Pos

Yuk, Mengintip Kebersamaan dan Kebahagiaan Santri Putri Dalbar di Bulan Muharram

berita.nuruljadid.net – Ada pemandangan berbeda tiap kali digelarnya peringatan tahun baru Islam di Pondok Pesantren Nurul Jadid, satu di antaranya adalah Wilayah Az-Zainiyah. Jika umumnya umat Muslim menjalankan salah satu Sunnah Rasul di bulan Muharram ini dengan membahagiakan keluarganya, maka tidak demikian dengan wilayah berjulukan Dalbar itu. Mereka memilih membahagiakan keluarga dengan cara lain, yakni membahagiakan santri-santri yang berdomisili di wilayah tersebut. Ada alasan yang melatarbelakanginya.

Kepala Wilayah Az-Zainiyah Novita Dwi Yanti dengan lugas menyampaikan inisiatifnya untuk tetap menjalankan Sunnah Rasul meskipun tidak berkumpul dengan keluarga, yakni dengan membahagiakan santri. Pihaknya mengatur agenda runtut seharian penuh di bulan Muharram, khususnya pada Hari Asyura, Selasa (16/07/24).

“Sewaktu terbitnya matahari, santri disambut dengan kegiatan pembacaan Surat Al-Ikhlas dan amalan-amalan Asyura di musala wilayah sampai siang tiba. Di Sore harinya, santri mengikuti kegiatan bagi-bagi takjil dan buka bersama dengan pengurus, sampai malam tiba ditutup dengan kegiatan refleksi,” terangnya saat diwawancarai.

Uniknya, menurut Novi, santri mengikuti kegiatan tersebut dengan khidmat dan bahagia. Meskipun kegiatan di hari itu terlihat sangat padat, mereka menjalaninya dengan wajah yang senyum sumringah. Keberkahan bulan Muharram.

“Bulan Muharram ini tidak hanya diisi dengan kegiatan religius, kami juga menyelipkan kegiatan yang mengasah kreatifitas santri, seperti lomba ancak makanan,” imbuhnya.

Kendati demikian, Muharram bagi Novi adalah momentum yang tepat untuk memaksimalkan kegiatan-kegiatan yang selain diramaikan dengan nilai-nilai religi, juga mengisinya dengan lomba membuat ancak makanan. Novi bercerita, di sela waktu kosong senjakala itu, santri tidak menggunakannya untuk bermalas-malasan, akan tetapi memanfaatkan waktu kosong itu untuk mengasah kreativitas melalui lomba ancak makanan tersebut.

“Daripada gabut yang tidak bermanfaat, dengan adanya lomba ini, santri mengalihkan waktu kosongnya untuk bekerjasama menyelesaikan ancak makanan tersebut. Di sana santri saling mengelaborasi kreativitas, dan tak sedikit juga bercanda tawa dari ide-ide unik yang dilontarkan satu sama lain,” pungkasnya.

Suasana Muharram sungguh penuh keberkahan, seperti Wilayah Az-Zainiyah yang memanfaatkannya untuk momentum membahagiakan santri, seperti Wilayah Al-Hasyimiyah yang mengisinya dengan program Hari Sehat Santri, dan juga seperti wilayah-wilayah lainnya di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

 

Pewarta: Ahmad Zainul Khofi
Editor: Ponirin Mika

Event KLIP-AZ Upaya Asah Bakat dan Keterampilan Santri Wilayah Az-Zainiyah

nuruljadid.net – Dalam rangka mengasah jiwa kompetitif utamanya bakat dan keterampilan santri putri, pengurus Wilayah Az-Zainiyah mengadakan Kreasi Lomba Islami Pesantren Az-Zainiyah (KLIP-AZ) 2023 dalam momentum menjelang libur santri Bulan Maulid (Rabi’ul Awal) yang akan datang.

KLIP-AZ merupakan kegiatan berupa kompetisi atau perlombaan yang digelar khusus untuk santri Wilayah Az-Zainiyah setiap tahunnya. Pada tahun ini, KLIP-AZ mengusung tema “Dari Kreasi Raih Impian Penuh Prestasi.”

Ketua Panitia Humairotul Mu’minah menyampaikan, dalam mengejewantahkan esensi tema kegiatan tersebut, maka para santri, selain memaksimalkan kreatifitas dan kerja sama tim, mereka juga harus berkompetisi dengan sehat.

“Antusiasme peserta di hari pertama lomba ini sangat baik, meskipun dengan jumlah panitia yang terhitung lebih sedikit daripada tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya saat diwawancarai oleh Tim Nurul Jadid Media usai pembukaan event secara seremonial di Aula II pesantren pada Senin (21/08/23) malam.

Potret foto bersama panitia usai pembukaan event secara seremonial merepresentasikan sinergitas kepanitiaan

Pergelaran KLIP-AZ, lanjut Humairotul, berlangsung sejak pembukaan tanggal 21 Agustus sampai dengan acara puncak pada 18 September 2023. Ia juga berpendapat, ada lima bidang pembagian dengan beragam jenis perlombaan yang mewarnai kemeriahan acara dalam rentang waktu tersebut.

“Terhitung ada 15 jenis lomba yang diadakan, diantaranya lomba beat box, diba’iyah mahasiswi, tartil siswi, MC Bahasa Indonesia, MSQ, praktek ibadah, pidato Bahasa Indonesia, game, drama islami, kaligrafi lukis, tahlil mahasiswi, kreasi sholawat, kebersihan daerah, administrasi daerah dan mading,” paparnya.”

Reporter: Ahmad Zainul Khofi

(Humas Infokom)

Sebagai Refleki Kelas Akhir, OSKAR Dikemas Menarik

nuruljadid.net Kegiatan Orientasi Santri Kelas Akhir (OSKAR) yang diadakan oleh devisi bakat dan minat wilayah Az-Zainiyah resmi ditutup pada hari Senin (21/03) kemarin. Acara yang dikhususkan untuk seluruh santri kelas akhir SLTA dan SLTP wilayah Az-Zainiyah ini bertempat di Aula 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Penutupan Orientasi Santri Kelas Akhir (OSKAR) wilayah Az-Zainiyah ini selain diikuti oleh seluruh santri kelas akhir juga dihadiri oleh kepala wilayah beserta seluruh kepala daerah. Ratusan santri dibekali dengan materi kepesantrenan, keagamaan dan keilmuan sebagai bekal mereka sebelum boyong dan kembali ke daerah masing-masing.

Selain itu, diadakannya OSKAR ini bertujuan sebagai wadah refleksi dan kenang-kenangan sebelum boyong. Acara dikemas menarik dengan penobatan lembaga terbaik selama mengikuti acara OSKAR dan pemutaran kaladeiskop kegiatan. Diakhir, panitia menambahkan pemutaran dokumentasi harapan wali santri untuk putrinya menambah kesan haru acara tersebut.

Hal ini diungkapkan oleh Jazilah Wakiyah selaku peserta OSKAR mengatakan bahwa acara ini berhasil memotivasi dirinya untuk lebih semangat menuntut ilmu ke jenjang selanjutnya.

“Acaranya sangat menarik dan menyentuh karena berhasil membangun semangat saya. Juga saya merasa istimewa karena berbeda dari tahun sebelumnya, semoga bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Amin” ungkapnya.

Ketua panitia OSKAR menyampaikan dengan diadakannya acara ini santri Nurul Jadid dimanapun berada harus tetap setia menjaga nama baik almamaternya, istiqomah menjaga ibadah dan amalan yang pernah dilakukan selama mondok, karena itulah sejatinya ilmu yang bermanfaat.

Tambah ketua panitia, ustazah Siti Fatimatuz Zahro berpesan bahwa santri harus mempertahankan status kesantriannya dimanapun ia berada. “Santri tetaplah santri, sejauh mana kamu pergi,” tutur ustazah yang menjabat sebagai kepala wilayah Az-Zainiyah. (Marsyidah Alawiyah)

 

 

(Humas Infokom)

 

 

 

Peringatan Isra’ dan Mi’raj Wilayah Azzainiyah Berlangsung Khidmat dan Meriah

nuruljadid.net Dalam rangka memperingati Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW, wilayah Azzainiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) menggelar serangkaian kegiatan yang menarik dan edukatif pada Selasa hingga Rabu (22-23/02/2022) bulan lalu. Mulai dari tausiyah, nonton bareng hingga quiz berhadiah mampu membuat peringatan yang digelar perdana tersebut semakin meriah.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh ketua panitia, Ustazah Windi Astutik. Menurut beliau, kegiatan yang baru pertama kali diadakan secara mandiri di PPNJ Putri tersebut terbilang sukses besar. Hal tersebut dapat dilihat dari partisipasi santri yang antusias mengikuti rangkaian acara hingga selesai.

“Alhamdulillah, meski perdana, kami isa menjalankan tugas kami dengan baik. Anak-anak juga senang,” tuturnya saat ditemui di sela-sela kegiatan.

Meski begitu, sosok yang juga menjadi pengurus daerah Dewi Masyithah mengaku tidak mudah mengoordinir kegiatan yang masih perdana di tahun 2022. Namun, beliau berharap semoga kegiatan ini bisa berjalan setiap tahun dan bisa lebih baik kedepanya. Pasalnya, kegiatan semacam ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

“Karena, semoga dengan adanya kegiatan ini dapat lebih menghayati perjalanan hidup Nabi, lebi-lebih agar menambah kecintaan terhadap beliau,” pungkasnya.

Pada hari pertama, acara diawali dengan seremonial yang dirangkai dengan pembacaan sholawat Nabi. Setelah itu, acara dilanjut dengan tausiyah yang diisi oleh Ustaz Saili Aswi. Namun sebelum itu, acara juga diisi dengan penganugrahan daerah terbaik I dan II.

Masing-masing diraih oleh daerah Robiatul Adawiyah (Gang B) dan daerah Sayyidah Maryam (Gang J). Kemudian penganugrahan Harisat (penjagaan jamaah) terbaik I dan II masing-masing oleh daerah Khadijah Al-Kubro (Gang F) dan Daerah Dewi Masyitah (Gang I).

Berlanjut hari kedua diisi dengan nonton bareng (nobar) Sirah Nabawiyah. Tetapi, sebelum film di putar tampak beberapa santri menampilkan Sholawat Kreatif membuat suasana lebih seru dan semarak. Keseruan pun berlanjut dengan quiz berhadiah seputar Isra’ dan Mi’raj. Panitia pun sampai kewalahan meladeni peserta yang berebut ingin menjawab pertanyaan.

Seneng banget, akhirnya saya bisa maju menjawab pertanyaan dan dapat hadiah,” ungkap Mira, salah satu santri yang beruntung meluapkan kebahagiaannya. (w24)

 

 

(Humas Infokom)

Gus Fayyadl: Jihad Adalah Perintah Agama

nuruljadid.net – Wilayah Az-zainiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid sukses menggelar acara ruhul jihad di Aula II pesantren yang dipelopori langsung oleh Gus Muhammad Al-Fayyadll yang lebih akrab disapa Gus Fayyadl beberapa waktu silam (12/02/2022).

Firdausiyah selaku ketua panitia kegiatan ruhul jihad mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan ghirroh santri dalam menimba ilmu dan mengemban amanah di pondok pesantren serta memberikan tambahan pemahaman tentang esensi dari interpretasi makna ruhul jihad itu sendiri.

“harapannya, semua santri bisa menela’ah dan mengimplementasikan ruhul jihad dengan baik di Pondok Pesantren Nurul Jadid tercinta ini,” terang Firdausiyah.

Dalam penyampaiannya Gus Fayyadl menjelaskan jika jihad yang dimaknai hanya pada perang saja itu salah, “maka yang dimaksud jihad disini adalah berperang melawan hawa nafsu diri kita sendiri. Misalnya, kita sering lalai atau malas untuk menjalankan amanah, maka untuk mengatasi hal tersebut kita harus melawan rasa malas dengan cara mengetahui esensi pesantren, guru maupun bidang apapun yang akan dijihadi.” tutur beliaunya

Dijelaskan lebih lanjut, kata ruhul jihad terdiri dari dua kata yaitu ruh yang berarti sesuatu yang halus, sedangkan ruhul jihad itu sendiri adalah aliran ghirroh (semangat).

Jihad itu perintah agama, suatu ketika Nabi Muhammad SAW pernah ditanya amal apa yang paling utama? Di antara amal yang beliau sebutkan: “jihad fi sabilillah”.

Dalam berjuang atau berkhidmat kita butuh teman dan ciri-ciri teman yang baik adalah ia akan selalu mendukung terhadap hal baik yang dilakukan oleh temannya.

Beliau juga memberikan ijazah sebuah doa yang ada dalam Al-quran yaitu surat Taha ayat 25-35, yang mana faedahnya akan mendapatkan teman yang baik untuk melakukan kebaikan.

Setelah pemaparan yang jelas dan lugas dari Gus Fayyadl, kemudian acara dialihkan kepada segmen tanya-jawab. Semua peserta banyak yang antusias untuk bertanya sehingga acara ruhul jihad berjalan dengan lancar dan sukses.

 

 

(Humas Infokom)

Az-Zainiyah Gelar Kajian Self-Improvement, Kupas Tuntas Esensi Makna Cantik

nuruljadid.net – Eksistensi wanita senantiasa menjadi hal yang menarik di hadapan publik. Wanita dan prioritasnya yang unik seringkali menjadi sasaran untuk menjadi topik yang tidak pernah habis diulik. Seperti pada Rabu (08/02), Pondok Pesantren Nurul Jadid Wilayah Az-Zainiyah menggelar Kajian self-improvement bertajuk “Cantik Luar-Dalam”.

Acara yang bertempat di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid tersebut menghadirkan Ny. Muthmainnah Waqid, S.Th.I. sebagai penyaji sekaligus menjabat wakil sekretaris pesantren yang diikuti oleh ratusan pengurus putri. Sebelum mengawali materinya, beliau mengaku sangat mengapresiasi acara yang digagas oleh bagian Bimbingan dan Konseling (BK) Biro Kepesantrenan wilayah Az-Zainiyah ini.

Menurut Nyai Iin panggilan akrab beliau, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi santri termasuk mahasiswi yang sedang menjadi pengurus. Mengingat kebanyakan mahasiswi merangkap sebagai pengurus dan wali asuh. “Semoga kegiatan yang sangat bermanfaat ini menjadi amal jariyah untuk pengabdian kita kepada pesantren,” tutur beliau.

(Ratusan peserta dari kalangan pengurus putri wilayah Az-Zainiyah dengan seksama mengikuti pematerian oleh Ny. Hj. Muthmainnah Waqid, S.Th.I)

Memasuki materi, sosok panutan yang juga alumnus Pondok Pesantren An-Nuqayyah Sumenep ini mengupas tuntas esensi cantik. Lebih jauh, beliau mendedahkan bahwa interpretasi makna cantik yang sebenarnya adalah pancaran dari aura wanita itu sendiri. “Karena sebuah kharisma atau aura wanita akan terpancar dari perilaku kita (wanita-red) itu sendiri,” jelas beliau.

Selain itu, beliau tak henti-hentinya menegaskan bahwa cantik itu tidak hanya dipahami secara jasmani saja, melainkan dari sisi rohani juga penting untuk diperhatikan. Karenanya, beliau mengajak seluruh hadirin dalam ruangan Aula terebut untuk memahami diri sendiri agar menemukan hal-hal yang menjadi bakat dan minat setiap individu. “Semua orang itu memiliki keunikan masing-masing, dan pasti memiliki kelebihan masing-masing,” tegasnya.

Acara yang dimulai pukul 09.00 WIB tersebut berakhir pukul 13.00 WIB dengan penuh khidmat dan antusias dari seluruh peserta. Menurut Nur Hasanah, salah satu peserta kajian yang hadir mengaku mendapat ilmu baru dan merasa kegiatan tersebut sangat berpengaruh besar dalam mendefinisikan dirinya sebagai perempuan. “Kajian ini mengajari saya bahwa cantik tidak harus dengan modal mahal,” ujarnya. (sdq/w24)

 

 

(Humas Infokom)

Tingkatkan Layanan Santri, Biro Kepesantrenan Putri Laksanakan Diklat Kewaliasuhan

nuruljadid.net- Dalam rangka meningkatkan kompetensi kewaliasuhan pengurus putri, Biro Kepesantrenan Bidang Bimbingan Konseling dan Wali Asuh (BKWA) melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kewaliasuhan Wali Asuh Putri dengan tema “Seni Memahami Diri Sendiri”. Wali Asuh dibekali ilmu dan konsep mengenali diri yang tentunya sebagai dasar untuk dapat lebih mengenal dan mengelola santri yang beragam dengan berbagai pendekatan (multiple approaches). Diklat kewaliasuhan ini dilaksanakan hari kamis (11/11/2021) bertempat di Aula 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Kegiatan pendidikan dan pelatihan (Diklat) ini merupakan implementasi layanan dasar untuk membina wali asuh dengan bekal ilmu kepemimpinan dan multi disiplin keilmuan lainnya yang cukup. Sehingga bisa memimpin dan mengelola beragam kondisi santri dengan latar belakang yang berbeda dalam suatu kelompok dengan pelayanan sesuai standarisasi pesantren. Selain itu, kegiatan diklat ini merupakan salah satu bentuk optimalisasi pelayanan pesantren terhadap santri dan wali santri. Dengan diklat ini, para wali asuh dibekali ilmu kewaliasuhan yang secara tidak langsung mempersiapkan pengurus siap menjadi orang tua kelak ketika terjun ke masyarakat pasca pendidikan di pesantren.

(Ny. Roudlatul Aniiq memberikan arahan dalam kegiatan diklat kewaliasuhan)

Tepat pukul 08.00 acara diklat kewaliasuhan dimulai, yang dipimpin langsung oleh Wakil Kepala Biro Kepesantrenan Ny. Mamnuhatur Rohmah bersama Wakil Kepala Bidang BKWA Ustazah Madinatul Munawwarah. Salah satu panitia Diklat kewaliasuhan berharap “Kami tidak ingin peserta hanya mengikuti pelatihan saja, bagaimana peserta bisa mengimplementasikan hasil dari pelatihan ini ketika terjun di lapangan nantinya, dan semoga ini menjadi ilmu yang barokah serta berguna di masyarakat,” pungkasnya.

Diklat ini diisi oleh Ny. Raudlatul Aniqq Malthuf sebagai narasumber dan trainer putri dari KH. Malthuf Siroj yang turut berkontribusi aktif memberikan arahan, bimbingan, masukan dan suntikan ilmu kepada peserta diklat yang hadir terkait bagaimana seni memahami diri sendiri sehingga dapat mengeksplorasi potensi serta pengenadalian diri dengan baik.

Kegiatan ini berjalan khidmat dan lancar yang diikuti oleh Wali Asuh dengan antusias dari berbagai wilayah diantaranya Al-Hasyimiyah, Zaid Bin Tsabit, Al-Mawaddah, An-Nafi’iyah, Fatimatuzzahra untuk sesi pagi dan Wilayah Az-Zainiyah, Nasyiatul Hamidiyah dan Al-Lathifiyah untuk sesi siang.

 

(Humas Infokom)

Pengurus Putri Laksanakan Pelantikan Bersama Pasca Paripurna

nuruljadid.net – Pelatikan bersama pengurus putri Pondok Pesantren Nurul Jadid pertama kali digelar meliputi 4 wilayah Azzainiyah, Al Hasyimiyah, An-Nafi’iyah dan Nasyiatul Hamidiyah masa khidmat 2021-2023 hari jum’at (01/10/2021) di Aula 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Kegiatan pelantikan bersama ini merupakan implementasi kecil dari kebijakan sentralisasi dan efisiensi anggaran, karena sebelumnya masing-masing wilayah mengadakan pelantikan secara terpisah. Selain untuk efektifitas dan efisiensi kegiatan, pelantikan bersama ini merupakan salah satu bentuk sederhana untuk memperkuat komunikasi dan koordinasi pengurus Putri antar wilayah.

Tepat pukul 18.30 WIB acara pelantikan dimulai, dibawah komando Biro Kepesantren Putri Bidang Tata Kelola Wilayah. Ustazah Siti Maknunah selaku Wakabid. Tata Kelola Wilayah dan PIC kegiatan pelantikan ini menyampaikan rasa syukur atas sukses terselenggarakannya kegiatan ini. “Alhamdulillah saya sangat bersyukur bisa menyelenggarakan Pelantikan Bersama ini dengan bantuan dan kekompakan tim panitia di balik layar, karena tanpa dukungan semua pihak terutama ahlul bait, kegiatan ini tidak akan berjalan sesuai harapan bersama,” pungkasnya.

(Waka. Biktren putri Ny. Mamnuhaturrahmah memberikan sambutan pada pelantikan bersama pengurus wilayah putri)

Pelantikan Bersama ini tidak lepas dari arahan pimpinan Biro Kepesantrenan putri dalam hal ini Waka. Biktren Ny. Mamnuhaturrahmah yang turut berpartisipasi aktif memberikan masukan dan mengkoordinir tim demi suksesnya pelaksanaan kegiatan pelantikan yang melibatkan 4 wilayah putri dari total 8 wilayah, 4 wilayah lainnya adalah wilayah satelit (non-pusat).

Rangkaian kegiatan ini merupakan kegiatan paripurna dari seluruh proses agenda reformasi di wilayah putri. Sebelumnya telah dilaksanakan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) oleh pengurus demisioner, dilanjutkan pemilihan tertutup , kampanye, pemilu raya, penghitungan suara, penyusunan struktur kepengurusan dan diparipurnai dengan kegiatan pelantikan bersama ini

Kegiatan ini berjalan dengan khidmat dan lancar yang dihadiri oleh seluruh jajaran pengurus pusat putri dan pembina daerah dari masing masing wilayah.

(Humas Infokom)

Dok. PPIQ Nurul Jadid

Wisuda Akbar ke-XXI, PPIQ Putri Kukuhkan 27 Wisudawati

nuruljadid.net-Pusat Pendidikan Ilmu Al-Qur’an (PPIQ) Putri Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) akhirnya kembali gelar Wisuda Akbar ke-XXI pada Kamis malam (08/07). Ny. Hj. Nur Diana Kholidah telah mengukuhkan 27 wisudawati pada acara yang bertempat di Aula I (PPNJ) tersebut dengan didampingi oleh Ny. Hj. Muthmainnah Waqid.

Sekalipun ditengah pandemi, acara tersebut berhasil digelar dengan dihadiri beberapa tamu undangan, alumni dan sejumlah keluarga pengasuh yang berada di wilayah pesantren. Hal ini merupakan buah dari evaluasi panitia yang lebih matang menyiapkan acara setelah tahun lalu terpaksa batal. Sehingga konsep acara ini juga dilangsungkan secara online menggunakan zoom meeting khusus wali santri maupun partisipan yang tidak bisa masuk wilayah pesantren.

Selain itu, calon wisudawati yang sudah boyong (lulus dari pesantren) dapat mengikuti prosesi wisuda dan masuk area pesantren dengan peraturan yang ketat. “Mereka harus datang 3 Minggu sebelumnya dengan melakukan tes gnose dan dinyatakan negative dan mengikuti semua latihan dan persiapan wisuda,” ungkap ustadzah Nurul Nadroh selaku Kepala Bagian Tahsinul Qiroah.

Dok. PPIQ Nurul Jadid

Para Wisudawati tersebut terdiri dari dua program unggulan PPIQ, yakni 19 orang dari Program Tahsinul Qiroah dan 8 orang Tahfizul Qur’an. “Diantara wisudawati Tahfizul Qur’an ada 2 anak wisuda 5 juz, 5 orang 10 juz dan Alhamdulillah ada satu yang berhasil menuntaskan 30 juz di PPIQ dalam waktu 1,5 tahun,” Jelas Ny. Hj. Nur Diana Kholidah dalam sambutannya.

Sebagai penutup, beliau selaku Direktur PPIQ putri Pondok Pesantren Nurul Jadid memiliki harapan yang sangat besar terhadap lembaga yang sudah 27 tahun berdiri tersebut. “Semoga PPIQ kedepannya tidak hanya mencetak para hafidz dan hafidzah, melainkan juga mampu mencetak mufassir dan mufassirat yang dapat memahami dan mengajarkan al-Qur’an,” pungkas beliau. (w24/kyl)

PANDANGAN ISLAM TERHADAP KESETARAAN GENDER

Gender adalah keadaan dimana laki-laki dan perempuan berada dalam kondisi dan status yang sama untuk merealisasikan hak asasinya dan sama-sama berpotensi menyumbang kemajuan pembangunan. Kesetaraan gender muncul dikarenakan ketidakpuasaan perlakuan terhadap perempuan. Hal ini bukan tanpa alasan, perempuan yang merupakan sumber daya yang jumlahnya cukup besar bahkan melebihi jumlah laki-laki berada sangat jauh dari laki-laki dalam hal partisipasinya di sektor public.

Jauh sebelum islam datang pandangan terhadap perempuan sangatlah negative bahkan mereka dianggap hina pada waktu itu. Sebagaimana yang terjadi pada zaman Yunani Kuno, ketika hidup filosof-filosof kenamaan semacam Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM), dan Demosthenes (384-322 SM), martabat perempuan dalam pandangan mereka sungguh rendah. Perempuan hanya di pandang sebagai alat penerus generasi dan semacam pembantu rumah tangga serta pelepas nafsu seksual lelaki sehingga perzinaan sangat merajalela. socrates ( 470-399 SM) berpendapat bahwa dua sahabat setia harus mampu meminjamkan istrinya kepada sahabatnya, sedangkan Demosthenes (384-322 SM) berpendapat bahwa istri hanya berfungsi melahirkan anak, filosof Aristoteles menganggap perempuan sederajat dengan hamba sahaya, sedangkan Plato menilai kehormatan lelaki pada kemampuannya memerintah dan “kehormatan” perempuan menurutnya adalah pada kemampuannya melakukan pekerjaan-pekerjaan sederhana/ hina sambil terdiam tanpa bicara.

Sejarah telah mencatat betapa perempuan ditempatkan sebagai manusia kelas dua. Dalam masyarakat Yunani perempuan diposisikan sebagai makhluk yang rendah, yakni sebagi budak dan pemuas nafsu syahwat semata. Sehingga tidak heran pada zaman tersebut banyak perempuan yang menjadi pelacur. Bahkan perempuan pezina (pelacur) justru di anggap memiliki kedudukan yang tinggi, dan para pemimpin Yunani pada waktu itu berlomba-lomba untuk mendapatkan dan mendekati mereka. Tak jauh berbeda dengan pandangan masyarakat Yunani terhadap perempuan, masyarakat Romawi pun juga menempatkan posisi perempuan sangat rendah dan hina. Kaumlelaki pada  masa itu memiliki hak mutlak terhadap keluarganya, ia bebas melakukan apa saja terhadap istrinya, bahkan boleh membunuh istri mereka dalam keadaan tertentu. Masyarakat Romawi memiliki tradisi yang justru tidak menempatkan posisi perempuan pada posisi yang terhormat yani; pementasan teater dengan menampilkan perempuan telanjang sebagai obyek cerita dan tradisi mandi bersama antara laki-laki dan perempuan di muka umum. Bahkan dalam tradisi masyarakat India seorang istri harus di bakar hidup-hidup dengan mayat suaminya.

Namun saat islam datang, derajat dan martabat perempuan ditempatkan pada posisi yang terhormat oleh Rosulullah SAW. Perempuan harus dihormati dan dicintai. Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan bahwa diciptakan untuk beliau apa yang terhidang di dunia ini, perempuan dan wewangian dan shalat menjadi buah mata kesukaannya (HR an-Nasa’i melalui Anas Ibnu Malik). Yang perlu digaris bawahi adalah antar laki-laki dan perempuan keduanya adalah manusia yang sama karena keduanya bersumber dari ayah dan ibu yang sama (Adam & Hawa). Keduanya berhak memperoleh penghormatan yang sama sebagai manusia. Akan tetapi akibat adanya perbedaan, persamaan dalam bidang tertentu tidak menjadikan keduanya sepenuhnya sama. Namun, ketidaksamaan ini tidak mengurangi kedudukan satu pihak dan melebihkan yang lain. persamaan itu harus di artikan kesetaran, dan bila kesetaraan dalam hal tersebut telah terpenuhi keadilan pun telah tegak, karena keadilan tidak tidak selalu berarti persamaan. Contoh anda telah berlaku adil terhadap dua anak yang berbeda umur­-misalnya-jika anda memberikan baju yang sama dalam hal kualitasnya, walaupun ukurannya berbeda akibat perbedaan badan mereka. Di sisi lain, tidak adil bila anda menugaskan anak yang masih kecil untuk menyelesaikan pekerjaan orang dewasa. Tidak adil juga bila anda menuntut seorang dokter untuk membangun jembatan, dan seorang petani menangani pasien. Yang adil adalah menugaskan masing-masing sesuai kemampuannya.

Dalam beberapa ayat al-Qur’an, masalah kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan ini mendapat penegasan. Secara umum, ini dinyatakan oleh Allah dalam surat al-Hujurât ayat 13 bahwa semua manusia, tanpa membedakan jenis kelamin, warna kulit dan perbedaan-perbedaan yang bersifat given lainnya, mempunyai status sama di mata Allah. Mulia dan tidak mulia mereka di mata Allah ditentukan oleh ketaqwaan, yaitu prestasi yang dapat diusahakan. Begitu pula  pahala yang mereka raih dari usaha mereka tidaklah dibeda-bedakan, bahkan kesetaraan tersebut ditegaskan secara khusus sebagaimana yang tersurat dalam surat al-Ahzâb ayat 35:

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ

وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Begitu pula dalam surat al-Nisâ’ ayat pertama Allah menyatakan bahwa perempuan adalah salah satu unsur di antara dua unsur yang mengembangbiakkan manusia.Ayat ini juga menunjukkan adanya persamaan antara perempuan dan laki-laki dalam hal-hal yang termasuk kekhususan umat manusia.

Namun demikian, dalam beberapa ayatnya, muncul problem kesetaraan, terutama dalam penafsiran terhadap teks-teks tertentu. Dalam surat ini ada beberapa tema yang sering diperdebatkan oleh banyak kalangan, termasuk kalangan feminis. Salah satu tema tersebut adalah tentang penciptaan perempuan dalam al-Nisâ ayat 1, sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Sebagian besar ulama menafsirkan kata nafs wâhidah dengan Adam, sedangkan kata zawj diartikan dengan Hawa, yakni isteri Adam yang diciptakan dari tulang rusuknya.[1][3]

Sedangkan Muhammad ‘Abduh dan Rasyîd Ridhâ, dalam Tafsîr al-Manâr, menolak penafsiran tersebut di atas. Karena menurut mereka, surat al-Nisâ ayat 1 secara lahir tidak menyatakan bahwa kata nafs wâhidah adalah Adam, dan juga tidak ada dalam al-Qur’an nash yang mendukung pemaknaan tersebut. Untuk itu, mereka cenderung memaknai kata nafs wâhidah sebagai materi yang dengannya diciptakan Adam dan isterinya (Hawa).Tampaknya ‘Abduh dan Ridhâ ingin memperjuangkan hak-hak perempuan.

Namun berbeda dengan Quraish Shihab, di dalam bukunya Tafsir Al-Mishbah, terkesan tidak ingin ikut campur dalam perdebatan antara kedua belah pihak di atas. Di dalam tafsirnya, Shihab memaparkan penafsiran kedua belah pihak tentang frase min nafs wâhidah wa khalaqa minhâ, serta menunjukkan inti dari polemik tersebut. Kemudian ia berusaha mendialogkan pendapat kedua belah pihak dengan titik tekan pada keserasian al-Qur’an (munâsabah). Shihab menulis:

Perlu dicatat sekali lagi bahwa pasangan Adam itu diciptakan dari tulang rusuk Adam, maka itu bukan berarti bahwa kedudukan wanita-wanita selain Hawa demikian juga, atau lebih rendah dibanding dengan lelaki. Ini karena semua pria dan wanita anak cucu Adam lahir dari gabungan antara pria dan wanita, sebagaimana bunyi surah al-Hujurât di atas, dan sebagaimana penegasan-Nya, “Sebahagian kamu dari sebahagian yang lain”(Q.S. Ali ‘Imrân [3]:195). Lelaki lahir dari pasangan pria dan wanita, begitu juga wanita.Karena itu, tidak ada perbedaan dari segi kemanusiaan antara keduanya.Kekuatan lelaki dibutuhkan oleh wanita dan kelemah lembutan wanita didambakan oleh pria.

Melihat tulisannya, dapat dipahami bahwa Shihab tidak mengakui adanya perbedaan dari segi kemanusiaan, namun perbedaan antara laki-laki dan perempuan tersebut bersifat given.Dari perbedaan inilah timbul komunikasi positif (hubungan saling menyempurnakan) antara keduanya dalam bingkai kemitraan. Bisa jadi, asumsi peneliti, kesetaraan yang ia  maksud adalah kemitraan.

Islam sangat mendukung adanya kesetaraan gender, namun hanya dalam beberapa aspek contohnya saja kewajiban perempuan untuk menuntut ilmu. Hal ini berdasarkan apresiasi al-qur’an terhadap ilmu pengetahuan.hal ini dimulai dari betapa seringnya al-qurn menyebut kata ‘ilm ( yang berarti pengetahuan) dengan segala derivasinya yang mencapai lebih dari 800-an kali. Hal ini pun berdasarkan firman Allah dalam al-Quran surah al-‘alaq ayat 1-5 dan beberapa kontek ayat lainnya dalam al-Qur’an. Begitu pula dengan aktivitas lainnya, semisal olahraga, tentunya harus tetap mempeerhatikan norma-norma agama; khususnya dari segi pakaian dan penampilannya, juga jenis olahraga yang diminatinya. Kemudian perempuan dengan kesenian, memang terdapat khilafiyah mengenai aktivitas perempuan dalam bidang kesenian khususnya seni suara, hanya saja dalam konteks ini dapat kita nyatakan bahwa pada dasarnya islam tidak melarang seseorang-termasuk perempuan-untuk mengekspresikan talenta seninya seperti menyanyi, sepanjang dengan tujuan dan cara yang tidak melanggar syariat. Misalnya tujuannya adalah untuk menunjukkan rasa cinta kepada Rosulullah, yang mendorong orang semakin seakin semangat beramal shaleh dan sebagainya.

Begitu pula dalam hal kepemimpinan, seorang perempuan (istri) adalah pemimpin di rumah suaminya dan terhadap anak-anaknya. Bukannya Islam membatasi terhadap kepemimpinan seorang perempuan hanya pad lingkup keluarganya saja akan tetapi Islam sebagai agama kasih sayang menginginkan kemaslahatan bagi para pemeluknya dengan menjadikan seorang laki-laki sebagai pemimpin tertinggi seperti halnya presiden. Karena akan lebih maslahat bagi suatu bangsa/ Negara apabila kepala Negara/ kepala daerahnya adalah seorang laki-laki yang memiliki kesehatan jasmani yang prima, dan didukung dengan kejujuran, keadilan, berpihak kepada kepentingan masyarakat, visioner, dan memiliki keluasan ilmu pengetahuan. Bukannya seorang perempuan yang kekuatan jasmaninya lemah. Oleh karea itu kepemimpinan perempuan hanya sebatas pada harta dan anak-anak suaminya saja. Sebagaimana hadis Nabi SAW:

Ingatlah, bahwa setiap diri kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang Amir (kepala Negara) adalah pemimpin, dan dia akan dimintai petanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya, ia akan dimintaipertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang istri adalah pemimpin bagi rumah tangga dan anak-anak, dan ia kan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang budak (hamba sahaya) adalah pemimpin bagi harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Maka ingatlah, bahwa setiap diri kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kalian pimpin.” (HR. Muslim dari Ibnu ‘Umar).

Kesimpulan :

Kesetaraan gender adalah dimana laki-laki dan perempuan berada dalam kondisi dan status yang sama untuk memperjuangkan hak asasinya dan juga sama- sama  berpotensi menyumbangkan kemajuan pembangunan.

Pandangan islam terhadap kesetaraan gender adalah menempatkan posisi dan kedudukan seorang perempuan pada derajat yang mulia,tidak seperti yang terjadi pada masa kejayaan para filosof-filosof dan pandangan masyarakat non islam seperti Yunani, Romawi, India dan lainnya, yang justru menempatkan posisi perempuan hanya sebagai the second creation dan the second sex saja, bahkan mereka tak segan-segan membunuh perempuan pada waktu tertentu sebagaimana yang terjadi pada tradisi masyarakat Rusia tempo dulu sebelum datangnya islam.

Dengan adanya islam, maka apa yang selama ini permpuan inginkan akan terpenuhi, namun tetap harus sesuai dengan syariat islam, semisal dalam hal pekerjaan. Perempuan di perkenankan bekerja di luar rumah dengan catatan telah mendapat izin suami untuk membantunya dalam mencari nafkah keluarga, menutup aurat dan lain sebagainya. Namun namun peran perempuan dalam ranah public sangatlah terbatas karena demi kemaslahatan perempuan itu sendiri. Oleh karena itu islam tidak menganjurkan suatu Negara/ bangsa dipimpin oleh seorang perempuan.

Penulis : Sulusiyah (Pengurus Asrama Program Keagamaan MAN 1 Probolinggo, Wilayah Az Zainiyah

Menyambut HUT RI Ke 74, Santriwati Dalbar Nonton Film “Siapa Di Atas Presiden”

nuruljadid.net- Santriwati Wilayah Az- Zainiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, tengah melaksanakan nonton bareng bersama bertempat di Halaman PPIQ. Malam sabtu (17/08/19).
Tim IT Az-Zainiyah memilih halamab PPIQ tersebut, karena tempatnya luas dan sangat layak untuk menampung banyaknya santriwati dalbar.

Acara nobar ini diikuti oleh seluruh santriwati Az-Zainiyah baik dari kalangan siswi, mahasiswi dan pengurus.
Nobar ini merupakan rangkaian memperingati kemerdekaan RI. Juga sebagai pembelajaran audivisual melalui pemutaran film motivasi yang sangat menarik.

Judul film ”Siapa di atas Presiden” diangkat karena memunyai alur cerita yang sangat menarik. Ada banyak adegan anarkis dari pemeran Antagonis film tersebut.

Awal mula panitia tidak ada inisiatif untuk mengangkat film tersebut. namun film tersebut dianggap cocok karena bersamaan dengan semarak kemerdekaan dan masa reformasi bangsa Indonesia.
Kutipan dari film “Siapa di atas presiden” ini menceritakan seorang tokoh bernama Ricky seorang anak presiden yang ingin membenarkan sistem hukum yang berjalan di Indonesia saat ini.

Ia mengalami masa sulit dimana ayahnya tersangka sebagai pembunuh dari Sutejo Tresno yang tidak diketahui bagaimana kejadian terbunuhnya. Menurut Ricky hukum di Indonesia ini tidaklah adil, menganggap yang tidak bersalah terjerat dalam kasus sedangkan yang kuat meraja lela dimana-mana. Ricky juga mengatakan bahwa Indonesia memliki satu kekurangan yakni kurang dalam keberaniannya, karena keberanian tak hanya identik dengan mengemukakan pendapat, namun juga berani dalam bertindak, membuat yang lemah tidak semakin lemah dan yang kuat tidak menjadi tikus berdasi hitam di tengah-tengah ambradulnya sisitem negara.

Sesaat kemudian suasana sepi tak seperti dari awal, ketika fight step diputar, mereka hanya siletmoment menutup mulut mereka dimungkinkan takut tokoh di dalam film tersebut kalah,  meski suasana gelap mereka tetap menikmati film tersebut hingga larut malam.

Hingga tiba pada klimaks ending, Ricky berusaha menguak kasus ketika yang tengah ditimpa ayahnya. Singkat cerita pada akhirnya hukum sedikit demi sedikit di Indonesia dapat diluruskan berkat asosiasi dari pihak-pihak yang masih memiliki jiwa nasionalisme terhadap negara salah satunya adalah Ricky. Ayah Ricky akhirnya dinyatakan bebas dan tidak bersalah, pembasmianpun dimulai dari perjuangan Ricky dan kawan-kawannya. Karena pada dasarnya Hukum harus ditegakkan atas kehendak rakyat. Realita sesungguhnya adalah rakyat bukanlah penolong namun rakyat adalah raja dan pemarintah merupakan pembantu bagi rakyatnya.

Kesan sekaligus pesan terakhir dari salah satu tim IT ketika melaksanakan wawancara lansung dengan tim Reporter Humas Nurul Jadid adalah “ Semoga lebih bisa mengambil hikmah dari ditayangkannya film tersebut juga harapan saya agar santri lebih bisa open Minded terhadap masa depan bangsa” jelasnya.

Pewarta : Lidhatul M dan Lu AZ
Editor  : Ponirin Mika

 

 

Wilayah Dalbar, Mengisi libur Kampus Dengan Beragam Pengembangan Diri dan Soft Skill

nuruljadid net- Wilayah Az-Zainiyah atau dikenal dengan sebutan Wilayah Dalbar, memberikan bekal pengetahuan dengan materi beragam kepada seluruh Mahasiswi di moment libur kuliah.

Wakil Sekretaris Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Nyai Muthmainnah Waqid, S. Th.I, menyampaikan, Libur panjang perkuliahan dijadikan sebagai wahana untuk menambah wawasan, baik yang sifatnya untuk pengembangan diri seperti pengetahuan seputar kesehatan wanita, kerumahtanggaan, dan soft skill memasak sebagai calon ibu ataupun yang sifatnya terkait tugasnya di pesantren dan bekal nanti ketika adik-adik kembali ke masyarakat.

Disamping itu, Pemangku Wilayah Dalbar, menginginkan agar mahasiswi tidak menjadikan libur UAS sebagai alasan pulang sebab pondok tidak libur otomatis tugas dan tanggung jawab adik2 mahasiswi yg mayoritas adalah pengurus di daerah atau wilayah juga wali asuh dan muallim AlQur’an bagi santri tetap menjalankan tugasnya di saat libur kuliah. Karena itulah panitia kegiatan ini membuat sistem dan prosedur perizinan khusus bagi mahasiswi yang tidak bisa full mengikuti kegiatan, misalnya saat ada kondisi darurat, sedang bertugas di KKN, atau bagi yang sdh mempunyai jam mengajar di lembaga formal dengan izin khusus.

Mereka juga akan diberi reward apabila mengikuti kegiatan tersebut dengan baik, sebab kegiatan ini ada pointnya.

Kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 22 Juli 2019 bertempat di Mushalla Azzaniyah kecuali utk kegiatan outbond rencananya akan dilaksanakan di depan halaman daerah PPIQ dan akan displit menjadi dua sampai 3 kali outbond melihat jumlah peserta mahasiswi yang cukup banyak, yakni sekitar 300 orang.

Kegiatan ini akan diparipurnai dengan kegiatan Soft Skill sekaligus Lomba memasak dan akan resmi ditutup pada malam tanggal 5 September 2019. Setelah itu adik-adik mahasiswi akan kembali disibukkan dengan perkuliahan di semester berikutnya.

Saban harinya Kegiatan dimulai pukul 8 WIB pagi sampai selesai sesuai jadwal yang sudah disepakati dengan para pemateri.

“Alhamdulillah, pematerinya ada yang sudah level nasional dan juga ada yang level regional, tepatnya dari luar kota baik dari tenaga medis (bidan dan dokter) dengan bidang keahlian masing-masing,”
Imbuh Ning Iin.

 

Pewarta : PM

 

Semarak Santri dalam Mengisi Libur UAS

nuruljadid.net – Wilayah Az-Zainiyah, Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton Probolinggo gelar kegiatan pelatihan dengan tema “Perempuan cerdas melahirkan generasi yang berkualitas” bertempat di Musollah Az-Zainiyah, senin (22/07/19).

Kegiatan tersebut dalam rangka mengisi waktu libur mahasiswi Universitas Nurul Jadid (UNUJA) yang berdomisili di wilayah Az-Zainiyyah (Dalbar). “untuk mengantisipasi mahasiswi agar tetap belajar di pondok dan mampu menghargai waktu”, ucap Sri Indah Rahmawati selaku ketua panitia.

Indah, juga berharap dengan diadakan kegiatan ini mampu memberikan motivasi terhadap santri  untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.

Selain itu, harapan nyai Hj. Mutmainnah S.Th.I pemangku wilayah Az-Zainiyyah terhadap kegiatan ini dapat menambah ilmu bagi mahasiswi serta bermetamorfosa menjadi wanita yang lebih baik.

Hadir dalam kegiatan ini jajaran pengasuh, alumni, serta mahasiswi Universitas Nurul Jadid berdomisili di wilayah Az-Zainiyyah.

Penulis : Hakimah (SJ)

Editor : Jawahir

 

Wisuda 62 Peserta Didik, Direktur PPIQ Dalbar Ajak Memberi Warna Pada Lingkungan Sekitar

nuruljadid.net – Wilayah Az zainiyah Dalbar Pondok Pesantren Nurul Jadid Kamis malam (25/04/19) menyelenggarakan wisuda bagi peserta didik PPIQ dan Alkhoiriyah kelas akhir, bertempat di halaman Wilayah Dalbar.

Direktur PPIQ Nyai Hj. Nurdiana Kholidah dalam sambutannya mengingatkan agar wisudawati nantinya mampu memberi warna pada lingkungan sekitar, serta mampu melanjutkan ilmunya ke jenjang yang lebih tinggi supaya memiliki cakupan yang lebih luas.

Senada dengan apa yang disampaikan oleh Ning Din, Kepala Wilayah Dalbar Ustadzah Farhah berpesan kepada para wisudawati agar mendapat ilmu yang barokah untuk dirinya dan orang lain dan bisa ditularkan kepada adik-adik tingkat dibawahnya.

Wisuda kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya, kalau sebelumnya lembaga takhassus di Wilayah Azzainiyah melakukan wisuda peserta didiknya di waktu yang berbeda, namun kali ini ada beberapa lembaga takhassus mewisuda peserta didiknya dibersamakan dengan lembaga yang lain.
Para wisudawati diantaranya menguasai hafalan 5-10 juz, lulus Tahsinul Qiroah, dengan model methode hafalan salah satunya methode Annur.

Pewarta : PM

Berikan Refleksi dan Motivasi Kepada Siswi Kelas Tiga SLTA

Berikan Refleksi dan Motivasi Kepada Siswi Kelas Tiga SLTA

nuruljadid.net – Gus Muhammad Al-Fayyadl, memberikan refleksi dan motivasi kepada siswi kelas tiga SLTA. Dalam kegiatan Tausiah Pengasuh yang diselenggarakan Wilayah Az-Zainiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Kegiatan tersebut bertempat di musala Wilayah Az-Zainiyah, Paiton, Probolinggo, Jumat (05/04/19). Dihadiri seluruh siswi kelas tiga SLTA yang bermukim di wilayah Az-Zainiyah.

Gus Muhammad Al-Fayyadl, mengatakan, kebanyakan siswa/i yang sudah kelas tiga SLTA, akan merasa bimbang memilih Perguruan Tinggi untuk melanjutkan studinya. “Maka alangkah baiknya, isyarat yang Allah berikan kepada kita, ialah melalui jalan istikharah,” tuturnya.

Karena penting sekali mencari ilmu. “Saya yakin tidak semua dari kalian itu ingin menjadi seorang akademisi, tapi apa pun cita-cita kalian tetaplah harus berilmu,” terang beliau.

“Sebelum lulus (berhenti) dari pondok ada baiknya kalian juga mengingat-ingat hutang karena bisa menghalangi kebarokahan,” ajaknya kepada audiens.

Beliau juga mengingatkan penting mendoakan guru agar tidak putus hubungan batin dan ilmu. “Dengan doa kita tidak akan putus kontak batin dengan guru,” katanya.

Maka sebagaimana ciri-ciri santri yang berhenti mondok dengan Husnul Khotimah, harus dijadikan contoh. Yang mempunyai hubungan baik dengan siapa saja saat dipondok, dan memiliki cita-cita yang lebih baik kudepanya. “Cita-cita tinggikan, mau seperti apa,” harapannya sebelum mengakhiri tausiah.

Penulis : Jamilatunnisa (SJ)
Editor : Rizky H.T.