Pos

Kemendes PDTT RI Lakukan Perjanjian Kerja Bersama dengan UNUJA

nuruljadid.net – Bertepatan dengan Peringatan Hari Santri Nasional, Universitas Nurul Jadid lakukan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal  dan Transmigrasi (PDTT) Republik Indonesia (RI). Sabtu, (22/10) lalu.

Usai mengikuti upacara Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal  dan Transmigrasi Republik Indonesia Dr. (HC) Drs. H. Abdul Halim Iskandar, M.Pd beserta rombongan dan Rektor Universitas Nurul Jadid KH. Abdul Hamid Wahid, M.Ag. bergeser tempat dari Lapangan Raya Pondok Pesantren Nurul Jadid menuju Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid guna untuk melanjutkan kegiatan kerjasama antara UNUJA dengan Kemendes PDTT RI.

Dalam kegiatan yang berlangsung di Aula satu Pondok Pesantren Nurul Jadid tersebut turut hadir Staf Khusus Kemendes PDTT H. Abdul Malik Haramain,, S.Sos, M.Si, Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Ir. Harlina Sulistyorini, M.Si.

(Mendes PDTT RI Dr. (HC) Drs. H. Abdul Halim Iskandar, M.Pd bersama Rektor UNUJA Dr. KH. Abd. Hamid Wahid, M.Ag saat penandatangan PKB)

Pada kesempatan tersebut, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal  dan Transmigrasi (PDTT) Republik Indonesia Dr. (HC) Drs. H. Abdul Halim Iskandar, M.Pd bersama Rektor Uiversitas Nurul Jadid menandatangani naskah Kesepahaman Bersama antara Kemendes PDTT dan UNUJA.

Dalam sambutannya, Menteri Desa PDTT menyampaikan bahwa kerja sama dengan pesantren dalam konteks pembangunan desa adalah keniscayaan mutlak.

“Bahwa pesantren mampu menangani menyelesaikan dan menindak lanjuti segala hal dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya, kerja sama dengan pesantren dalam pembangunan desa ini adalah suatu keniscayaan, dan UNUJA sebagai perguruan tinggi yang ada di pesantren menjadi mitra yang tepat untuk kerja sama ini.” tegas Doktor peraih Honoris Causa UNY tersebut.

Saat ini, kata Gus Halim, kesadaran masyarakat untuk mengirimkan anak-anak mereka ke pesantren semakin meningkat. Tak hanya dari kalangan masyarakat menengah ke bawah, mayoritas pesantren kini juga diisi anak-anak dari kalangan menengah ke atas.

“Mulai dari anak yang nakal, yang setengah nakal, pintar, pintar banget itu ada di pesantren. Mulai dari yang kaya, orang elit, sampai sama sekali tidak punya biaya untuk sekolah, itu ada di Pesantren,” tuturnya.

Sebagai penyangga peradaban, ia mengatakan, pesantren telah banyak menuai bukti nyata sebagaimana yang diharapkan oleh para pendiri bangsa.

“Pesantren juga menangani dan menyelesaikan semua hal dalam tatanan kehidupan baik di dalam maupun di luar lingkungan pesantren. Termasuk persoalan bangsa dan negara,” tuturnya.

(Dirjen PEID Kemendes Ir. Harlina Sulistyorini usai menandatangani MoU dengan Warek IV UNUJA KH. Faiz, M.Phil.I disaksikan Mendes PDTT RI Dr. (HC) Drs. H. Abdul Halim Iskandar, M.Pd dan Rektor UNUJA Dr. KH. Abd. Hamid Wahid, M.Ag saat penandatangan PKB)

Usai penandatanganan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara UNUJA dengan Kemendes PDTT dilanjutkan dengan penandatanganan MOU antara Direktorat Jenderal Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi oleh Ir. Harlina Sulistyorini, M.Si Direktorat Jenderal Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dengan Wakil Rektor IV Bidang Kemahasiswaan UNUJA KH. Faiz, M.Phil.I.

Dengan adanya perjanjian kerja bersama tersebut, Kemendes PDTT dan UNUJA akan bersinergi dalam melakukan pengembangan ekononomi dan investasi desa.

 

 

(Humas Infokom)

Lagi! Zulfikar Prayogi Juara 1 English Speech Tingkat Nasional, Taklukkan Kampus Ternama

nuruljadid.net – Zulfikar Prayogi yang sehari-harinya sebagai mahasiswa aktif Universitas Nurul Jadid dan pengurus LPBA berhasil kembali meraih untuk kesekian kalinya Juara 1 Lomba Speech tingkat Nasional pada ajang Efec Collaboration yang digelar oleh Universitas Trunojoyo Madura, mengalahkan kampus ternama di Indonesia, Sabtu (1/10/2022).

Ajang perlombaan tersebut sudah menjadi event di setiap tahunnya serta sebagai ajang silaturahim oleh UKM EFEC Universitas Trunojoyo, Madura. Pasalnya, hanya kategori speech saja yang di gelar pada ajang tersebut.

Dalam ajang lomba speech tersebut mengusung tema “Creativity and Innovation as The Contribution of Students to Recover the Nation after the Pandemic,” sebanyak 35 peserta yang mengikuti perlombaan tersebut dari berbagai kampus seluruh Indonesia. Hanya 10 peserta terbaik yang akan disortir untuk masuk 10 besar dengan tahapan selesksi yang sangat ketat. Pada tahap seleksi pertama Zulfikar Prayogi pria kelahiran asal Bondowoso tersebut masuk dalam tahap 10 besar yang dilaksanakan pada Selasa, 20/09/2022 lalu secara online via Zoom.

Sebelum melanjutkan ke tahap final pria Asal Bondowoso tersebut berlatih semaksimal mungkin supaya bisa menjadi yang terbaik. Lima hari setelah pengumuman 10 besar, tepat pada tanggal 25 September 2022 tahap final dilaksanakan secara daring. Seluruh peserta yang masuk dalam tahap final tersebut memikul doa dan harapan untuk bisa mengharumkan almamater tercinta dari masing – masing kampus. Tahap demi tahapan dilalui oleh Zulfikar dengan tampil percaya diri serta diselimuti oleh usaha dan doa supaya bisa menjadi yang terbaik.

Usaha tidak pernah mengkhianati hasil, tepat pada tanggal 1 Oktober nama Zulfikar Prayogi dinobatkan sebagai juara 1 dalam ajang perlombaan tersebut, dengan perolehan skor fantastis yang dibacakan oleh dewan juri pada forum pengumuman pemenang yang dilaksanakan secara daring via zoom, ini bukti kerja keras akan membuahkan hasil yang maksimal. Rasa senang dan haru menyelimuti kemenangan Zulfikar pada saat itu, ia berharap tidak sampai pada dirinya saja akan tetapi ada penerus dia pada esok harinya.

“Alhamdulillah berkat doa dari orang tua dan para masyayikh Nurul Jadid serta istiqomah berusaha, saya berhasil meraih juara 1, semoga ada yang meneruskan di kemudian hari,”ujar pria kelahiran Bondowoso tersebut. Adapun nama pemenang lomba ialah:

  1. Juara 1 Zulfikar Prayogi dari Universitas Nurul Jadid (UNUJA)
  2. Juara 2 Agadata dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA)
  3. Juara 3 Nahiyatul Husna dari Universitas Brawijaya (UB)

 

 

(Humas Infokom)

 

 

 

Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar pada Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kelas X TKJ SMK Nurul Jadid

Oleh Mashudi, S. Kom (Guru SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo)

 

PENDAHULUAN

Sistem pembelajaran di SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah mulai mengalami pergeseran paradigma dari pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher centered) menjadi berpusat pada peserta didik (student centered). Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) diharapkan dapat membuat peserta didik terampil dalam membangun pengetahuannya secara utuh. Keterampilan membangun pengetahuan ini sudah seharusnya dapat diaplikasikan dalam suatu institusi pendidikan sekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapai melalui pelaksanaan kurikulum 2013. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat pembelajaran peserta didik kurang termotivasi untuk belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi. Mereka kurang berinisiatif untuk mencoba menyelesaikan masalah tersebut secara mandiri. Di dalam laboratorium komputer banyak peserta didik yang melakukan aktivitas diluar kegiatan belajar TIK (misalkan berbicara sesama teman, dan membuka media sosial. Walaupun peserta didik dilarang membuka media sosia saat pembelajaran praktik tetapi sebagian peserta didik ada yang masih melanggar). Peserta didik di kelas X TKJ apabila diperintah oleh guru untuk mencari suatu informasi yang berhubungan dengan materi-materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kehidupan sehari hari, peserta didik selalu mengeluh. Berdasarkan data hasil ulangan sebelumnya. peserta didik kelas X TKJ mendapatkan nilai TIK rata rata 72,71 yang belum mencapai nilai rata rata lebih dari atau sama dengan 75. Dari 34 Peserta didik yang telah mencapai ketuntasan adalah 19 peserta didik atau 55.9%. dan 15 peserta didik yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 15 atau 44.1%, dengan nilai terendah 50 dan tertinggi 98.

Uraian di atas menunjukkan adanya masalah pembelajaran di kelas X TKJ yang bermacam-macam. Salah satu diantaranya yaitu peserta didik kurang termotivasi memecahkan masalah yang menyebabkan hasil belajar pada pembelajaran TIK tidak sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti perlu mengadakan usaha perbaikan. Kurikulum yang digunakan pada tahun pelajaran 2021/2022 adalah Kurikulum 2013. Kurikulum ini mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter. Peserta didik dituntut paham materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki karakter yang baik. Alternatif yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah pembelajaran TIK adalah dengan menggunakan Scientific Approach (Pendekatan Ilmiah). Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan ilmiah, yaitu pembelajaran yang mendorong peserta didik lebih mampu dalam mengamati, menanya, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Model pembelajaran yang memakai pendekatan ilmiah, salah satunya adalah model Problem Based Learning (PBL). Penerapan model pembelajaran yang berbeda dari model konvensional diharapkan dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) menunjang materi TIK karena memiliki ciri-ciri pembelajaran yang diawali dengan masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, peserta didik secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah. Sesuai dengan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Kelas X TKJ di SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo Tahun Pelajaran 2021/2022. Identifikasi masalah dari penelitian tindakan ini adalah;

  • Diperlukan kemampuan pemahaman konsep yang baik dalam materi Teknologi Informasi dan
  • Kurangnya motivasi peserta didik dalam belajar Teknologi Informasi dan
  • Peserta didik pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Teknologi Informasi dan
  • Dibutuhkannya model pembelajaran berorientasi student centered yang dapat memperbaiki pemahaman konsep peserta didik pada materi Teknologi Informasi dan
  • Sebagian peserta didik belum terbiasa untuk belajar mandiri dan berfikir kritis
  • Peserta didik kesulitan dalam memecahkan suatu masalah-masalah yang berhubungan dengan materi Teknologi Informasi dan
  • Hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi pada peserta didik kelas X TKJ di SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo belum mencapai nilai 75.

Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang diteliti maka dalam penelitian ini terdapat batasan masalah yaitu: Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi pokok TIK.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

  • Bagaimanakah implementasi model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kelas X TKJ di SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo?
  • Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan implementasi model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kelas X TKJ di SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo?
  • Bagaimanakah efektivitas implementasi model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kelas X TKJ di SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo?

Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk:

  • Untuk mengetahui bagaimana implementasi model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kelas X TKJ di SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo.
  • Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan implementasi model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kelas X TKJ di SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo.
  • Untuk Mengetahui efektifitas implementasi model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kelas X TKJ di SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Motivasi

Menurut Hamzah B.Uno (2016: 1) Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Ngalim Purwanto (2009:73) motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu. Dalam hal belajar, motivasi menjadi hal penting sebagai syarat mutlak dalam belajar. Demikian hasil belajar peserta didik akan lebih baik bila peserta didik memiliki dorongan motivasi untuk berhasil. Sebab ada kecenderungan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan tinggi mungkin akan gagal. Hakikat motivasi belajar menurut Uno (2016: 23) adalah dorongan internal dan eksternal pada pelajar yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  • adanya hasrat dan keinginan berhasil,
  • adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar,
  • adanya harapan dan cita-cita masa depan,
  • adanya penghargaan dalam belajar,
  • adanya keinginan menarik dalam belajar,
  • adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Menurut Oemar Hamalik (2001: 158) “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu tenaga potensial dalam bertindak untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dalam rangka pencapaian tujuan. Motivasi dalam kegiatan belajar mengajar akan berdampak pada perilaku peserta didik yang rajin dalam belajar dan tekun dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi yang ia pelajari. Hasil belajar yang kurang optimal karena motivasi belajarnya kurang. Belajar Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru. Menurut Sardiman (2014: 20) belajar itu akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar itu merupakan perubahan tingkah laku pada individu yang belajar. Belajar adalah proses aktif peserta didik untuk mempelajari dan memahami konsep konsep yang dikembangkan sendiri atau kelompok, baik mandiri maupun dibimbing. Belajar merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap orang, mulai dari lahir sampai ke liang lahat tidak terkecuali baik pria maupun wanita. Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan bagi para pendidik khususnya para guru. Ada berbagai definisi yang diungkapkan oleh para pakar untuk membahas tentang definisi belajar. Hilgard and Bower dikutip dari Ngalim Purwanto (2009: 84) mengatakan bahwa, Belajar merupakan proses mental yang terjadi pada diri sendiri seseorang yang menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadarinya. Menurut Omar Hamalik (2001:154), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar itu ditandai adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku. Tanpa mengamati tingkah laku, kita tidak dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar. Perubahan perilaku tersebut bersifat potensial dan perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau interaksi dengan lingkungan. Model Problem Based Learning (PBL) Menurut Dewey (dalam Sudjana 2012: 19) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman peserta didik yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Pendapat ini senada dengan yang dikemukakan oleh Arend (dalam Trianto, 2011: 92) bahwa, Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir ke tingkat yang lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Lebih lanjut Dewey (dalam Sudjana, 2011: 19) menyatakan belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Boud dan Feletti (dalam Rusman 2010: 230) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Kurikulum pembelajaran berbasis masalah membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, refleksi, kritis dan belajar aktif. Kurikulum Pembelajaran Berbasis Masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain Jadi model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dengan model pembelajaran ini, peserta didik dari sejak awal sudah dihadapkan kepada berbagai masalah kehidupan yang mungkin akan ditemuinya kelak pada saat mereka sudah lulus dari bangku sekolah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian PTK, yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana guru yang mengajar sebagai peneliti. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Sementara itu, dilihat dari teknik penyajian datanya, penelitian menggunakan pola deskriptif. Strategi penelitian dengan model siklus karena obyek penelitian yang diteliti hanya satu sekolah. Tahap-tahap siklus dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya secara ulang sampai permasalahan yang dihadapi dapat teratasi atau terpecahkan. Penelitian ini bertempat di SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo tahun pelajaran 2021/2022. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil Tahun pelajaran 2021/2022. Penelitian dilakukan pada peserta didik kelas X TKJ semester ganjil di SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo tahun pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 34 peserta didik yang terdiri dari peserta didik 34 laki-laki. Objek penelitian yang digunakan adalah kemampuan pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) materi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

  • Teknik Observasi. Observasi dilakukan pada aktivitas peserta didik kelas X TKJ SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan di kelas dengan mengamati proses pembelajaran itu berlangsung.
  • Teknik Dokumen. Dengan melakukan pengumpulan dokumen-dokumen dan catatan sekolah berupa data nama peserta didik kelas X TKJ. Sedangkan dokumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak selama proses pembelajaran berupa RPP, dan nilai hasil belajar peserta didik tentang materi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan menggunakan pendekatan problem based learning.
  • Metode Tes. Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya materi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Metode tes ini berupa tugas mengerjakan soal tes. Hasil tes dikelompokkan berdasarkan nilai yang kurang dari 75 dan yang lebih dari 75.
  • Metode Angket. Angket ini digunakan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar peserta didik sesudah dilaksanakan model pembelajaran problem based learning. Angket motivasi ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut.
  • Teknik Wawancara. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung bertatap muka dengan narasumber. Dalam penelitian ini dilaksanakan wawancara sebagai sumber data yaitu peserta didik yang menonjol mendapatkan nilai tertinggi dan peserta didik yang mendapatkan nilai terendah di kelas X TKJ SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Hasil wawancara digunakan untuk mencari kelebihan dan kelemahan dan untuk mengetahui reaksi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah proses dan hasil belajar, yang dimaksud proses disini adalah motivasi siswa sedang hasil belajar yaitu aspek kognitif. Dalam penelitian ini, soal tes kognitif dan angket motivasi diberikan pada setiap akhir siklus, akhir siklus I dan akhir siklus II. Data penelitian mengenai motivasi siswa secara ringkas disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Presentasi Tingkat Motivasi Belajar Siklus I

Predikat

Jumlah Presentasi
Tinggi 13 38 %
Sedang 21 62 %
Rendah 0 0 %

Data penelitian mengenai hasil belajar siswa pada siklus I disajikan dalam Tabel 2 berikut

Tabel 2 : Rekap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pada Siklus I

Nilai Jml (%) Kategori
88 – 100 5 14,7 % Tuntas
65 – 87 21 61,8 % Tuntas
67 – 74 6 17,6 % Belum
< 67 2 5,9 % Belum
Jumlah 34 100 %

Dari data tersebut di atas dalam proses terlihat bahwa, 26 peserta didik atau 76.5% peserta didik memperoleh nilai lebih dari 75 dan 8 peserta didik atau 23.5% peserta didik memperoleh nilai di bawah 75. Jika dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 77.7. Indikator kerja penelitian yang mensyaratkan keberhasilan peserta didik dalam pencapaian nilai rata rata adalah 75 dan ketuntasan klasikal adalah 85% peserta didik maka dengan demikian pembelajaran masih harus perlu diperbaiki melalui siklus II.

Tabel 3. Rekap Prestasi Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pada Siklus II

Nilai Jml (%) Kategori
88 – 100 17 50 % Tuntas
65 – 87 15 44,1 % Tuntas
67 – 74 2 5,9 % Belum
< 67 Belum
Jumlah 34 100 %

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siklus II dapat diinterpretasikan bahwa; melalui penggunaan model pembelajaran Problem based learning (PBL) dengan tindakan yang tepat dapat meningkatkan Hasil Belajar pada materi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kelas X TKJ SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo tahun pelajaran 2021/2022 terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar mencapai ketuntasan belajar mencapai 94,11%.

Tabel 4. Persentase Tingkat Motivasi Belajar Siklus II

Predikat Jumlah Presentasi
Tinggi 31 91 %
Sedang 3 9 %
Rendah 0 0.00 %

Berdasarkan tabel 4 tersebut dapat disimpulkan bahwa; dengan penerapan model PBL dalam pembelajaran memotivasi siswa untuk belajar bersungguh-sungguh dan lebih fokus. Hal tersebut ditunjukkan hasil angket siswa yang mengalami peningkatan. Berikut tabel rincian peningkatan dari siklus I dan siklus II.

Tabel 5. Peningkatan Hasil Tindakan Setiap Siklus

Peningkatan Siklus I Siklus II
Jml % Jml %
Motivasi Tinggi 13 38 31 91
Ketuntasan 26 76,5 32 94,1
KKTP 75 75

Pada proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) terdapat temuan-temuan sebagai berikut:

Kelebihan Penerapan model Problem Based Learning

Dari hasil wawancara pada hari Senin tanggal 22 November 2021 yang dilakukan pada peserta didik kategori pandai:

  • Pembelajaran dengan model PBL yang dipadukan dengan praktikum dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru hal tersebut akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
  • Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
  • Pembelajaran dengan model PBL dapat diterapkan pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan bidang studi yang lain.

 

Kelemahan Penerapan Model PBL

Dari hasil wawancara yang dilakukan hari Senin, tanggal 22 November 2021 kepada peserta didik yang kategorinya kurang pandai.Hasil wawancara itu bisa diambil kesimpulan:

  • Penggunaan model problem based learning kurang efektif apabila diterapkan pada siswa yang kurang aktif.
  • Proses pembelajaran dengan PBL menekankan siswa untuk selalu berfikir dan terus berfikir.
  • Evaluasi Efektifitas;
  1. Evaluasi Reaksi Peserta Didik Pembelajaran dengan penerapan model problem based learning (PBL) reaksi peserta didik menjadi tertarik, senang dan termotivasi untuk belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Sebagian besar (diatas 90%) menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Pelaksanaan post tes setelah siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Nilai rata rata pada siklus I sebesar 77,7 meningkat menjadi 86,9 dengan kategori baik. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.
  2. Komponen “Learning Process” Komponen Learning Process sebenarnya memfokuskan ke evaluasi proses. Evaluasi proses pembelajaran dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran dari siklus satu dan siklus dua. Pada kegiatan praktikum dan diskusi secara umum dapat berjalan dengan baik, siswa ikut terlibat dalam kegiatan diskusi. Hasil belajar peserta didik sebelum tindakan nilai rata-rata 72,71 dengan ketuntasan 55,9%. Setelah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan hasil belajar. Nilai rata-rata setelah siklus I adalah 77,7 dengan ketuntasan 76,5% dan pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 86,9 dengan ketuntasan 94,1% , hal ini menunjukkan bahwa dengan proses pembelajaran tersebut peserta didik dapat mencapai ketuntasan secara klasikal.
  3. Komponen Behavior Pada penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Problem based learning (PBL) maka motivasi peserta didik terhadap pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) materi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bertambah. Selain terjadi peningkatan pada motivasi dan hasil belajar peserta didik, peningkatan juga terlihat pada peserta didik lebih bersikap aktif dalam proses pembelajaran.
  4. Evaluasi “Result” Pelaksanaan proses pembelajaran dengan model problem based learning (PBL) muncul dampak yang positif pada peserta didik. Peserta didik menjadi tertarik dan bersemangat dalam mengerjakan soal-soal Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang selama ini dianggap sulit ternyata dengan penerapan problem based learning (PBL) menjadi lebih menarik.

KESIMPULAN

Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Sistem Komputer Kelas X TKJ di SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo Tahun Pelajaran 2021/2022. Sedangkan untuk ketuntasan belajar peserta didik adalah 75, kemampuan awal ketuntasan mencapai 55.9% dapat meningkat pada siklus I menjadi 76.5%, dan pada siklus II menjadi 94.1%. Melalui penerapan pembelajaran Problem based learning (PBL) dengan tindakan yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada materi Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas X TKJ SMKS Nurul Jadid Paiton Probolinggo Tahun Pelajaran 2021/2022.

Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning;

  • Pembelajaran dengan model PBL yang dipadukan dengan praktikum dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru hal tersebut akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
  • Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
  • Pembelajaran dengan model PBL dapat diterapkan pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan bidang studi yang lain.

Kelemahan model pembelajaran Problem Based Learning;

  • Penggunaan model problem based learning kurang efektif apabila diterapkan pada siswa yang kurang aktif.
  • Proses pembelajaran dengan PBL agak merepotkan, dan menekankan siswa untuk selalu berfikir dan terus berfikir.
  • Evaluasi Efektifitas;
  1. Evaluasi Reaksi Peserta Didik Menerapkan model pembelajaran Problem based learning (PBL), reaksi peserta didik menjadi senang belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), senang mengerjakan soal-soal Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dan motivasi belajarnya meningkat. Pelaksanaan post tes setelah Penerapan model Problem based learning (PBL) dilakukan pada siklus pertama dan siklus kedua dengan dengan kategori Baik, karena siklus I rata- rata nilai 77,70 dan siklus II rata-rata nilai 86,90 ada peningkatan 17.6%.
  2. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat diambil kesimpulan bahwa proses kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan aktivitas baik peserta didik maupun guru.
  3. Komponen Behavior, Selain terjadi peningkatan pada motivasi dan hasil belajar peserta didik, peningkatan juga terlihat pada peserta didik lebih bersikap aktif dalam proses pembelajaran, peserta didik lebih terlatih dalam menyelesaikan masalah-masalah secara mandiri.
  4. Evaluasi “Result”. Setelah dilaksanakan tindakan penerapan pembelajaran model Problem based learning (PBL) ini muncul dampak yang positif. Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang selama ini dianggap sulit ternyata dengan penerapan problem based learning (PBL) menjadi lebih menarik.

SARAN

Model pembelajaran Problem based learning (PBL) dapat dijadikan salah satu alternatif dalam memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang terdapat dalam Kurikulum 2013

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M.T.2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada Media Group.

Hamzah. B Uno. 2016. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Ngalim Purwanto. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Prayitno.1989. Motivasi Dalam Belajar dan Berprestasi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali.

Sardiman. A.M.2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Syaiful Bahri Djamarah. dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.