Gus Ahmad Kafabihi Mahrus: Pesantren dan Turats Dua Komponen Harus Saling Bersinergi
nuruljadid.net –Tausiyah signifikansi kajian turats digelar pada acara pembukaan bahtsul masail kubro dan seminar fikih wanita. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian NGOPI Festive dalam rangka memeriahkan peringatan Haul Masyayikh dan Harlah ke-73 Pondok Pesantren Nurul Jadid. Panitia menghadirkan Gus Ahmad Kafabihi Mahrus pada acara pembukaan tersebut untuk memberikan tausyiah Sabtu (19/02/2022) lalu di Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid.
Di tengah sambutannya, Gus Ahmad Kafabihi Mahrus menyatakan kembali poin penting yang telah disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini pada sambutan beliau sebelumnya bahwa konsep kitab turats ini tidak bisa dilepaskan dari status santri.
“Pondok Pesantren dan Turats adalah dua komponen yang harus saling bersinergi,” tutur Gus Ahmad.
(Gus Ahmad Kafabihi Mahrus tengah menyampaikan tausyiahnya tentang Signifikansi Kajian Turats pada pembukaan NGOPI Festive di Aula 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid)
Hal ini diungkapkan bukan tanpa sebab, menurut Gus Ahmad setiap pesantren harus memiliki dorongan kitab klasik atau kitab salaf untuk perkembangan pesantren itu sendiri.
“Ketika Pondok Pesantren tidak mempunyai kajian turats di dalamnya, maka kekuatan Pondok Pesantren itu perlu dipertanyakan, karena kemajuan Pondok Pesantren meskipun pesantren formal itu harus ada dorongan dari kajian-kajian kitab klasik atau salaf,” terang Gus Ahmad.
Lanjut, Gus Ahmad menjelaskan pengertian dari dua pendapat tentang konsep pengarangan kitab turats. Kitab salaf atau turats merupakan sebuah peninggalan cendekiawan muslim terdahulu dan dengan keberadaan kitab turats kita bisa mengenal konsep hukum yang terdapat di dalam Al-Qur’an, sunnah, hadits, bahkan kita juga bisa mengenal bagaimana sejarah itu bisa terjadi.
“Terdapat beberapa pendapat tentang konsep pengarangan kitab turats ini sendiri, pertama yaitu karangan pada masa sebelum Abbas Pasa yakni Dinasti Ali Pasa yang ada di mesir tahun 1825, itu bisa dikatakan termasuk kategori kitab turats, namun jika ada yang dibawahnya itu, atau setelahnya zaman itu, maka itu bisa dikatakan kitab kontemporer,” jelas beliau.
(Gus Ahmad Kafabihi Mahrus tengah menyampaikan tausyiahnya tentang Signifikansi Kajian Turats pada pembukaan NGOPI Festive di Aula 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid)
Betapa pentingnya kajian kitab turats bagi seorang santri, karena dengan mengaji kitab turats salah satunya bisa mengembangkan kualitas keilmuan santri sendiri.
“Saya teringat Habib Atthos yang mengatakan bahwa barang siapa yang menghendaki kemajuan dalam dirinya, barang siapa yang menghendaki perkembangan pesat dalam dirinya baik itu dalam segi keilmuan maupun dalam segi kehidupan, maka hendaknya bagi kalian semua ini mempelajari kitab salaf atau kitab turats,” Gus Ahmad menceritakan kisahnya saat memberikan tausyiah.
Gus Ahmad berharap khususnya kepada santri Pondok Pesantren Nurul Jadid untuk semangat kembali belajar atau muthola’ah kitab-kitab klasik.
“Lebih ditekankan lagi, sama seperti ungkapan tadi bahwa jika kalian menghendaki kemajuan, maka kalian harus belajar memahami paham-paham kitab salaf. Namun, jika kalian menghendaki untuk terakhirkan maka pelajarilah kitab-kitab yang sekarang, seperti novel, komik dan sebagainya,” imbuhnya.
(Gus Ahmad Kafabihi Mahrus tengah menyampaikan tausyiahnya tentang Signifikansi Kajian Turats pada pembukaan NGOPI Festive di Aula 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid)
Keutamaan mengkaji kitab turats ini juga telah dijelaskan oleh nabi Muhammad SAW, yaitu dalam hadits shahih riwayat al-bukhari muslim yang berbunyi man yuridillahu bihi khairan yufaqqihhu fiddiin, jadi ketika kita menghendaki kebaikan, maka kita justru ingin mempelajari urusan agama. Maka dari itu, pilihan untuk belajar di pesantren dan mengkaji kitab turats adalah pilihan Allah untuk kita guna mempelajari kitab salaf.
Beliau juga menambahkan, bahwa ketika kita mempelajari kitab turats, ada keberkahan di dalamnya. “Santri harus yakin dengan adanya barokah, jangan sampai ada santri yang menjadi alumni lalu pulang ke masyarakat dan tidak percaya dengan adanya barokah, jangan sampai terjadi, ini tidak boleh. Barokah dalam konsep santri itu harus percaya,” tambah Gus Ahmad.
Beliau menyimpulkan, bahwa jika kita memahami turats secara kontekstual, maka masalah di dunia ini akan terpecahkan dan bisa mengikuti perkembangan zaman. Itulah keunikan kitab turats yang Gus Ahmad sampaikan dalam tausyiahnya.
(Humas Infokom)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!