Pos

10 Muharram, Santri Nurul Jadid Kuatkan Tradisi Amalan Puasa Asyura dan Baca Al-Ikhlas 1000 kali

nuruljadid.net – Bagi umat Islam, bulan Muharram merupakan bulan yang penuh kemuliaan. Bulan ini termasuk dalam empat bulan haram selain Rajab, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah. Momentum ini lantas tidak disia-siakan oleh santri Pondok Pesantren Nurul Jadid dengan memaksimalkan ibadah sunnah secara berjamaah yang dianjurkan seperti puasa Tasu’a kemarin 9 Muharram dan hari ini puasa Asyuro 10 Muharram 1445 H (28/07/2023).

Menurut Al-Qodhi Abu Ya’la, ada dua alasan dan dua makna mengapa Allah SWT menamakannya bulan haram. Pertama, pada bulan itu diharamkan berbagai pembunuhan atau perbuatan keji lainnya.

Kedua, pada bulan ini pula diharamkan melakukan tindakan dan perbuatan haram. Perintah ini lebih ditekankan daripada bulan lainnya karena kemuliaan bulan tersebut. Sebaliknya, pada bulan haram, dianjurkan untuk lebih memperbanyak perbuatan baik dengan melakukan amalan dan ketaatan kepada Allah SWT.

(Santri putra tengah melakukan istighasah dan amalan sunnah 10 Muharram dengan membaca surah Al-Ikhlas 1000 kali di masjid Jami)

Pada bulan Muharram ini, terdapat satu hari yang sangat istimewa yaitu hari kesepuluh Muharram yang biasa disebut hari Asyura. Pada hari Asyura, sangat dianjurkan bagi umat Muslim untuk berpuasa.

Salah satu keutamaan puasa Asyura yang jatuh pada 28 Juli 2023 adalah dihapuskannya dosa-dosa satu tahun yang lalu. Hal ini tentu sangat memotivasi seluruh umat Muslim untuk melaksanakan puasa Asyura dan sangat menyayangkan jika terlewatkan.

Para santri putra dan putri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo tidak ketinggalan juga melaksanakan puasa sunnah 10 Muharram atau puasa Asyura yang setiap tahunnya telah menjadi tradisi turun-temurun yang dianjurkan oleh para kiai dan Muallim ponpes Nurul Jadid.

(Santri putri tengah melakukan istighasah dan amalan sunnah 10 Muharram dengan membaca surah Al-Ikhlas 1000 kali di musala masing-masing wilayah)

Dari 11.000 peserta didik, sekitar 8.000 santri baik putra maupun putri yang bermukim dengan penuh semangat di tengah cuaca panas dan kering melaksanakan puasa Asyura dengan harapan agar dosa-dosa setahun sebelum dan yang akan datang dapat terhapuskan.

Saat diwawancarai, Kepala Bidang I bagian BK/WA dan Pembinaan Santri Biro Kepesantrenan ustaz Rahmat Toyyib, M.Pd.I menjelaskan bahwa anjuran berpuasa pada setiap tanggal 10 Muharram sebagai salah satu bentuk pembelajaran kepada para santri baik putra maupun putri untuk mengenal keutamaan bulan Muharram dan amalan-amalan yang sangat dianjurkan pada bulan tersebut.

“Jadi sejak kemarin kami melakukan pembinaan dan pendampingan puasa Sunnah tasu’a dan Asyura kepada seluruh santri untuk mengenalkan keutamaan bulan Muharram serta amalan yang perlu dilakukan.” Jelas ustaz Rahmat.

“Selain itu, doa dan zikir termasuk membaca surat Al-Ikhlas sebanyak 1000 kali bersama dilaksanakan pada pagi hari di Masjid Jami, dilanjutkan sore hari menjelang Maghrib acara buka puasa bersama (bukber) melengkapi ibadah puasa yang sedang yang mereka laksanakan,” imbuhnya.

(santri putri melakukan sholat sunnah berjamaah di musalah wilayah pada 10 Muharram 1445 H)

Tidak berbeda dengan santri putri yang juga melaksanakan kegiatan serupa di wilayah masing-masing yang diawali dengan sholat Dhuha berjamaah di Musala masing-masing. Karena pada bulan Muharram ini umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan kebaikan serta menghindari keburukan.

Amalan 10 Muharram ini merupakan tradisi yang menjadi ruh pesantren dalam melestarikan nilai-nilai luhur keislaman dan kepesantrenan yang harapannya kelak senantiasa diamalkan oleh para santri sepulang ke tengah masyarakat.

Setidaknya ada dua belas amalan yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan bertepatan pada hari kesepuluh dari Bulan Muharram, yaitu: 1) Berpuasa, 2) Mandi sunnah, 3) Bersih-bersih semisal memotong kuku, 4) Memakai celak mata, 5) Shalat sunnah, lebih dianjurkan shalat tasbih, 6) Memperbanyak bersedekah, 7) Berupaya memberikan kebahagiaan kepada keluarga, 8) Menjenguk orang sakit, 9) Menyantuni anak Yatim dan mengusap dahinya, 10) Mengunjungi orang-orang shalih, 11) Bersilaturrahim, 12) Membaca surah al-Ikhlas 1. 000 kali.

 

 

(Humas Infokom)

Hari Asyura’, Satu Hari Seperti Satu tahun

Balik sebuah nama.

Bulan Muharram merupakan salah satu dari bulan yang dimuliakan (Al-syuharu al-hurum) oleh Allah SWT. Dengan kemuliaanya itu tentunya didalamnya terdapat banyak fadilah-fadilah dan keutamaan yang tidak ada di dalam bulan lainya. Selain doa awal dan akhir tahun, puasa, bersedekah dan sholat sunnah, di dalamnya ada keistimewaan yang lebih dari semua itu, yaitu adanya Yaumul asyura’ atau hari ke 10 di bulan Muharram.

Di dalam bulam Muharram sendiri ada istilah Yaumul asyri (hari sepuluh) da nada istilah yaumul ‘asyir (hari kesepuluh). Dua kalimat tersebut walaupun mirip dan terbentuk dari akar kata yang sama tetapi memiliki maksud dan pengertian yang berbeda. Yaumul asyri artinya hari kesepuluh atau hari saat itu tanggal 10 Muharram yang biasanya disebut hari Asyura’. Sedangkan asyura’ sendiri berasal dari kata asyrun yang artinya sepuluh. Ada pendapat lain mengapa dinamakan asyura’ karena pada hari itu Allah SWT telah memulyakan sepuluh nabinya dengan sepuluh keistimewaan.

  1. Allah telah menerimanya taubatnya Nabi Adam as.
  2. Allah telah mengangkat Nabi Idris as. ke tempat yang mulia.
  3. Allah telah menyelamat Nabi Nuh as. dan kaumnya dari banjir bandang.
  4. Allah telah menyelamatkan Nabi Ibrahim atas api yang membara dari pembakaran Raja Namrudz, kemudian diangkat menjadi Khalilullah (kekasih allah).
  5. Allah telah menerimanya taubatnya Nabi Dawud as.
  6. Allah telah menyelamatkan Nabi Musa as. dan umatnya dari kejaran Raja Fira’un. Pada hari itu juga Fir’aun ditelenggelamkan Allah ke dalam laut merah.
  7. Allah telah menyelmatkan Nabi Yunus as. dan mengeluarkanya dari perut ikan.
  8. Allah telah mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman as.
  9. Allah telah mengangkat Nabi Isa ke langit.
  10. Allah memberikan jaminan pengampunan pada Nabi Muhammad Saw baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi.

Selain yang disebutkan diatas ada pendapat lain yang mengatakan bahwa nama asyura’ disematkan karena menjadi urutan ke-10 dari 10 keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada umat Nabi Muhammad Saw. Sepuluh keistimewaan itu antara lain:

  1. Bulan Rajab.
  2. Bulan Sya’ban.
  3. Bulan Ramadhan.
  4. Malam lailatul qodar.
  5. Hari Raya Idul Fitri.
  6. Ayyamul asyr atau hari sepuluh.
  7. Hari arofah.
  8. Hari Raya Idul Adha.
  9. Hari Jum’at .
  10. Yaumul asyura’.

Tradisi di Yaumul Asyura’ (Puasa Asyura’)

Dalam kitab irsyadul ibad syekh zainuddin al-Malibari menuliskan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Syaikhan (Bukhari dan Muslim). Dari Ibnu Abbas ra berkata pada saat Rasulullah datang ke Madinah beliau menemui orang-orang Yahudi yang sedang berpuasa pada hari asyura’, Rasulullah berkata “hari apa ini ..?” Orang Yahudi menjawab ini hari yang baik, pada hari ini Allah menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya. Maka Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Nabi Muhammad Saw bersabda:

“Kita lebih benar dan lebih utama dari Musa dari kalian. Maka Musa puasa pada hari itu, dan memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk puasa.”

Dalam hadits lain berbunyi:

“Aisyah ra. berkata Dahulu Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wassalam memerintahkan untuk puasa di hari ‘Asyura. Dan ketika puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari ‘Asyura) ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka”. (HR. Al Bukhari No 1897)

Melihat beberapa keistimewaan dari puasa asyura’ di atas, sudah sepatutnya kita sebagai orang muslim yang beriman bisa melakukan apa yang sudah dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw , walapun secara hukum puasa tersebut termasuk kategori puasa sunnah. Bagaimana dengan puasa tasu’a? Tidak hanya puasa pada hari kesepuluh saja, alangkah baiknya jika diikuti dengan puasa pada hari sebelumya (tasu’a) hari kesembilan atau sesudahnya dihari kesebelas.

Ibnu abbas berkata “Berpuasalah pada hari asyura’ dan berbedalah dengan orang yahudi. Berpuasalah sehari sebelum asyura’ dan sehari sesudahnya.” (HR Ahmad).

Penulis : Muhammad Nuris.