Idul Fitri, Panggung Pemaafan Antar Umat

nuruljadid.net- Hari raya idul fitri tahun 1441 kemungkinan besar akan jatuh pada hari Ahad 24 Mei 2020. Dalam hal ini Muhammadiyah telah mengeluarkan edaran berkait tibanya hari raya 1441 jatuh pada hari tersebut. Berbeda dengan NU yang sampai detik ini belum mengeluarkan keputusan. Sebab, dalam tradisi NU untuk menentukan pelaksanaan hari raya biasanya harus menunggu sidang itsbat.

NU dan Muhammadiyah tidak terlalu berdebat terkait methode penetapan hari raya, meskipun pada beberapa tahun sebelumnya kedua organisasi ini seringkali mengalami perbedaan penentuan hari dalam pelaksanaan hari raya (1 syawal). Dua organisasi ini cukup dewasa di dalam menghargai perbedaan satu sama lain.  Kedewasaan muncul tidak lain akibat dari ketinggian ilmu yang dimilikinya. Lebih-lebih soal methode istinbath yang dipakai oleh keduanya. Penulis tidak akan membahas soal ini, biarlah hal tesebut menjadi pembahasan tersendiri oleh kedua organisasi besar yang ada di Indonesia ini.

Pengertian Idul fitri sangat beragam diantaranya, memiliki arti hari kembali pada kesucian dan ada yang menyebutkan hari diperbolehkannya makan. Mayoritas umat umat islam lebih memilih makna Idul fitri hari kembali kepada kesucian. Sebab momentum idul fitri diharapkan tidak menjadi ibadah ritual semata tanpa berimplikasi kepada kebersihan hati dan mental setiap umat muslim. Prof. Dr. Nur Cholis Madjid seorang pemikir modernis islam masih memaknai idul fitri sebatas ranah mental-individual, dengan mengumpamakan puasa ramadhan sebagai momen purgatoria atau pertaubatan dan idul fitri sebagai momen yang lebih tinggi, yakni memasuki paradiso atau surga dengan syarat tetap menjaga kesucian diri (tazkiyatun nafs) yang terisolasi dari problem material kaum muslim.

Tentu idul fitri sebagai hari kemenangan umat islam di dalam melawan nafsu selama sebulan lamanya. Kemenangan yang bisa mengantarkan kepada derajat ketakwaan apabila kemenangan tersebut dialami oleh jasmani dan rohani (lahir dan batin). Derajat ketakwaan tidak akan digapai oleh umat islam apabila kemenangan itu dirasakan oleh salah satu diantara jasmani dan rohani. Kita tetap pada sebuah keyakianan, amal baik yang dilakukan oleh setiap manusia pasti memiliki dampak positif dan akan bernilai di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.  Karena tidak satupun umat manusia yang bisa memastikan amal yang dikerjakannya diterima olehNya.

Melalui hari raya ini, panggung pemaafan antar sesama umat harus dihadirkan dengan punuh ketulusan. Idul fitri momentum dimana manusia harus kembali menjadi fitrah sama seperti tatkala ia baru dilahirkan.

Rasulullah bersabda, Setiap manusia yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Manusia yang baru dilahirkan ibarat kertas putih yang kosong. Artinya, ia tidak memiliki dosa karena terlahir dalam keadaan fitrah. Kesalahan itu datang sejalan dengan perjalanan manusia di dalam bertingkah, berucap baik disengaja maupun tidak. Karena manusia tidak akan terlepas dari kesalahan baik kepada sang pencipta (Allah) maupun kepada sesama manusia. Seyogyanya dalam idul fitri ini (lebaran) permohonan maaf dan pemberian maaf perlu dilakukan. Apabila mampu melakukannya, derajat takwa akan dicapai dengan sempurna.

 

 

Oleh : Ponirin Mika*

*Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) PP. Nurul Jadid Paiton, Probolinggo.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *