Perlunya Mengenali Diri Bagi Manusia
nuruljadid.net-Manusia sebagai abdullah memiliki derajat paling tinggi daripada mahluk Allah lainnya. Ia disebut sebagai mahluk mulia karena dibekali akal fikiran dan nafsu. Dengan akal dan nafsu manusia memiliki dan tanggung jawab untuk mengagungkan penciptanya. Sebagai mahluk sosial, ia memiliki peran dan tugas untuk melestarikan serta menjaga dunia dan segala isinya. Pada diri manusia ada unsur jasmani dan rohani yang ini sangat membutuhkan asupan nutrisi, agar mampu berjalan beriringan sesuai dengan cita-cita Tuhan pada saat manusia diciptakannya. Disamping itu, tuhan telah mendeklarasikan dalam hadis qudsinya
انا سر وسري في خلقي
“Aku adalah rahasia, dan rahasiku ada pada makhlukku”
Tentu, dalam perjalanan mengawal tugas suci ini, manusia ada kalanya melakukan pendikotomian tugas dari dua unsur jasmani dan rohani terutama berkait dengan nalar pikirannya sehingga berakibat pada munculnya berbagai aliran sekte keagamaan. Realita yang tak terbantahkan pula pada manusia, karenanya ada yang lebih mengedepankan jasmani, melupakan unsur rohani lebih tepatnya seperti puasanya orang awam atau ahli syari’at yang menurut sebagian orang hanya mengenali agama kulitnya semata. Namun ada pula yang lebih memprioritaskan rohani lalu melupakan unsur jasmani. Dan pada akhirnya orang seperti ini merasa dirinya telah menyatu atau bahasa lain merasa wushul kepada Tuhan. Dengan pengakuan yang berlebihan itu, terkadang merasa dirinya adalah Tuhan. Lalu bagaimana alqur’an menjawab itu semua…?
Ingkarnasi Sebuah Problem
Berawal dari keyakinan bahwa Roh manusia adalah abadi, kekal, tidak hancur berbeda dengan unsur jasad, mayoritas orang sepakat akan hal itu sebab roh adalah bagian dari unsur ketuhanan yang tercipta dariNya, sesuai firmannya Qs. Ash-shad ayat 72, namun keabadian roh manusia itu bagaimana, berlocus dimana, lalu kemana..?
Tidak ragu melalui tulisan ini saya sampaikan bahwa aqidah Aswaja annahdhiyah berbeda dengan aqidah agama Hindu dan Budha. Konsep Reingkarnasi mereka tidak lebih dari sekedar jelmaan dan jebakan teori evolusi Carles Darwin yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Ini menjadi problem sampai detik ini masih belum menemukan titik kesimpulan. Allah menyampaikan dalam ayatnya bahwa penciptaan manusia bukan dari proses evolusi tetapi dicipta dari tanah Qs. Al-Hijr:26 “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. dari saripati tanah atau nuthfah Qs. At-Thariq:6-7 “Manusia diciptakan dari air mani yang terpancar, keluar dari tulang sulbi dan dada.
Roh yang terbelenggu
Sejatinya Roh manusia memang suci dan kekal berbeda dg makhluk Tuhan selain roh yang akan mengalami kerusakan, hancur dan binasa. Walaupun roh itu kekal tetapi ia bukan Tuhan tidak sama seperti keyakinan sebagian aliran kejawen yang tanpa ragu bahwa Roh adalah Tuhan. Hal ini dipertegas oleh Allah dalam firman Nya.
واذا سويته ونفخت فيه من روحي ، فقعوا له سجدين
Apabila telah ku sempurnakan proses penciptaannya lalu Aku tiupkan roh buatanku…, Qs. Asshad Ayat 72.
Dalam proses selanjutnya Roh suci itu akhirnya terbelenggu ketika bersemayam pada tubuh dhahir dan tidak menutup kemungkinan akan mengalami mutanajjis apabila ia lalai mengingat Tuhannya. Itulah kemudian dzikir untuk menyucikan hati agar terhindar dari 10 sifat tercela yang diantaranya; gibah, menfitnah, adu domba, takabbur, sum’ah, riya, ujub. Itu semuanya akan jauh dari manusia asalkan ia (manusia) berupaya mengikuti petunjukNya yang telah termaktub dalam alquran dan hadits Nabi.
Perjalanan Roh Manusia
Pada saat manusia meninggal dunia (mati) roh manusia akan keluar menuju kehidupan yang lebih sempurna dari kehidupan dunia, sebagaimana dijelaskan dalam Qs. Addhuha ayat 4.
وللا خرة خير لك من الاولي
“Kehidupan Akhirat (sesudah kehidupan dunia) lebih baik bagimu dr kehidupan dunia hari ini, Qs. Al-A’la ayat 17.
وللاخرة خير وابقي
“Kehidupan Akhirat atau sesudah dunia ini lebih baik dan lebih kekal serta abadi”
Bagi roh manusia yang terbelenggu disebabkan oleh perilakunya. Ia membutuhkan penyuciaan agar lepas dari belenggu tersebut, agama mengajari penyucian ini dengan beberapa cara seperti; puasa, berdzikir, do’a, infaq, shadaqoh, Amal shalih. Pada hakikatnya roh itu tidak mati ia hanya pindah alam, sebagaimana penjelasan Allah dalam surat Al-baqorah Ayat 154, dan Ali Imran ayat 169.
“Kamu jangan mengira/mengatakan bahwa hambaku yang gugur dijalanku adalah mati, tetapi mereka hidup hanya sj mereka tdk menyadarinya, mereka bahkan diberi rizqi oleh Allah” dan pada perjalanan terakhirnya ia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah sebuah konskewensi bahwa Tuhan tdk menciptakan dunia ini ‘abatsa atau main-main, dan Dia sebagai raja hari pembalasan”.
Dengan momentum bulan ramadlan ini, mari kita segarkan kembali unsur jasmani dan rohani kita dengan memperbanyak ibadah, baik berupa ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah, banyak hal yg bs kita lakukan utkagar mampu mengantarkan diri kita menjadi insan ahsanu taqwim atau dengan bahasa lain menjadi manusia paripurna yang tentunya akan membuahkan hasil pada diri kita menjadi insan yang mengerti hak dan kewajiban sebagai hamba Allah yang sholih/sholihah.
Penulis : Mohammad Ruslan, SHI
Penyuluh Agama Kec. Kanganyan, Kangean dan Alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid tahun 2009
Editor : Ponirin Mika
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!