Dawuh Kiai Zuhri, Meratapi Orang Meninggal Dunia, Salah Satu Kebiasaan Orang Jahiliyah

nuruljadid.net- Kematian merupakan takdir yang harus dihadapi oleh setiap makhluk yang bernyawa tak terkecuali makhluk yang bernama manusia. Namun setiap orang dalam menyikapi kematian berbeda-beda. Sebagian dari mereka ada yang menerima kematian tersebut dengan legowo, namun ada pula yang menyikapinya dengan kesedihan yang melampaui batas.

Salah satu diantara kesedihan yang berlebihan tersebut, meratapi keluarganya yang meninggal dunia dan menyebut-nyebut namanya serta memuji-muji sambil teriak-teriak. Disini KH. Moh. Zuhri Zaini memberikan penjelasan mengenai hal itu apakah perbuatan terpuji atau tercela, berikut penjelasannya.

“Kematian orang yang disayangi oleh kita, baik keluarga, teman, tetangga, kita pasti bersedih. Itu hal biasa tapi jangan terlalu berlebihan,” Kata KH. Moh. Zuhri Zaini Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, dihadapan santrinya saat menjelaskan salah satu hadits yang ada dalam kitab Riyadhus Sholihin, Rabu (19/06/21) di Masjid jami’ Nurul Jadid.

Menurutnya, bahkan ratapan atau tangisan untuk orang yang meninggal dibuat-buat dan itu merupakan kebiasaan orang jahiliyah dan hal itu pula menjadi sebuah kebanggaan.

“Saat mendapati banyak orang yang meratapi atau menangisi keluarganya yang meninggal dunia, ia sangat bangga, sebab ia merasa keluarganya yang meninggal dunia itu disayang banyak orang,” imbuhnya.

Padahal meratapi orang yang meninggal dunia secara berlebihan adalah tradisi yang sangat jelek, tapi meskipun demikian masih ada Sebagian orang yang menyuruh orang lain untuk meratapi dan menangisi keluarganya yang sedang meninggal dunia dan itu dibayar,” pungkasnya.

Kiai Zuhri melanjutkan, pada masa jahiliyah meratapi mayit merupakan tradisi jahiliyah dan orang jahiliyah mengganggapnya adalah tradisi yang paling afdhol.

“Kebiasaan keluarga pada masa jahiliyah, berwasiat kepada keluarganya yang lain untuk meratapi dirinya saat meninggal,” ungkap Kiai Zuhri.
Ia tidak sadar bahwa siksa pada mayit yang ada dalam kubur, salah satu akibatnya karena keluarga yang ditinggal meratapi dan menangisi secara berlebihan.

“Jika ratapan dan tangisan berlebihan terus menerus dilakukan oleh keluarganya yang masih hidup pada si mayit, maka selama itu pula siksa akan diberikan pada si mayit.

Pewarta : PM

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *