Kunjungi ‘Rumahnya’ Sejarah NU di Expo Pendidikan HARLAH NU ke-102
penasantri.nuruljadid.net– Tampilan yang unik memikat perhatian pengunjung stan yang satu ini. Berbeda dengan stan-stan lainnya yang memamerkan produk unggulan atau berbagai jenis street food, stan ini menyuguhkan koleksi foto-foto sejarah para pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Foto-foto para Muassis NU, dari KH. Hasyim Asy’ari yang dikenal sebagai pendiri NU hingga KH. Umar Burhan, sang arsiparis NU, menghiasi dinding stan.
Di tengah stan, terdapat meja dengan deretan arsip yang memamerkan dokumen-dokumen bersejarah NU. Beberapa arsip tersebut tercetak dalam berbagai bahasa, mulai dari Bahasa Indonesia dengan ejaan lama, hingga Bahasa Belanda yang digunakan pada masa penjajahan. Teks-teks arsip ini menunjukkan seberapa jauh perjalanan panjang sejarah NU.
Begitu memasuki stan, tim redaksi disambut ramah oleh dua orang penjaga stan, M. Ali Yusuf dan Gus Yunus. Meski tampak biasa-biasa saja, redaksi segera menyadari bahwa mereka bukan orang sembarangan. M. Ali Yusuf dikenal sebagai pencetus ide stan pameran Muassis NU dan Rumah Arsip, sekaligus penjaga stan.
Meskipun pengunjung stan ini tidak sebanyak stan lain, para pengunjung yang datang terlihat berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pengurus NU hingga masyarakat umum yang tertarik dengan sejarah. Tim Redaksi kemudian melanjutkan liputannya dan mendapati bahwa Rumah Arsip NU yang ada di stan ini merupakan inisiatif dari KH. Hisni, putra KH. Umar Burhan, sang arsiparis NU yang banyak memberikan kontribusi terhadap pelestarian arsip sejarah NU.
“Arsip-arsip ini berasal dari catatan KH. Umar Burhan dan KH. Wahid Hasyim, yang tergabung dalam Tim Arsip NU. Saat ini, arsip-arsip tersebut hampir mencapai tiga lemari dan disimpan di kediaman KH. Umar Burhan di Gresik,” kata M. Ali Yusuf.
Ia melanjutkan, “Rumah Arsip NU ini bertujuan untuk menggali dan menyimpan data primer sebelum dan sesudah berdirinya NU. Tujuannya adalah mengedukasi masyarakat, khususnya nahdliyin dan nahdliyat, untuk mengetahui sejarah NU yang sesungguhnya serta mengembalikan marwah para Muassis NU.”
Selain menampilkan arsip-arsip bersejarah, Rumah Arsip NU juga telah mencetak arsip-arsip tersebut menjadi beberapa buku, seperti H. Umar Burhan Sang Arsiparis NU dan Minal Muktamar Ilal Muktamar (Pidato-Pidato Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari).
Dalam penjelasannya, M. Ali Yusuf yang juga merupakan anggota Banser menambahkan, “NU tidak berdiri begitu saja. Di balik berdirinya NU, terdapat perjuangan besar. NU berdiri untuk kemaslahatan umat dan kemerdekaan Indonesia. Proses berdirinya NU juga melibatkan berbagai elemen, termasuk keluarga besar Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Kudus, serta jaringan pesantren dan saudagar.”
Dijelaskan pula bahwa meskipun NU didirikan pada 1926, organisasi ini baru memperoleh legalitas dari pemerintah Belanda pada tahun 1930. Proses berdirinya NU berawal dari beberapa organisasi dan jaringan, seperti Serikat Dagang Ampel, Ta’mirul Masajid, Jam’iyah Pesantren, dan banyak lagi.
“Proses berdirinya NU memang tidak mudah, namun dengan adanya embrio-embrio tersebut, NU terus berjuang hingga kini,” ujar Ali Yusuf menutup penjelasannya.
Pewarta : Wahdana Nafisatuz Zahra
Editor : Ponirin Mika
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!