakan istighosah, serta upacara pengibaran dan penurunan bendera. Pemutaran film perjuangan sendiri dilaksanakan dua kali. Pertama, dilaksanakan pada hari kamis (10/08) dengan judul film Tanah Surga, Katanya.

Film itu berhasil menyentuh hati para santri sampai membuat beberapa santri meneteskan air mata. Antusiasme santri pada agenda pertama tersebut sangat terlihat dari cara mereka yang berbondong-bondong mendatangi tempat acara, yaitu di depan asrama I’dadiyah.

Pada kegiatan yang dihadiri oleh seluruh santri wilayah Al-Hasyimiyah tersebut para santri juga mendapat tamu istimewa yaitu salah satu alumnus Nurul Jadid yang tengah menempuh studi kedokteran  di China. Laila Fakhriyatus Zakiyah yang pada malam itu diberi kesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada para santri.

Pemutaran film yang kedua dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2017 dengan film yang tak kalah seru dengan judul Alangkah Lucunya Negeri Ini. Adanya pemutaran film yang mendidik untuk menyambut hari lahir Indonesia bertujuan untuk memantik semangat santri untuk berjuang menuntut ilmu dan berprestasi sehingga dapat berkontribusi dalam membangun negeri.

“Dengan menonton film perjuangan tersebut seluruh santri diharapkan dapat meneladani perjuangan para pembela negeri dan dapat mengisi kemerdekaan dengan kegiatan positif,” ungkap Wildatus Syarifah, Sekretaris Umum Panitia Gebyar Kemerdekaan.

Selain itu, kegiatan ini dilakukan juga sebagai refleksi jiwa agar tetap berjuang untuk mengisi, merawat, dan mempertahankan kemerdekaan dengan cara masing-masing. “Seperti iman, kecintaan pada negeri juga harus selalu diperbaharui, salah satunya dengan acara ini,” tegas Wilda dengan penuh senyum. (Vie/IR)

Unggulan Bahasa; Parade Budaya Tiga Negara

nuruljadid.net – Unggulan bahasa SMA Nurul Jadid yang berdomisili di wilayah Al-Hasyimiyah punya ‘gawe’ besar. Kemarin (14/08) asrama unggulan bahasa mengadakan tasyakuran hari kelahiran lembaga. Asrama unggulan bahasa yang dikenal dengan nama Language Acceleration (LA) tersebut genap berumur 13 tahun.

Peringatan hari lahir lembaga ini merupakan kegiatan yang diagendakan setiap tahun dan kegiatan yang selalu ditunggu-tunggu banyak orang. Pasalnya selain rangkaian acara tasyakuran hari lahir acara ini juga sebagai acara puncak lomba mengarang cerita pendek yang diikuti oleh santri wilayah Al-Hasyimiyah.

Acara yang bertempat di depan musholla Al-Hasyimiyah tersebut mampu menjadi magnet bagi para santri. Terbukti dari banyaknya santri yang rela berjubel untuk menyaksikan serangkaian acara yang dikemas dengan nuansa budaya tiga negara yakni Inggris, China dan Arab.

Nuansa budaya tiga negara tersebut disuguhkan sebagai wujud toleransi dan keinginan  untuk selalu bersatu dalam perbedaan.  Acara terbesar sepanjang tahun yang mengangkat tema Pesta Rakyat Al-Hasyimiyah ini juga adalah sebagai wujud berbagi kebahagiaan dengan sesama. “Tema tersebut dipilih karena kami menginginkan semua santri di wilayah ini merasakan kebahagian kami menyambut hari lahir lembaga kami”.  Ucap Zahrotul Fikri Annabila, Presiden AFLA .

Diakhir acara para pemenang diumumkan.  Keluar sebagai pemenang lomba cerpen, saudari Izzul Hukama dengan judul cerpen “Adakah yang Lebih Sakit?”. Sedangkan pemenang lomba Puisi diraih oleh santri daerah Syafiqoh El-Nabilah dengan Judul “Indonesia Terbalik”. (VY)

Gerak Jalan Unik Versi Daltim

nuruljadid.net – Selasa (15/08) untuk kali pertama wilayah Al-Hasyimiyah mengadakan lomba gerak jalan unik. Lomba ini diadakan dalam rangka memeriahkan HUT RI yang ke-72. Peserta lomba yang diketuai oleh Ustadzah Khoirotul Ummah ini merupakan delegasi kelompok yang berisi 13 orang dari setiap daerah. Garis start terletak tepat di depan musholla Al-Hasyimiyah dan garis finish di depan asrama Al-Masruriah.

Lomba ini dimulai dengan delegasi kedua yaitu dari daerah As-Shofwah dikarenakan delegasi pertama dari daerah Zahroil Batul tidak dapat mengikuti lomba. As-Shofwah menggunakan tema kostum serba hitam dengan sentuhan merah putih sebagai hiasan. Dilanjutkan dengan delegasi dari daerah An-Najwa, Syafiqoh El-Nabila, Abidah Ardelia dan daerah-daerah lainnya.

Setiap daerah saling mengunggulkan keunikan kostum dan koreografi masing-masing karena penilaian dilihat dari aspek tersebut. Tak hanya kostum dan koreografi, para peserta juga diharuskan membawakan sebuah puisi yang dibacakan setelah semua peserta selesai menampilkan gerak jalan. Pembacaan puisi pertama oleh daerah As-Shofwah dimulai pukul 17.20 WIB dengan waktu maksimal 5 menit.

Setelah pembacaan puisi dilanjutkan, panitia mengumumkan pemenang lomba gerak jalan ini. Juara kedua dan ketiga diraih oleh daerah Rumaisha Al-Milhani dan Khaula Al-Azwar, sementara juara pertama diraih oleh daerah An-Nuriyah. Tujuan diadakannya lomba gerak jalan unik ini tak lain adalah untuk menumbuhkan rasa nasionalisme sebagai awal munculnya rasa semangat belajar. “Kita jadi santri biar nggak kudet, biar bisa baris berbaris juga” tutur ustadzah Sherly Dwi Agustin selaku panitia. (Ans/Rzk)

KH. Hefni Mahfudz : Santri Sejati adalah Santri yang Mau dan Terus Belajar Serta Berkhidmah

nuruljadid.net – KH. Hefni Mahfudz salah satu Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid sekaligus menjadi pemangku Wilayah Zaid bin Tsabit (K) puteri rawuh untuk memberikan tausiyah kepada undangan dan para wisudawati Tahfidzul Qur’an dan Tahasinul Qiro’ah Lembaga Pendidikan Ilmu Qur’an (LPQ) Wilayah Al Hasyimiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo (12/05) malam.

Diawal tausiyah, beliau berharap semoga acara ini membawa manfaat dan barokah untuk semuanya terutama bagi walisantri dan para wisudawati yang telah dikukuhkan malam hari ini. Dan semoga ilmu yang telah didapatkan oleh mereka (wisudawati) dapat menghantarkan mereka untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

Dalam kesempatan ini beliau menyempatkan diri untuk memberikan pesan kepada para wisudawati yang hendak menlanjutkan studinya di lembaga lain. Beliau berdawuh agar para santri senantiasa mengingat bahwa santri sejati adalah santri yang mau dan terus belajar serta berkhidmah. Dalam kehidupan sehari hari tidak cukup hanya belajar saja, namun kita harus juga mengajar karena salah satu bentuk berkhidmat adalah mengajar.

“Teruslah belajar dan berkhidmah sekalipun sudah keluar dari Pondok Pesantren Nurul Jadid. Karena kita adalah orang yang mau belajar dan mengamalkan Al Qur’an.” Tambah beliau dalam tausiyahnya.

Kelemahan seorang manusia adalah tidak memiliki jiwa semangat serta kemauan untuk belajar. Baik belajar ilmu umum maupun ilmu agama. Terutama dalam hal menghafal Al Qur’an. Terkadang dalam menghafal kebanyakan mereka merasa malas untuk melanjutkan hafalannya. Disitulah lemahnya manusia yang lemah untuk belajar.

Menyandang predikat hafidz dan hafidzoh itu tidak lah cukup dalam belajar al qur’an . Al Qur’an yang merupakan petunjuk bagi ummat manusia memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Namun bagaimana bisa dikatakan petunjuk jika kita tidak bisa menjadikan dan memahaminya sebagai petunjuk ummat. Selanjutnya, tugas kita sebagai manusia dan ummat Nabi Muhammad SAW adalah bagaimana kita bisa mempelajari dan memahami Al Qur’an serta menjadikannya sebagai petunjuk.

KH. Hefni Mahfudz memberikan Tausiyah pada acara Wisuda Lembaga Pendidikan Qur’an (LPQ) Al Hasyimiyah. (Foto : Zaky/Red)

“Al Qur’an harus dibaca benar sesuai dengan bacaan Rosulullah. Memang kita tidak pernah berguru kepada Rosulullah, namun kita dapat berguru kepada guru yang sanatnya nyambung kepada Rosulullah. Supaya bacaan kita bisa dipertanggungjawabkan.” Dawuh beliau.

Dalam faktnya, masih banyak sekali santri yang hanya bisa membaca dan menghafalkan Al Qur’an tanpa bisa memahami makna dari ayat yang terkandung dalam Al Qur’an. Dalam tausiyah, beliau mengingatkan kepada santri untuk bisa memahami Al Qur’an minimal bisa mengetahui maknanya. Karena salah ucap membaca Al Qur’an dapat berakibat fatal dalam pemaknaan bahkan dapat membatalkan shalat.

Oleh karena itu, perlu diadakan evaluasi untuk mengurangi kesalahan dan kefatalan dalam membaca Al Qur’an.  Santri sebagai penyambung lidah dari guru harus bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Santri harus mau menyebarkan ilmu yang telah didapatkan dari gurunya. Tambah beliau diakhir tausiyahnya. (Q2/Red)

Lagi, Sejumlah 71 Peserta Didik Wilayah Al-Hasymiyah Kembali Diwisuda

 nuruljadid.net – Tak lama setelah wisuda yang dilaksanakan oleh Madin (Madrasah Diniyah) pada (10/15) kemarin. Wilayah Al-hasyimiyah putri kembali selengarakan acara serupa. Tidak jauh beda dengan wisuda Madin, kegiatan wisuda yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Quran pada (12/05) juga tak kalah semarak. Kali ini peserta didik yang diwisuda adalah beberapa santriwati mengkaji Al-quran. Terdiri dari peserta didik tahfid dan tahsin. Sejumlah 71 peserta didik yang diwisuda pada malam itu.

Nur Maulidatul Masruroh kordinator Lembaga Pendidikan Quran (LPQ) menerangkan bahwa peserta didiknya yang diwisuda pada malam itu adalah wisudawati yang telah memenuhi syarat. “Santri yang diwisuda itu adalah mereka yang telah menyelesikan target persyaratan. 26 wisudawati tahfidz dan 45 wisudawati tahsin,”  terangnya.

Acara yang bertajuk Ijazah Terbuka Tahfidzul Quran dan Wisudawati Tahsinul Qiroah tersebut juga diselai dengan proses demonstrasi oleh peserta, dipimpin oleh Ust. Ghufron sebagai pemandunya dalam bidang tahsinul qiroah dan Ustadzah Rodhiah Ulfa dalam bidang tahfidzul quran. Dalam sesi yang kedua ini terbagi menjadi tiga kategori. Pertama wisudawati dengan kategori 15 juz. Kedua wisudawati dengan kategori 10 juz dan ketiga wisudawati dengan kategori 5 juz.

“Wisudawati yang dari kategori 15 juz ada 6 orang. Kategori 10 juz itu ada 9 orang dan yang kategori 5 juz ada 11 orang,” tutur Ustadzah Maulida. Di usianya yang memasuki tahun ke tiga LPQ sebagai lembaga yang bergerak dalam menekuni bidang Al-quran berhasil menyelenggarakan wisuda yang ketiga kalinya.

Lembaga yang bertempat di wilayah Dalem Timur (Daltim) itu berdiri pada (11/08/2014) dan sudah mencetak tiga generasi. Selanjutya, salah satu bentuk guna mempertahankan eksistensi peserta didik akan kemampuan menghafalnya. Ny.HJ. Hamidah yang juga turut hadir pada kegiatan tersebut meminta kepada setiap wali santri yang hadir menyaksikan putrinya diwisuda untuk selalu memberikan dukungan.

Serta selalu menjaga makanan yang dikirimkan kepada putri-putrinya untuk diberikan makanan yang diperoleh dari rezeki yang halal. “Bapak ibu hendaknya kita nggak usah merasa minder atau berkecil hati melihat anak-anak kita menghafal Al-quran. Jangan takut anak kita tidak berprestasi gara-gara menghafalkan Al-quran. Insya allah Allah pasti akan memberi maunah pada anak-anak kita yang sedang menghafal Al-quran. Dan juga minta tolong pada bapak ibu sekalian berikanlah bekal yang akan kita kirimkan ke anak-anak kita makanan yang baik, yang diperoleh dari rezeki yang halal,” tutur beliau. (DL)

KH. Abd. Hamid Wahid : Santri Harus Mengamalkan 3 Point Penting

nuruljadid.net –  “Sebuah proses pelantikan kelulusan setelah menempuh masa belajar pada suatu instansi pendidikan”. Demikianlah banyak orang menyebutnya dengan wisuda. Ajang ini bolehlah bisa kita sebut sebagai momentum yang penting. Akan tetapi, hal ini bukan lantas menjadi sebuah tahap akhir dari tugas kita untuk terus selalu berjuang dan meneruskan belajar. Ini adalah sebuah pengingat bagi kita untuk terus menerus melakukan perjalanan dalam mencari ilmu.

Jangan pernah merasa bahwa dengan didapatkanya ijazah bahkan ijab sah sekalipun menjadi pertanda akan akhir dari proses pencarian ilmu. Termasuk komponen yang dimaksudkan di sini adalah santri. Santri adalah termasuk status yang tidak ada pensiun dan berhentinya. Sekali seseorang menjadi santri maka dalam seluruh lini kehidupanya mempunyai tugas kesantrian dan tugas belajar terus menerus tanpa ada batasnya.

Ada tiga poin penting sebenarnya yang ingin disampaikan dalam tulisan ini. Pertama adalah status dan posisi kita sebagai santri. santri adalah kader yang bertugas untuk berbuat dan mengabdikan diri kepada masyarakat. Dalam sebuah firman Allah Al-quran surat At-taubah ayat 122 yang artinya “tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam tentang agama dan untuk memberi peringatan pada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid (KH. Abd. Hamid Wahid) pada saat memberikan Tausiyah Wisuda Madrasah Diniyah Al Hasyimiyah. Foto (Zaky/Red)

Ayat ini merupakan peringatan kepada Rasulullah ketika gentingnya dalam masa-masa perang untuk tidak menyertakan seluruh umatnya ikut berperang. “Mbok ya jangan ikut perang semua sisakan satu kelompok untuk mendalami ilmu agama,” begitu kira-kira. Tujuanya adalah agar kelompok yang tidak ikut berperang tadi mendalami agama dan disyiarkan kepada masyarakat luas. Sebab, bagaimana mungkin akan lestari bila semisal seluruh umat islam pada waktu itu turut serta berperang semua dan gugur di medan perang? Hal ini yang tentunya tidak diinginkan.

Ini merupakan salah satu bagian tanggung jawab yang harus disandang santri. santri tidak cukup hanya hidup untuk dirinya saja tanpa pernah peduli memperjuangkan syiar agama islam. Santri juga harus memberikan sumbangsih pada masyarakatnya.  KH. Zaini Abdul Munim pengasuh sekaligus pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid sangat memperdulikan keadaan umatnya. Salah satu dauhnya yang sering digaungkan bahwa “Santri yang hanya sekedar hidup untuk dirinya sendiri sekedar untuk ekonominya sendiri, sekedar untuk pendidikanya sendiri  maka dia sudah berbuat maksiat pada Allah,”.

Dauh beliau ini untuk memperkuat dan memperkokoh pada status kesantrian kita bahwa santri adalah kader yang harus menjadi tanaman tumbuh dan bermanfaat, tumbuh dan berkembang, berkembang dan berbuah yang buahnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Meski beliau KH. Zaini tidak mengharuskan santrinya untuk menjadi Kiyai atau Bu Nyai saja. Tapi dalam tempat dan kondisi apapun ia berbuat silahkan asal dengan tetap membawa nilai-nilai kesantrian. Nilai ini yang sebenarnya dalam sistem pendidikan kita Pondok Pesantren terkandung dalam tiga hal komponen penting yakni trilogi santri.

Sebagai santri Nurul Jadid tentunya harus hafal pada trilogi santri ini. Komponen pertama  isi dari kandungan dari trilogi santri tersebut adalah santri mempunyai perhatian untuk melaksanakan Fardlu Ain. Kedua santri mempunyai perhatian untuk meninggalkan dosa-dosa besar. Ketiga mempunyai adab yang baik kepada Allah dan makhluknya. Ketiga hal tersebut bukan berarti apa yang dicari santri dan bukan berarti ketika tiga hal tersebut tercapai tugas santri selesai. Akan tetapi, ini adalah modal dasar hal fardlu ain yang wajib bagi mukallaf, muslim dan mukmin untuk melakukanya. Kemudian posisi yang kedua menularkan adalah perbuatan fardlu kifayah.

Maksudnya adalah sisi yang menjadi tugas eksklusif dari sebagian orang dan menjadi gugur tugas kewajiban itu bagi sebagian masyarakat yang lain. Kerap kali tidak kita sadari bahwa apa yang kita lakukan di pondok sebetulnya upaya persiapan besar yang akan kita lakukan ketika pulang. Tentang persiapan ini Imam Syafii pernah mengingatkan pada kita semua bahwa hendaknya kita mengkaji ilmu dan pengalaman sebelum kita menduduki pekerjaan dan jabatan.

Poin yang kedua adalah ilmu yang kita cari dan gali harus beriorientasi pada manfaat dan amal. Ilmu tanpa amal seperti pohon yang tak berbuah. Buah dari ilmu adalah amal. Santri ilmunya harus amaliyah dan amaliyahnya harus ilmiyah. Kita seharusnya selektif dalam memilih ilmu yang sesuai denga masa depan kita. Disesuaikan pada porsi yang dibutuhkan masyarakatnya.

Orang yang mencari ilmu tidak mesti ilmunya manfaat. Ilmu yang manfaat urusan Allah, bagian dari rahmat dan hidayah Allah. Tanda dari orang yang ilmunya manfaat dapat menyelamatkan da mendekatkan dirinya kepada Allah. Semakin menggairahkan kita untuk melakukan tugas dan kewajiban kita sebagai hamba. Orang yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya berarti ia jauh dari Allah.

Poin ketiga adalah bahwa nilai-nilai dari seseorang itu sama dengan baju yang dikenakan. Baju yang kita kenakan menjadi bagian hidup dari penampilan. Baju yang digunakan untuk beramal itu adalah akhlak dan adab, etika dan etiket. Ini hal penting yang harus diperhatikan dan terus kita pelihara sehingga menjadi kebiasaan dan watak kita. Watak adalah asalnya pengetahuan yang dibiasakan. Kebiasaan terbentuk menjadi ciri khas da karakter. Watak ini dapat dibentuk ketika dalam masa pembentukan karakternya. Dan tak akan dapat dibentuk lagi selagi sudah sampai pada usia 40 tahun. Akhlak yang baik diperoleh dari kebiasaan. Bagi manusia baju yang dipakai untuk berhias dan memperindahkan kehidupan adalah akhlak dan adab. Berilmu tidak berakhlak sama saja ilmunya tiada. Sebab ukuran manfaat dari ilmu adalah bagusnya perangai dan etika. Selamat Ber-etika! Wallahu a’lam bisshowab. (DL)

Sumber : Tausiyah Kepala Pesantren Pondok Pesantren Nurul Jadid (KH. Abd. Hamid Wahid) Pada Kegiatan Wisuda Purna Awwaliyah III Madrasah Diniyah Al Hasyimiyah.

Mengenal Lebih Dekat Sosok Mimi, Wisudawati Terbaik Asal Thailand

nuruljadid.net – Jauhnya jarak yang membentang Tak pernah sedikitpun membuatnya patah arang. Sebagai seorang anak rantau dia dapat membuktikan bahwa dia juga mempunyai kesempatan untuk menjadi juara. Nun Jauh di seberang sana sosok seorang ayah yang hebat bernama Abdulloh Pohchiseng selalu berharap yang terbaik bagi anaknya. Malam itu, sang putri kebangganya terpanggil menjadi yang terbaik memenuhi harapan dan cita-cita sang ayah.

Paras wajah ayunya terlihat berbinar. Semburat ekspresi bahagianya tak dapat dibendung. Sangat kentara wajah khas berketurunan etnis Thailand. Riasan make up-nya masih melekat rapi di atas wajahnya. Sederhana saja tak terlalu tampak norak dan menor. Tidak seperti biasanya ia berdandan dengan demikian. Guna mengikuti acara perhelatan wisuda Purna Madrasah Awwaliyah III, sengaja ia tampil dengan performa yang lebih. Acara wisuda yang ia ikuti pada Rabu malam kemarin (10/05) merupakan momen yang luar biasa dalam Hidupnya.

“Menimbang dan seterusnya memutuskan bahwa nama yang tercantum dibawah ini adalah wisudawati terbaik Madrasah Diniyah Awwaliyah III,” begitulah detik-detik mendebarkan ketika Surat Keputusan (SK) mulai dibacakan oleh Ustadzah Imroatul Husna ketika penentuan Wisudawati terbaik dalam acara wisuda yang dilaksanakan oleh Madrasah. Semua jerih payah belajar jelas terbayarkan punah melihat megah tropi berada di pangkuan tangan.

Namanya Fateehah Pohchiseng. Satu-satunya siswi dari Thailand yang mendapat penghargaan wisudawati terbaik dalam acara Wisuda Purna Awwaliyah III. Sangat tak menduga awalnya bila pada ujungnya ketika pembacaan Surat Keputusan (SK) oleh panitia namanya terpanggil menjadi wisudawati terbaik.“Saya sangat tidak menyangka bisa jadi seperti ini,” tuturnya dalam bahasa indonesia dengan logat Thailand yang khas.

Momen itu merupakan peristiwa yang tidak akan pernah bisa dilupakanya. Menjelang satu minggu lagi kepulanganya ke kampung halaman. Ia dinobatkan sebagai wisudawati terbaik. “Saya mondok di sini sejak kelas satu SMA. Sekarang udah kelas tiga, bentar lagi juga mau berhenti. Insya allah 17 mei ini saya udah pulang ke Thailand,” terangnya.

Tidak terasa sudah tiga tahun ia menetap dan menyandang status santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Tepatnya, ia memulai semua kehidupan barunya sebagai santri di pondok sedari tiga tahun silam sejak ia dari kelas satu di SMA Nurul Jadid. Ketika ditanya perihal kesan pengalamanya selama ia menimba ilmu di pondok ia berterus terang sangat senang sekali bisa belajar di pondok.

“Enak belajar di sini seneng. Ustadzahnya baik-baik, gurunya baik-baik juga perhatian sama orang Thailand. Tapi, yang paling baik Ustadz. Ustadz Nasrul Mukmin namanya. Seneng Banget bisa diajar beliau, kebetulan beliau ngajar tauhid,” kelakarnya sembari sesekali tersungging senyum dari bibirya.

Kemudian ia berkisah ketika kedatanganya pertama kali menginjakan kaki di Pondok Pesantren Nurul Jadid. ada banyak kesullitan yang ia alami. Terlebih persoalan komunikasi dengan teman sebayanya. Sebab, tak sedikitpun bekal bahasa indonesia yang ia punya. “Saya hanya bisa cakap Malaysia dan Thailand aja. Dua bahasa itu saja yang saya ketahui,” imbuhnya.

 Untungnya ia tidak sendiri. Dari Thailand ia bersama dengan lima orang temanya. Sama-sama bersekolah di SMA Nurul Jadid. tidak hanya itu, perasaan tidak betah juga sesekali ia rasakan. Bersama kelima orang temanya mereka berusaha dengan gigih mencoba untuk bertahan dan belajar beradaptasi dengan lingkungan. Namun, persoalan itu ia coba untuk atasi dan sama sekali tak membuatnya berkecil hati. Satu tahun lamanya ia mencoba belajar berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia.

“ Melalui beasiswa pertukaran pelajar dari Thailand. Kemudian saya bisa sampai ke sini. Nggak paham sekali dulu ketika awal kali mondok di sini. Awalnya memang sulit banget sih untuk berkomunikasi terbiasa akhirnya bisa juga,” kisah perempuan yang kerap disapa mimi tersebut.

Baginya hal ini bukan pengalaman pertama kali ia mondok. Sebelum kedatanganya ke Indonesia ia juga sempat nyalaf dulu ketika di Thailand. “Sempet nyalaf juga dulu ketika di Thailand. Tapi, beda sama di sana. Di sini banyak kiyainya banyak pondoknya juga jadi enak,” ucapnya.

Berpegang teguh pada satu prinsip yang ia jadikan sebagai motivasi hidupnya. Ia terus melangkah. Ia percaya bahwa semua pertanyaan pasti ada jawabnya, setiap persoalah pasti ada jalan keluarnya. Selama kita punya keberanian untuk bertanya. “Yang penting jangan malu untuk bertanya,” paparnya. (DL)

Fateehah Pohchiseng (memakai toga) bersama walinya yang berasal dari Negara Thailand. (Foto : Zaky)

Madrasah Diniyah Putri Adakan Wisuda Purna

nuruljadid.net – Lokasi area parkiran mobil di depan kediaman Ny. Hj. Masruroh yang biasa lengang kemarin tampak cukup ramai. Beberapa mobil terlihat berejejeran memenuhi halaman depan kediaman beliau. Mereka adalah wali santri yang datang untuk memenuhi undangan Wisuda Purna Awwaliyah III yang dilaksanakan Madrasah Diniyah (Madin) putri pada rabu malam kemarin (10/05).

Menyaksikan putri-putrinya mengenakan toga dan memegang ijazah menjadi seorang sarjana. Bertempat di depan Gedung Putih asrama I’dadiyah acara wisuda Purna itu diselenggarakan. Terdapat 200 peserta yang diwisuda pada acara wisuda Purna kemarin. Terdiri dari 183 peserta dari siswi Madrasah Diniyah dan 17 peserta dari siswi Unggulan bahasa yang masih berada di bawah naungan Diniyah.

Momen wisuda tersebut merupakan salah satu bentuk dari peningkatan mutu kualitas peserta didik. Sebagai tujuan yang diharapkan adalah lulusan-lulusan atau output dari Madrasah Diniyah mampu menjadi sosok santri yang ber-tafaqquh fiddin. Tidak hanya itu, seperti yang telah dipaparkan oleh Ny.Hj. Hamidah Wafie bahwa santri juga mampu menyiarkan pesan-pesan syariat Islam.

“Alhamdulillah Madin telah berhasil mengantarkan peserta didiknya sebagai lulusan dari Madin. Namun, tanggung jawab sebenarnya tidak begitu saja selesai di sini. Selanjutnya adalah tugas yang sebenarnya para santri yang diwisuda malam mampu menyiarkan kepada masyarakat untuk dapat merubah keadaan lingkungan yang masih awam dalam wawasan keagamaanya,” tutur beliau. (DL)

Ustadzah Khorioh (Kepala Madrasah Diniyah Al Hasyimiyah) bersama Ibunda Ny. Hj. Hamidah Wafie (Pemangku Wilayah Al Hasyimiyah) pada saat prosesi pengukuhan Wisudawati Madin Al Hasyimiyah. (Foto : Zaky/Red)