Pos

Road To Haul dan Harlah 74: Ratusan Peserta Ikuti Ijazah Kitab Dalailul Khoirot Bersama Kiai Fadlurrahman Zaini

nuruljadid.net – Menjelang Haul Masyayikh dan Harlah ke 74 Pondok Pesantren Nurul Jadid yang kurang 24 hari lagi, sebagai salah satu side event ratusan peserta mengikuti kegiatan ijazah kitab Dalalilul Khoirot oleh KH. Fadlurrohman Zaini yang bertempat di Aula 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid pada sabtu, (27/01/2023) sore kemarin. Kegiatan ini diprakarsai oleh Biro Kepesantren Nurul Jadid.

Peserta kegiatan tersebut terdiri dari alumni dari berbagai daerah, pengurus, santri, dan simpatisan. Banyak permintaan untuk bisa ikut serta dalam kegiatan ijazah kitab tersebut, sayangnya kuota sangat terbatas sehingga pengurus dengan berat hati harus menolak.

Selama pelaksanaan, peserta terlihat sangat antusias dan khidmat mengikuti ijazah dari kiai Fadlurrahman Zaini yang disertai nasehat bagaimana menjalani ijazah dan tata caranya. Peserta dari golongan para alumni terpantau datang sebelum sholat Jum’at meskipun tidak sedikit yang tiba menjelang sholat ashar, pasalnya hal ini dilakukan agar mereka bisa meluangkan waktu ke maqbarah atau astah para almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Dalam kesempatan itu, Gus. Muhammad Al-Fayyadl selaku mudir Ma’had Aly Nurul Jadid tampil sebagai moderator dan ustaz Moh. Jasri sebagai pemandu acara. Tepat ba’da ashar sekitar pukul 16.00 WIB rangkaian kegiatan ijazah kitab Dalailul Khoirot dimulai. Sebelum memberikan ijazah kepada seluruh peserta yang hadir, KH. Fadlurrahman Zaini memberikan tausiyah seputar manfaat dan arahan tentang wirid mana saja yang dibaca dalam setiap harinya mulai Senin hingga Ahad.

(Suasana Ijazah Kitab Dalailul Khoirot oleh Kiai Fadlurrahman Zaini di Aula 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid)

Selaku moderator, Gus Muhammad Al-Fayyadl membantu mempertegas tata cara amalan atau ijazah yang telah diberikan menggunakan bahasa Indonesia kepada seluruh peserta yang sebelumnya disampaikan menggunakan bahasa Madura oleh Kiai Fadhol. Gus Fayyadl terlihatkan menjelaskan dengan penuh kewaspadaan, dengan tujuan agar seluruh peserta tidak salah paham dan bisa mengamalkan dengan baik sesuai arahan dari kiai Fadhol.

Tak lama selepas penjelasan manfaat dan tata cara mengamalkan kitab, sesi tanya jawab dibuka kepada seluruh peserta yang masih belum paham terkait mengamalkan kitab Dalalilul Khoirot tersebut dipandu oleh pemandu acara ustaz Moh. Jasri.

Proses Ijazah atau mengijazahkan dalam dunia kepesantrenan memang suatu hal yang lazim. Ini merupakan suatu bentuk perizinan dari kiai kepada para santri maupun masyarakat secara umum untuk mengamalkan suatu amalan yang bermanfaat berkenaan dengan baik masalah duniawi ataupun ukhrowi.

Setelah kurang lebih satu setengah jam, rangkaian acara ijazah kitab Dalailul Khoirot berakhir tepat pada 17.30 WIB petang. Sebagian peserta sowan secara bergantian kepada KH. Fadlurrahman Zaini dan Gus Fayyadl sedangkan sebagian lain dari peserta santri diminta untuk lebih awal meninggalkan lokasi acara untuk lanjut persiapan mengikuti kegiatan pesantren.

 

 

(Humas Infokom)

Ijazah Kitab Kuning, Memelihara Tradisi Pesantren

nuruljadid.net- Salah satu cara menjaga tradisi sanad keilmuan seseorang harus melalui ijazah. Dan ijazah sanad keilmuan merupakan sesuatu yang sangat penting,’Ungkap Usatadz Misbahul Munir.

Pernyataan tersebut diungkapkan setelah selesai mengikuti Dirosah Ilmiah dan Ijazah Kubro Kitab Unwan Taufiq Fi adabit Thoriq oleh Syekh Awad Karim Al-Aqly. Selasa siang (03/02) di Masjid Jami’ Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo.

Kabid Tarbiyah Watta’lim Biro Kepesantrenan ini mengungkapkan kegembiraannya saat Syekh Awad bisa melanjutkan tausyiahnya. dan juga melihat semangat pengurus dan santri dalam mengikuti kegiatan tersebut.

“Kami sempat kaget saat Syekh Awad tidak bisa melanjutkan tausyiahnya, Senin malam (02/03) karena beliau secara tiba-tiba mengeluh sakit. Melalui mutarjimnya beliau meminta maaf dan akan dilanjutkan pada esok harinya (selasa siang). Bahkan pada selasa pagi, kami mendapatkan informasi bahwa beliau tidak bisa melanjutkan. Sebab, kesehatan beliau belum stabil. Rasa syukur saya tidak terhingga saat beliau berkenan untuk memberikan tausyiah lanjutan pada selasa siang pukul 14.00 WIB. Kebanggan saya bertambah pada saat melihat pengurus Pesantren yang semangat sekali mengikuti ijazah kitab unwan taufiq fi adabit thoriq di Masjid Jami’ Pondok kemarin.  Mereka semua menyadari bahwa sanad keilmuan seseorang itu harus jelas sehingga bisa mengantarkan kepada keberkahan sebuah ilmu,” Tegasnya.

Masih menurut mantan kepala madin 2015 ini, santripun juga demikian, mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan semacam ini. terbukti seribu kitab laris terjual. Saya tidak menyangka akan sebanyak ini. Apalagi penyampaian Syekh Awad sangat memukau, memotivasi dan bahkan membangkitkan semangat para penuntut ilmu agar tidak berhenti belajar. Salah satu ungkapan beliau (Syekh Awad) kita diharapkan mampu meniru dan meneladani ulama-ulama nusantara yang terkenal di seluruh dunia. Mereka dengan kealimannya mampu membuat orang-orang di dunia ini sangat mengaguminya. Diantara ulama Nusantara yang beliau sebutkan adalah: KH. Nawawie Al-bantani, KH. Mahfudz Termas, KH. Yasin Al-Fadani, KH. Hasyim Asy’ari. Ulama ini disebutkan oleh beliau sebagai ulama yang banyak karya-karyanya.

Bahkan tidak cuma itu yang disampaikan oleh Syekh Awad, beliau mengharuskan santri Pondok Pesantren Nurul Jadid menguasai ilmu bahasa arab. Karena dengan seperti itu, maka akan lebih mengetahui secara detail tentang ajaran Islam.

Masih kata Dosen Universitas Nurul Jadid, Alhamdulillah Syekh Awad Karim Al-Aqly tidak hanya mengijazahi kitab unwan taufiq fi adabit thoriq. Namun beliau mengijazahkan seluruh kitab yang ditulis oleh Ibnu Athoillah As-sakandari, penulis kitab hikam. Dan bahkan, beliau melalui ijazahnya memberikan seluruh ilmu yang didapatkan dari guru-gurunya beliau.

Kegiatan ijazah sanad maupun ijazah kitab kuning seperti ini, sangat perlu untuk tetap dilestarikan. Sebagai upaya untuk menjaga tradisi Pesantren,” Kata Ustadz Misbahul Munir diakhir pembicaraannya.

 

 

Pewarta : PM

Meskipun Kesehatan Kurang Fit, Syekh Awad Sempatkan Ijazah Kitab Unwan Taufiq

nuruljadid.net- Terdengar bacaan burdah sangat menggema dari ribuan santri di dalam masjid Pondok Pesantren Nurul Jadid. Bacaan burdah ini dilakukan untuk menyambut kehadiran Syekh Awad Karil Al-Aqly ulama sufi dan musnid berasal dari sudan. Senin malam (02/03).

Nadham yang berisi tentang pujian-pujian kepada baginda Rasulullah SAW merupakan salah satu bacaan yang dibaca acara Pesantren yang ditempatkan di Masjid Jami’ Pondok oleh santri Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Bacaan burdah berhenti, saat Syekh Awad Karim Al-Aqly bersama rombongan memasuki masjid dan menempati tempat yang telah tersedia di dalam masjid.

Pada acara tadi malam, tidak hanya santri aktif yang menjadi peserta daurah ilmiah dan ijazah kubro. Tampak hadir sebagian alumni dan simpatisan, mereka tidak mau ketinggalan untuk mendapatkan ijazah langsung dari beliau.

“Saya ingin mendapatkan barokah juga, meski saya bukan lagi sebagai santri aktif. Kegiatan ijazah seperti ini merupakan salah satu tradisi pesantren yang harus dilestarikan dengan baik,” Kata dia (alumni yang tidak mau disebutkan namanya).

Gus Fayyadl memberikan hantaran sebelum Syekh Awad memberikan tausyiahnya. Direktur Lembaga Pengembangan Bahasa Asing ini, menyampaikan profil singkat Syekh Awad Al-Aqly.

“Beliau (Syekh Awad) adalah keturunanan ahlul bait dari pamanda nabi yang bernama sahabat ‘Aqil bin Abi Tholib bin Abdul Mutholllib,” Ujar Gus Fayyadl

“Kita berharap semoga majelis ini bersamaan dengan ridla Allah. Serta kita bisa menimba ilmu yang barokah dari kehadiaran beliau. Mari kita belajar menyimak terhadap apa yang akan disampaikan oleh beliau,”Sambungnya.

Dengan bahasa arab yang fasih, Syekh Awad memulai tausyiahnya. Pertama: memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT dan sholawat kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Pesan pertama yang beliau sampaikan kepada kita yaitu berkaitan dengan sanad. Sanad itu bagian penting dalam agama. Beliau berkenan mengijazahkan setiap ilmu yang beliau dapatkan dari guru-gurunya baik berupa diroyah dan riwayah,” Kata Mutarjim

Beliau melalui penterjemahnya memberikan ijazah bacaan “Allahumma a’inni ala dzikrika wasyukrika wa husni ibadatika” kemudian santri mengucapkan kalimat qobilna. Juga, beliau memberikan ijazah terhadap kitab unwan taufiq fi adabit thoriq. Santripun mengucapkan qobilna (kami menerima).

Acara tidak bisa dilanjutkan sampai selesai, karena Syekh Awad Karim Al-Aqly secara tiba-tiba menyampaikan bahwa kesehatannya sedang terganggu. Dan beliau melalui penterjemahnya memohon maaf dan mengakhiri tausyiahnya dan insya Allah akan dilanjutkan besok hari.

 

 

Pewarta : PM