Kiai Zuhri: Bentuk Mensyukuri Nikmat Tidak Cukup Hanya Dengan Mengucapkan, Namun Juga Meneladani
nuruljadid.net – Kiai Muhammad Zuhri Zaini pada acara puncak Haul dan Harlah Pondok Pesantren Nurul Jadid ke-74, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur menjelaskan kepada santri untuk mensyukuri nikmat dan bentuk pengamalannya.(22/02/2023)
Penjelasan tersebut diberikan ketika sambutan acara puncak pengajian umum haul dan harlah ke-74. Didepan ribuan audien yang hadir, mulai dari santri aktif, alumni dan simpatisan Kyai Zuhri mengawalinya dengan pemaparan kegiatan rutinan harlah, beliau tidak ingin kehilangan hikmah.
“Namun sekalipun ini acara rutin dan nampak seperti acara seremonial, tentu kita tidak ingin kehilangan hikmah dibalik acara ini. Sekalipun ini sudah kita ulang-ulang setiap tahun. Yang jelas dengan peringatan harlah ini, kita ingin mensyukuri pesantren yang telah berdiri dan terus berkembang serta memberikan pelayanan kepada masyarakat,” tutur beliau.
Momen disaat Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Zuhri Zaini memberikan Sambutan kepada santri, undangan, alumni dan simpatisan.
Selain bersyukur kepada Allah, Kiai Zuhri melanjutkan, kita juga berterimaksih kepada orang-orang yang berjasa kepada kita. Utamanya kepada pendiri, masyayikh dan semua yang ikut memberikan kontribusi didalam berdirinya dan terus berlangsungnya pondok pesantren ini, kepada semuanya kita sampaikan terimakasih.
“Dan juga khususnya kepada beliau yang telah mendahului kita almarhumin-almarhumin. Kita berdoa mudah-mudahan beliau-beliau yang telah bersusah payah untuk mendirikan dan membantu berdirinya pondok pesantren ini akan mendapat amal jariyah di alam barzah,” papar Kiai Zuhri serta diikuti dengan jawaban aamiin serentak oleh audien.
Selanjutnya pengasuh menambahkan, mensyukuri nikmat tidak cukup hanya dengan mengucapkan alhamdulillah, tidak cukup hanya mengenang dan mendoakan orang-orang yang berjasa kepada kita sekalipun itu adalah suatu hal yang wajib untuk kita laksanakan. Tapi lebih dari itu, tentunya kita berupaya untuk meneladani beliau-beliau.
“Kita meneladani baik akhlaknya, karakternya maupun perjuangannya ditengah-tengah masyarakat. baik perjuangannya untuk pesantren, maupun perjuangan untuk masyarakat, bangsa dan negara,” pengasuh memaparkan,” papar pengasuh.
(Humas Infokom)