KH Anwar Iskandar: Jati Diri NU Adalah Pembela Agama, Negara, dan Pengayom Umat

berita.nuruljadid.net- Dalam rangka memperingati Harlah Nahdlatul Ulama (NU) ke-102, KH Anwar Iskandar, Wakil Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), memberikan taujihat di halaman Pondok Pesantren Nurul Jadid. Pada kesempatan tersebut, Kiai Anwar mengajak seluruh hadirin untuk merenungkan perjalanan NU yang telah mengabdi selama lebih dari satu abad.

“Layaknya sebuah ulang tahun, Harlah ini adalah saat yang tepat untuk melakukan refleksi. Kita perlu merenungkan, sudah sejauh mana NU berperan bagi bangsa, agama, negara, dan umat selama 102 tahun ini,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Al Amien Ngasinan, Kediri.

Kiai Anwar memaparkan bahwa alasan mendasar berdirinya NU adalah untuk menjaga agama (hirosatuddin), membela negara, serta menjadi pengayom bagi umat dan bangsa Indonesia. Ia menjelaskan, motivasi utama pendirian NU adalah untuk berjuang membela agama Islam, melawan penjajahan, dan turut menjaga kedaulatan negara.

Menurut Kiai Anwar, konsep hirosatuddin (menjaga agama) pertama kali disampaikan oleh KH Kholil Banglakan kepada KH Hasyim Asy’ari. Isyarat ini muncul sebagai tanggapan terhadap tantangan besar dalam menegakkan agama Islam di tengah penjajahan yang sekuler. Hal tersebut kemudian menjadi dasar semangat bagi NU dalam memperjuangkan agama di bumi Indonesia.

“Di dalam NU, lahir para ulama yang mendirikan pesantren-pesantren yang kemudian melahirkan ulama-ulama berikutnya. Pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah kepada generasi muda, agar mereka memahami esensi menjaga agama,” jelas Kiai Anwar.

Lebih lanjut, Kiai Anwar menekankan bahwa NU hadir sebagai bagian integral dari negara. Seperti ulama-ulama terdahulu yang ikut berjuang melawan penjajahan, semangat bela negara tetap menjadi bagian penting dari jati diri NU. Salah satu bentuk semangat ini, lanjutnya, tercermin dalam lagu “Mars Yalal Wathon” yang diciptakan oleh Mbah Wahab.

“Mars Yalal Wathon menggambarkan semangat tokoh-tokoh NU di masa itu yang mengajarkan betapa pentingnya bela negara dan mempertahankan kedaulatan NKRI,” ungkap Kiai Anwar.

Sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kiai Anwar juga mengingatkan bahwa meskipun NU masih memiliki beberapa kekurangan, kontribusinya terhadap umat dan bangsa sangat besar. Ia menegaskan, NU tidak ingin kuat hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi ingin memberikan manfaat bagi umat dan negara.

“NU berkomitmen untuk menyumbangkan kekuatannya demi kehidupan bangsa dan negara. Sebagaimana ajaran Rasulullah, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain,” tegasnya.

Di akhir taujihatnya, Kiai Anwar mengajak seluruh umat untuk menjadikan Harlah NU ke-102 sebagai momentum untuk menatap masa depan yang lebih baik, lebih bermanfaat, dan lebih bermartabat. “Marilah kita perbaiki diri, menciptakan kemaslahatan bagi umat, dan menjalin sinergi dengan seluruh elemen bangsa, dengan tetap menjaga jati diri kita sebagai pembela agama, negara, dan pengayom umat serta bangsa Indonesia,” tutupnya.

Pewarta : Kadafi Ananda
Editor     : Ponirin Mika

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *