Cerita Santri di Haul KH. Nur Chotim Zaini

Cerita Santri di Haul KH. Nur Chotim Zaini

nuruljadid.net – Hari kewafatan sosok dewan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid sekaligus Ketua Yayasan Nurul Jadid, KH. Nur Chotim Zaini di tahun 2019 ini diwarnai dengan khataman al-qur’an dan pembacaan tahlilan oleh santri putra Pusat Pendidikan Ilmu Al-qur’an (PPIQ) PP. Nurul Jadid.

Kegiatan tersebut ditempatkan di Musholla kediaman KH. Nur Chotim Zaini pada Kamis ba’da Maghrib (26/09/2019) yang dipimpin langsung oleh Pengasuh PP. Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini.

KH. Zuhri Zaini, saat menghadiri acara HAUL almarhum KH. Nur Chotim Zaini

KH. Zuhri Zaini, saat menghadiri acara HAUL almarhum KH. Nur Chotim Zaini

Mengenai kiprah beliau (Alm. KH. Nur Chotim Zaini, red) selama masih berkhidmat di PP. Nurul Jadid, Adiyatno Hidayat salah satu santri senior PP. Nurul Jadid mengungkapkan, pesan yang paling ia ingat adalah ketika ia diajar beliau saat masih menimba ilmu di MA Nurul Jadid.

“Saya diajari, dibimbing serta dididik melalui keteladanan beliau. Beliau merupakan sosok yang sangat disiplin utamanya dalam hal kedisiplinan waktu. Beliau tidak pernah terlambat dalam masuk kelas. Beliau juga berdawuh agar selalu mutholaah dan menjadi seorang yang rajin serta disiplin” ungkap Bapak Dayat (sapaan akrab santri senior tersebut).

Dalam segi Pendidikan, KH. Chotim (sapaan akrab Alm. KH. Nur Chotim Zaini) mengajar dengan menggunakan metodenya sendiri yakni dengan menyuruh setiap murid secara acak untuk membaca, menterjemahkan serta menjelaskan kitab.

“Pola Pendidikan yang beliau terapkan, metode mengajar beliau dikelas itu pola metode yang sangat mandiri sekali karena disetiap beliau ngajar itu selalu menyuruh kami murid – murid beliau secara spontan tidak terjadwal satu – persatu diminta beliau untuk membaca kitab dan prosesnya disetiap membaca kemudian menterjemahkan dan kemudian memberikan penjelasan” ungkap Bapak Dayat.

“Yang paling unik adalah beliau tidak pernah menunjuk siapa yang akan membaca kitab pada pertemuan berikutnya. Artinya, apa yang bisa kami teladani dari beliau bahwa setiap murid itu harus memiliki persiapan yang matang sehingga pada pembelajaran selanjutnya setiap murid sudah memiliki persiapan yang matang karena beliau menyuruhnya secara acak. Itulah memori yang sangat luar biasa dibenak kami sebagai murid beliau” tambah Bapak Dayat yang saat ini menjabat sebagai Kepala Keamanan dan Ketertiban (KAMTIB) PP. Nurul Jadid.

Ketika Bapak Dayat menjadi pengurus PP. Nurul Jadid, beliau KH. Chotim selalu menasehati para pengurus untuk senantia mampu mengatur waktu dengan baik dan bekerja keras.

“Satu hal yang paling saya ingat dari beliau itu, kalau ada intruksi jangan sekali – kali berkata tidak mampu namun beliau selalu menyarankan untuk kerjakan terlebih dahulu kemudian kesulitan yang dihadapi itu dicarikan solusi bersama. Ini adalah pendidikan yang luar biasa dari beliau kepada kami selaku pengurus PP. Nurul Jadid, ” imbuhnya dengan seraya berkaca – kaca.

Berkenaan dengan pergaulan KH. Chotim kepada masyarakat, MS Rokim salah seorang santri yang memiliki kenangan bersama KH. Chotim mengatakan bahwa beliau pernah berpesan kepadanya. “kalau ingin bermasyarakat jangan terburu untuk menjadi pemimpin. Namun, amati terlebih dahulu dan cermati seperti apa karakter masyarakat itu sendiri kurang lebih selama 2 tahun, setelah itu boleh untuk mencalonkan diri menjadi pemimpin di masyarakat tersebut,” jelasnya MS Rokim kepada nuruljadid.net.

Penulis : Ahmad

Editor : Ponirin

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *