Pos

BEMs Ma’had Aly Pertahankan Tradisi Kitab Turats, Rutin Adakan Musyawarah Kutubiyah

nuruljadid.net – BEMs Ma’had Aly Nurul Jadid kembali aktif adakan Musyawarah Kutubiyah di setiap bulan. Pasalnya kegiatan ini sempat vakum selama Pandemi COVID-19 kemarin, dan sekarang sudah kali ke-8 mereka menggelar kegiatan ini, pelaksanannya tepat pada hari Kamis (9/12) malam bertempat di Mushola Wilayah Al-Amiri (J).

Musyawarah Kutubiyah yang sering dikenal dengan nama Bahtsul Masail ini bekerja sama dengan salah satu organisasi di wilayah tersebut, yaitu An-Nawawi Center. Kegiatan ini wajib diikuti oleh mahasantri semester satu hingga delapan sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan oleh panitia

Menyoal acara, perhelatan ke-8 ini dimulai sekitar pukul 20.30 waktu setempat. Adapun moderator dalam acara kali ini adalah Imam Thobronim, dan Lutfillah sebagai notulen. Keduanya merupakan mahasantri (julukan mahasiswa Ma’had Aly Nurul Jadid) semester akhir. Sedangkan perumusnya adalah Ustaz Abdus Shomad dan Ustaz Ubaidillah, adapun Ustaz Zarkasy ambil peran sebagai mushohih.

 (Potret peserta Musyawarah Kutubiyah tengah fokus mengikuti kajian dan mencari sumber menjawab permasalahan dari topik yang tersedia)

Dalam acara tersebut, panitia mengangkat topik pembahasan terkait hukum melunasi hutang-hutang khamr bagi seseorang yang dulunya terkenal sebagai Penyakit Masyarakat (PEKAT). Acara berjalan seru dan menarik. Para musyawirin beradu argumen sesuai dengan keterangan-keterangan yang ada di dalam kitab-kitab fikih.

Sekitar pukul 23.15 WIB acara usai. Setelah sesi tashih oleh bagian mushohhih, acara kemudian dilanjut dengan sesi foto bersama sebagai dokumentasi kegiatan. Mushohhih, perumus, moderator, notulen dan sebagian mahasantri kemudian berkumpul di kantor Ma’had Aly untuk menentukan hasil keputusan Musyawarah Kutubiyah ke 8.

Adapun hasil keputusan Bahtsul Masail Musyawarah Kutubiyah ke-8 bisa dilihat melalui link berikut (unduh disini).

(Humas Infokom)

Bahtsul Masail Kubro se Jatim Bahas Isu Kontemporer Hingga Dini Hari

nuruljadid.net – Bahtsul Masail Kubro (BMK) sebagai kegiatan rutin ini dihelat kembali setelah dua tahun vakum disebabkan kondisi pandemi. BMK kali ini berlangsung cukup seru dan panas membahas hukum dan isu-isu kontemporer hingga dini hari (19/02/2022) di Masjid Jami’ Nurul Jadid.

BMK ini dibagi menjadi dua jalsah, jalsah pertama dimulai ba’da dhuhur hingga sore sebelum maghrib. Sedangkan jalsah kedua dimulai ba’da sholat isyak hingga dini hari sekitar 01.00 (20/02/2022).

Selama kegiatan berlangsung delegasi Pondok Pesantren Roudhotut Tholibin mengajukan masalah tentang trend sarung batik di kalangan santri dengan beragam motif.

(Keseruan Bahstul Masail Kubro se Jatim pada jalsah kedua malam hari di teras depan masjid jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Sarung tak hanya dikhususkan untuk laki-laki, tetapi juga bisa untuk perempuan. Kain sarung merupakan gaya tradisional dan warisan leluhur budaya Indonesia, yang kini banyak diadaptasi dengan beragam gaya yang lebih modern.

Brand sarung batik kini muncul ke pasar perbatikan Indonesia dengan semangat melawan pakem. Istilah yang selam ini berkaitan dengan standard motif batik yang terus diwariskan sepanjang generasi. Sarung batik merupakan salah satu bentuk olahan kain batik yang dibuat dengan teknik cap.

Selama ini motif pakem menjadikan kain atau sarung batik identik sebagai produk tradisi. Akan tetapi, agar lebih kekinian para seniman menawarkan berbagai motif unik untuk kaula muda dengan desain kontemporer ala kaum milenial.

(Keseruan Bahstul Masail Kubro se Jatim pada jalsah kedua malam hari di teras depan masjid jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Tidak sedikit dari kalangan santri dan warga pesantren yang mengenakannya, namun tak jarang motif yang laki-laki kenakan lebih cocok untuk kaum perempuan. Permasalahannya dalam  bahtsul masail kali ini adalah sebatas manakah seorang laki-laki dianggap menyerupai perempuan begitu pula sebaliknya.

Setelah melalui pembahasan hingga adu argumen yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya mushohih atau perumus mengesahkan bahwa batasannya adalah sebatas menyerupai dalam dua hal, yaitu tingkah (haiah) dan jenisnya sebagaimana dijelaskan dalam kitab Nuhyatul Muhtaj Syarhil Minhaj.

(Keseruan Bahstul Masail Kubro se Jatim pada jalsah kedua malam hari di teras depan masjid jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Pembahasan yang kedua yaitu jika memang apa yang mereka (baca laki-laki) kenakan tidak dianggap menyerupai perempuan, apakah boleh dikenakan di rumah dengan konsekuensi digunjing oleh masyarakat. Mushohih atau perumus mengesahkan bahwasannya yang demikian itu hukumnya boleh tapi makruh karena untuk meminimalisir terjadinya gunjingan masyarakat yang diterangkan dalam kitab Al-Fatawal Fiqhiyatul Kubra.

Meski Lelah, peserta BMK Nampak tetap semangat dan antusias mengikuti setiap proses dan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan. Banyak pengalaman dan pelajaran yang dipetik selama kegiatan BMK ini selain tentunya teman dan kenalan baru.

(Keseruan Bahstul Masail Kubro se Jatim pada jalsah kedua malam hari di teras depan masjid jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Rangkaian Bahtsul Masail Kubro se Jatim ini pun ditutup dengan penetapan hasil oleh para Mushohhih atau perumus yang bersalah dari golongan kiai yakni K. Ro’i Fadli, KH. Muhibbuddin Aman Ali dan KH. Amin Quthbi Munir. Usai bahtsul masail seluruh peserta dan panitia beserta muharrir dan mushahhih mengabadikan momentum tahunan tersebut di teras depan Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid dimana BMK digelar.

 

(Humas Infokom)

Bahtsul Masail Kubro se Jatim Lestarikan Tradisi Kitab Salaf Hingga Bahas Skandal

nuruljadid.net – Biro Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) Nurul Jadid gelar Bahtsul Masail Kubro (BMK) se-Jawa Timur yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan NGOPi Festive (19/02/2022) di masjid jami’ Nurul Jadid. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan dalam rangka memperingati haul masyayikh dan harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid. Tujuannya selain untuk menjalin silaturrahmi antar pondok pesantren juga sebagai bentuk pelestarian tradisi kajian kitab salaf (turats).

Bahtsul Masail Kubro (BMK) se Jatim ini fokus membahas tentang berbagai macam persoalan dan problematika hukum kontemporer. Salah satunya masalah yang diajukan oleh perwakilan Ma’had Aly Nurul Jadid tentang hukum hubungan atau skandal mertua dan menantu pada jalsah tsaniyah.

(Suasana keseruan Bahtsul Masail Kubro se Jawa Timur yang diselenggarakan di teras depan Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Persoalan ini diangkat ketika ada sebuah kasus dimana seorang ibu berstatus janda yang seringkali tidur bersama anak perempuannya yang telah menikah dalam satu kamar. Di kamar tersebut terdapat dua ranjang, kebetulan si ibu tidur di ranjang yang anak perempuannya sering gunakan bersama suami. Suatu ketika, suami si anak perempuan ini pulang dari kerja larut malam dalam keadaan sangat lelah namun nafsunya tengah bergairah. Kondisi listrik di rumah saat itu sedang padam. Akibatnya si anak menantu tanpa sengaja menyetubuhi ibu mertuanya hingga hamil dan melahirkan.

Terdapat dua rumusan masalah yang harus dijawab yaitu siapakah yang berhak menjadi wali nikah anak tersebut dan bagaimana status pernikahan si menantu dengan istrinya?

Mushohhih menuturkan, setelah melalui debat panjang ditemukan jawaban berdasarkan banyak sumber kitab fikih salaf. Pertama yang berhak menjadi wali dari anak hasil hubungan tersebut adalah si wathi’ atau orang menjimak (anak menantu laki-laki tadi).

(Suasana keseruan Bahtsul Masail Kubro se Jawa Timur yang diselenggarakan di teras depan Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Sedangkan untuk pemecahan masalah yang kedua, setelah berdiskusi dan penyampaian pandangan dari masing-masing peserta Bahtsul Masail, akhirnya diputuskan bahwa status pernikahan anak perempuan ibu tersebut dengan anak menantu laki-lakinya rusak karena adanya wathi’ syubhat yang menyebabkan kemahroman kepada istrinya.

(Suasana keseruan Bahtsul Masail Kubro se Jawa Timur yang diselenggarakan di teras depan Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Selain itu, mushohhih menekankan kepada seluruh peserta BMK Jatim untuk mampu lebih mengembangkan konsep pengambilan hukum sebagaimana yang dilakukan ulama’ madzhab yang empat.

“Sebagaimana para ulama madzhab, dalam memecahklan masalah harus memiliki metode qauli dan manhaji yaitu melalui ijtima bahtsul masail dengan dasar yang kuat. Agar hasilnya juga lebih akurat dan dapat dipertanggung jawabkan” imbuhnya diakhir wawancara bersama nuruljadid.net.

 

(Humas Infokom)

Mengikat Pikiran, Sikap dan Amal Melalui Bahtsul Masail

nuruljadid.net- Ditengah-tengah peserta bahtsul masail. Kiai Miftahul Arifin menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi seluruh elemen yang mensukseskan kegiatan bahtsul masail yang diselenggarakan Rabu malam (04/02) di Aula II Pesantren.

Wakil Kepala Biro Kepesantrenan ini dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan bahtsul masail rentetan dari kegiatan menjelang pelaksanaan haul dan harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo.

“Kegiatan bahtsul masail ini merupakan salah satu rangkaian dari beberapa kegiatan untuk menyambut haul dan harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid. Meski dalam dua tahun terakhir ini bahtsul masail sempat vakum, Alhamdulillah tahun ini bisa kita laksanakan kembali. Tentu kegiatan bahstul masail harian, mingguan dan bulanan juga berjalan meski tidak seramai ini,” Ucap Kiai Miftah.

“Tidak banyak yang akan kami sampaikan selain terima kasih dan permohonan maaf. Tentu ada hal yang kurang maksimal dari pelaksanaan ini,” Sambungnya.

Sementara Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini dalam sambutannya menegaskan bahwa bahtsul masail ini merupakan cirri khas dari Pesantren.

“Pesantren tidak lepas dari kajian kitab, terutama kitab kuning. Kalau Pesantren tidak melesatarikan kajian kitab kuning, maka ini tidak sesuai dengan Pesantren yang didirikan oleh para pendahulu-pendahulu kita,” Tegas Kiai Zuhri.

Pengasuh Pondok Nurul Jadid yang ke IV ini menambahkan, tentu bukan hanya pelesatarian hanya sekedar mengenang, namun ada beberapa hikmah yang akan didapatkan, diantaranya: melalui bahtsul masail ini suatu upaya untuk kita selalu mengikat berfikir, bersikap serta beramal dan beraktifitas dengan refrensi syariat. Sebab akhir-akhir ini mulai longgar berpegang kepada syariat. Syariat tidak lagi menjadi acuan dalam berfikir, bersikap dan beramal. Sering menggunakan akal sebegai refrensi yang kita kenal trend liberalisme.

“Bahtsul masail bisa kita laksanakan dengan baik. Seseuai dengan konsep kita. Alhamdulillah, semoga berjalan lancar sampai acara selesai,” Kata Ustadz Misbahul Munir Kabid Tarbiyah Wat ta’lim Biro Kepesantrenan.

 

Pewarta : PM

Bahtsul Masail Ramaikan Pra Peringatan Maulid

nuruljadid.net- Malam jum’at (01/11) Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo mengadakan kegiatan bahtsul masail wustha bertempat di Masjid Jami’ Nurul Jadid. Kegiatan ini dilakukan menjelang peringatan maulid Nabi yang akan dilaksanakan di Pondok pada tanggal 28 Nopember 2019 mendatang.

Ketua LBM Ustadz Mustafa Syukur menyampaikan berkait manfaat kegiatan bahtsu, ” Kegiatan bahtsu wustha dilaksanakan dua kali pertahuan. Menjelang peringatan maulid dan harlah. Kegiatan bahtsu ini bertujuan sebagai upaya untuk menjaga turath  Pondok Pesantren yang memang terkenal dengan kitab kuningnya.

“Alhamdulillah, saya cukup senang melihat antusiasme peserta bahtsu. Peserta bahtsu wustha adalah perwakilan wilayah asrama santri,’ Tegas Ustadz Mustafa.

 

Pewarta : PM

Pasca Kajian Kitab Matan, Begini Kesan Para Peserta kepada PP. Nurul Jadid

Pasca Kajian Kitab Matan, Begini Kesan Para Peserta kepada PP. Nurul Jadid

nuruljadid.net – Kegiatan Kajian Kitab Matan Taqrib yang diselenggarakan oleh Forum Kajian Pondok Pesantren se-Probolinggo dan Launching Kajian Fathul Qorib PP. Nurul Jadid menyisakan kesan yang mendalam bagi segenap peserta. Seperti yang disampaikan oleh Syaifuddin, perwakilan dari PP. Baitis Sholihin, Genggong.

Ia menuturkan, kegiatan kajian kali ini begitu berbeda dengan kegiatan kajian yang sebelum – sebelumnya. “ketika tiba disini (PP. Nurul Jadid, red) kami merasa kagum melihat pesantren terbesar di kawasan probolinggo ini karena saya baru pertama kali kesini, kemudian ketika ketempat acara kami disambut dengan baik dan fasilitas yang ada ketika acara cukup memuaskan dan mungkin yang paling terkesan ketika selesai kajian pas waktu ramah tamah,” jelasnya kepada nuruljadid.net.

para peserta Kajian Kitab Matan saat mengikuti kegiatan FKPP di Masjid Jami' Nurul Jadid

para peserta Kajian Kitab Matan saat mengikuti kegiatan FKPP di Masjid Jami’ Nurul Jadid

Lainnya halnya dengan Himmatur Rizal, perwakilan dari PP. Ar-Rofi’iyah merasa takjub dengan PP. Nurul Jadid karena selain dengan lengkapnya Lembaga  – Lembaga formal yang berdiri di bawah naungan PP. Nurul Jadid. “namun tradisi – tradisi salafiyah seperti mengaji kitab kuning masih cukup kental,” terangnya.

“Semoga pondok pesantren nurul jadid ini terus berjaya meningkatkan kualitasnya dalam mengkaji kitab kuning dan tetap kontisten,”imbuhnya saat ditemui pasca acara.

Setala dengan hal itu, Nur Ahmad Rofiqi, perwakilan dari PP. Riyadus sholihin turut takjub dengan PP. Nurul Jadid. “Mungkin PP. Nurul Jadid ini bisa menjadi gambaran bagi pondok kami,” tuturnya.

Penulis : Agos

Editor : Ponirin

Kajian Kitab Matan Taqrib, Ramaikan Malam Libur Santri

Kajian Kitab Matan Taqrib, Ramaikan Malam Libur Santri

nuruljadid.net – Forum Kajian Pondok Pesantren se-Probolinggo  (FKPP) mengadakan Kajian Kitab Matan Taqrib di Pondok Pesantren Nurul Jadid yang hal ini bersamaan dengan Launching Kajian Fathul Qorib PP. Nurul Jadid. Senin malam (07/10/2019).

Kegiatan tersebut diikuti oleh 64 Pondok Pesantren se-Probolinggo dan segenap santri putra perwakilan setiap wilayah dibawah naungan PP. Nurul Jadid.

Menurut Ketua FKPP, Ust. Muhammad Ainul Yaqin, merasa sangat bahagia bisa menyelenggarakan Kajian Kitab Matan Taqrib di PP. Nurul Jadid. “Karena yang saya dengar dulu itu, Pengasuh PP. Nurul Jadid lah yang selalu memberikan nasehat dan mendukung FKPP,” ungkapnya dalam sambutan.

Ia menambahkan, kegiatan tersebut juga untuk menjalin silaturahim kepada pesantren – pesantren se-Probolinggo. “Serta untuk melatih para santri pesantren se-Probolinggo agar bisa cakap dalam berbahtsul masail,” imbuhnya dalam di Masjid Jami’ PP. Nurul Jadid.

Ust. Saili Aswi, Perwakilan Biro Kepesantrenan PP. Nurul Jadid saat menyampaikan sambutan

Ust. Saili Aswi, Perwakilan Biro Kepesantrenan PP. Nurul Jadid saat menyampaikan sambutan

Ditempat yang sama, Ust. Saili Aswi,Perwakilan Biro Kepesantrenan PP. Nurul Jadid, mengucapkan terima kasih kepada FKPP serta para peserta Kajian Kitab Matan Taqrib yang turut hadir dalam acara tersebut. “Atas nama pengurus PP. Nurul Jadid, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya terutama kepada pengurus FKPP ni. Karena kami ditunjuk dan dipercaya dalam kesempatan di malam ini untuk menjadi tuan rumah dan mudah-mudahan kami dapat melaksanakan apa yang menjadi keinginan FKPP, segala hal kami usahakan dan kami lakukan dalam rangka mensukseskan acara ini mudah-mudahan selalu bersama Allah subhanahu wa ta’ala,” harapnya.

Seraya dengan hal itu. KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh PP.Nurul Jadid turut bersyukur dan berterima kasih karena telah menyelenggarakan Kajian Kitab Matan Taqrib di PP. Nurul Jadid.

“Saya berharap kajian ini bisa memotivasi pada para santri untuk lebih semangat lagi dalam belajar agama lebih – lebih bisa mempelajari kitab – kitab yang diwariskan oleh para pendahulu kita,” ungkap beliau seraya membuka Kajian Kitab Matan Taqrib dan meresmikan Forum Kajian Fathul Qorib PP. Nurul Jadid.

Penulis : Agos

Editor : Ponirin

Bahtsul Masail pun, Ramaikan Haul dan Harlah Ke 70

Bahtsul Masail pun, Ramaikan Haul dan Harlah Ke 70

nuruljadid.net – Senin (25/03/2019) Pondok Pesanten Nurul Jadid mengadakan kegiatan bahtsul masail dengan mengundang 180 Pesantren yang tersebar se-Jawa timur dan sebagian Jawa tengah.

Menurut Ketua Panitia, Muhammad Lutfi, dari 180 pesantren tersebut akan dibagi menjadi komisi A dan komisi B yang setiap komisinya akan diisi oleh 80 peserta. Kegiatan ini rencananya akan di mulai pada pukul 08. 00 WIB

Ia menambahkan, bahwa kegiatan ini merupakan puncak dari kegiatan musyawarah – musyawarah yang di adakan di tiap – tiap wilayah santri PP. Nurul Jadid. “dengan harap para peserta nanti bisa menunjukkan semangat belajar tafaqquh fiddin,”terangnya

KH. Abdul Hamid Wahid, Kepala PP. Nurul Jadid, yang turut hadir dalam acara tersebut merasa senang dengan adanya kegiatan. “Semoga kita dapat barokah dari para guru sehingga melahirkan pembahasan yang berbobot dan sekaligus bermanfaat,”tutur beliau dalam sambutan.

Ditempat yang sama. KH. Zuhri Zaini, Pengasuh PP. Nurul Jadid. Menerangkan bahwa tujuan dari diadakannnya bahtsul masail ini dimaksudkan untuk penguatan visi dan misi pesantren sebagai lembaga dakwah lembaga pengkaderan dalam segala hal khususnya dalam keagamaan.

“sehinggal hal ini bisa menjadi motivasi untuk lebih semangat lagi dalam mempelajari, memahami dan kemudian mengamalkan (ilmu agama islam, red),”harap beliau.

Penulis : Ahmad

Editor : Ponirin

IPPNU : Bedah A’malul Yaum bersama Kiai Produktif

Nurul Jadid.net- Pimpinan Komisariat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama’ (IPPNU) Pondok Pesantren Nurul Jadid mengadakan Kegiatan Bedah A’malul Yaum, Jum’at (03/08/18). Kegiatan yang bertempat di Aula UNUJA tersebut, diikuti oleh seluruh santri baru putri Pondok Pesantren Nurul Jadid. Hadir sebagai pemateri K.H. Romzi Al-amiri Mannan dan Ustadz Alif Hidayatullah sebagai Moderator.

“Tujuan Kita mengadakan Acara ini untuk supaya santri (Baru) Nurul Jadid bisa mengatahui Amalan-amalan yang terdapat pada A’malul yaum ini. Agar (mereka) dapat mengamalkan untuk dirinya sendiri serta masyarakat pada umumnya.” Tutur Ilmawati, Ketua panitia kegiatan tersebut.

Setelah biografi dari pemateri dipaparkan oleh muderator, Kiai yang memiliki lebih dari 70 lebih karya kitab dan buku itupun di persilahkan untuk mulai membedah.

“A’malul yaum berisi do’a-do’a yang baik, sebelum berdo’a ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah asupan makanan yang masuk ke perut kita, jika makanan baik (halal) yang kita konsumsi maka akan baik pula bagi do’a kita (cepat dikabulkan), begitupun sebaliknya.”

Sambil membetulkan tempat duduknya beliaupun melanjutkan “Berikutnya kita harus punya sambungan terhadap guru-guru kita, itulah yang dinamakan dengan Washilah Hal itu juga yang akan membuat do’a kita cepat diijabah (kabulkan).” Imbuh Pemangku Wilayah Al-Amiri (J) tersebut.

Acara yang dibuka pada jam 08.30 tersebut akan di lanjutkan dengan Pemutaran Film Dokumenter Nahdlatul Ulama’ setelah Jum’atan. “ Untuk memperkenalkan kepada peserta Apa itu NU, karena didalam dokumenter tersebut kita bisa tau pendiri NU siapa, tanggal berapa serta kita bisa tau tujuan didirikannya NU.” Ungkap Indana siswi kelas 3 SMANJ. (Hasyim As’ari SJ)

Syi’arkan Agama Lewat Jalinan Silaturrahim Bahtsul Masail Wustho Se-Probolinggo

LBM Syi’arkan Agama Lewat Jalinan Silaturrahim Bahtsul Masail Wustho Se-Probolinggo

nuruljadid.net – dalam rangka memeriahkan dan menyambut Peringatan Haul dan Harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid. Lajnah Bahtsul Masail (LBM) bersama Ma’had Aly Nurul Jadid mengadakan kegiatan Bahtsul Masail Wustho se-Probolinggo, Selasa (3/4/18) di serambi Masjid Jami’.

Pengasuh Pondok KH. Muhammad Zuhri Zaini, Kepala Biro Kepesantrenan Gus Imdad Rabbani, Kepala BKOS KH. Makki Maimun Wafi, Gus Miftah,  jajaran Pengurus pesantren dan wilayah, serta Pentashih dan Perumus Turut menghadiri kegiatan pagi ini.

Selain diikuti oleh segenap santri dari perwakilan wilayah di Nurul Jadid,  Kegiatan Bahtsul Masail Wustho ini juga diramaikan oleh kalangan santri dari beberapa Pondok Pesantren yang ada di kabupaten Probolinggo.

Kegiatan Bahtsul Masail pagi ini dibuka dengan serangkaian susunan acara yang dipandu oleh pembawa acara. Acara pertama diawali dengan pembacaan Alfatihah oleh Pengasuh Pondok Pesantren yang sekaligus membuka acara Bahtsul Masail Wustho pagi ini. Disusul dengan pembacaan ayat suci Al-qur’an oleh Ahmad Hirzan Anwari. Acara ketiga yakni sambutan-sambutan. Dan acara terakhir ditutup dengan pembacaan doa oleh Kyai Makki Maimun Wafi.

Ketua Panitia, Fiki Firmansyah mengatakan bahwa tujuan dari diadakannya kegiatan Bahtsul Masail ini tidak lain adalah sebagai wadah silaturrahim antar santri pondok pesantren yang ada di kabupaten Probolinggo.

Tujuan tersebut kembali di sampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren KH. Muhammad Zuhri Zaini dalam sambutannya. Dimana beliau menuturkan bahwa selain sebagai wadah silaturrahim, kegiatan Bahtsul Masail ini juga merupakan ajang untuk mensyiarkan agama Islam kepada umat pada umumnya, dan santri secara khusus.

“diadakan Bahtsul Masail agar santri biasa berfikir  tentang syari’at secara utuh dan matang. Karena melihat akhir-akhir ini sudah banyak bermunculan pemikiran-pemikiran bebas dan semaunya tentang agama. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengotak atik dalil qur’an dan hadis berdasarkan kemauan mereka.” Tutur beliau.

Selain itu beliau juga berharap dengan adanya kegiatan seperti ini, apalagi ditempat terbuka yang bisa disaksikan para santri lain sehingga menjadi totontonan yang baik bagi mereka, ialah dapat memotivasi mereka agar lebih semangat dan giat lagi dalam mengkaji ilmu-ilmu agama.

“saya berharap mudah-mudahan kegiatan ini berjalan dengan lancar sampai selesai dengan menghasilkan sesuatu yang bisa diamalkan.” Harap beliau. (NakBali)

Diskusi Panel Lestarikan Tradisi Salafussholeh Santri AL-Lathifiyah Adakan Bahtsul Masail

Nuruljadid.net – Pendidikan Ma’had Aly adakan diskusi panel, Kamis (30/03/2018) di Musholla putri Al-lathifiyah PP. Nurul Jadid. Diskusi panel diadakan rutin tiap malam sabtu pukul 22:22 sampai 24:00 setelah kegiatan belajar mengajar (KBM) santri.

Peserta terdiri semua Marhalah dari I’dadiyah dan Ma’had Aly putri. Khofifah dan Nada Aini Rohmah menjadi penyaji, Wizarotul Hamidah bertugas sebagai moderator.

Tema dalam diskusi kali ini adalah mengenai haji. Ustadz Hasan Bisri dan Ustadz Sulianto menjadi mushohih, didampingi oleh pembina masing-masing marhalah.

Tujuan diskusi ini ialah untuk melestarikan tradisi salafussholeh, melatih dan mengembangkan hukum, tidak hanya memahami fiqih secara kontekstual. Belajar berargumen berdasarkan refrensi kitab fiqih. “Kitab yang menjadi rujukan adalah kitab syarkowi, al-bajuri, takrirotus sadidah dan kitab-kitab lainnya”. Tutur Ustadzah Fatim selaku pembina marhalah I’dadiyah.

Diakhir diskusi mushohih memberikan arahan-arahan dan menyimpulkan hasil diskusi berdasarkan permasalahan-permasalahan yang muncul disertai dalil-dalil pendukung. Kemudian diskusi ditutup dengan pembacaan do’a bersama. (Ulfa Nurul Jannah, SJ)