KH Zaini Mun’im Pribadi yang Tawadhu dan Bersahaja

Oleh : KH. Tauhidullah Badri

nuruljadid.net- Dalam acara Haul Masyasyikh Ponpes Nurul Jadid kemarin, Kyai Ramdhan Siroj (mantan Bupati Sumenep) menyebutkan tentang manaqib Hadratus Syekh Kyai Haji Zaini Mun’im pendiri Ponpes Nurul Jadid Paiton. Beliau seorang yg Aalim allamah, bersahaja, sederhana, ramah dan yg paling menonjol adalah sifat tawadhu’nya.

Ketawadhuan beliau bukan hanya terlihat dalam bentuk ungkapan tapi tercermin langsung dari perilakunya. Beliau adalah keteladanan dalam sifat tawadhu’. Diantara ketawadhu’annya terlihat dari ungkapan beliau, diantaranya:

“Saya kesini (ke Paiton) tidak niat untuk jadi kyai, saya kesini cuma ngungsi.” “Bhuleh nikoh kakanthoh bhenih niat dhettih kyaih, bhuleh ngungsi”

Sifat tawadhu’ terlahir  diantaranya karena ada kesadaran akan siapa dirinya dan jg krn betul² mengenal siapa tuhanya, sbgmn dalam ungkapan:

ُمَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّه

“Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”

Imam Suyuthi mengutip pendapat Imam Nawawi yg menyebutkan kedudukan maqalah ini:

وَقَدْ سُئِلَ عَنْهُ النَّوَوِيُّ فِي فَتَاوِيهِ فَقَالَ : إِنَّهُ لَيْسَ بِثَابِتٍ.

“Imam Nawawi pernah ditanya terkait ungkapan tersebut di dalam kumpulan fatwanya, lantas ia menjawab, “Maqalah trsbt bukan hadits Nabi,’” (Lihat Imam As-Suyuthi, Al-Hawi lil Fatawa, Beirut, Darul Fikr, 2004, juz II, halaman 288).

 

Imam As-Sam’ani mengatakan ini maqalah ulama sufi Syekh Yahya bin Muadz Ar-Razi.

Al-Qur’an banyak menyebut tentang ciri² atau indikator karakter tawadhu’, diantaranya:

وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا

“Adapun hamba-hamba Tuhan yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di Bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan salam (dan menebarkan salam/ kedamaian).”

(QS. Al-Furqan 63)

 

Tawadhu’ adalah akhlak para nabi, sbgmn Imam Jalaluddin al-Suyuthi menyebutkan hadis dalam kitab Lubabul Hadits: 

التَّوَاضُعُ مِنْ أَخْلَاقِ الْأَنْبِيَاءِ وَالتَّكَبُّرُ مِنْ أَخْلَاقِ الْكُفَّارِ وَالْفُرَاعِنَةِ   

“Tawadhu merupakan bagian dari akhlaknya para Nabi, sedangkan sombong adalah akhlaknya orang-orang kafir dan para firaun.”

Rasulullah SAW menganjurkan:

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawadhu sehingga kalian tidak merasa bangga diri lagi sombong terhadap orang lain dan tidak pula berlaku aniaya terhadap orang lain.” (HR. Imam Muslim)

Dgn tawadhu’ tidak menjadikan hina, sebaliknya derajatnya semakin ditingikan, sbgmn hadis yang diriwayatkan Imam Muslim:

وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Dan tidaklah seorang tawadhu’ karena Allah SWT (bukan pencitraan), Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)

Imam Hasan Al-Basri berkata:

هل تدرون ما التواضع؟ التواضع: أن تخرج من منزلك فلا تلقى مسلماً إلا رأيت له عليك فضلاً .

“Tahukah kalian apa itu tawadhu’? Tawadhu’ adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.”

Ketawadhuan bukan hanya menjadi karakter Kyai Zaini, tapi jg menjadi karakter yg menular, sehingga bisa kita jumpai jg kerawadu’an ini ada pada putra² atau dzurriyah beliau. Keteladanan beliau ternyata jg menular kepada dzurriyah, santri, masyrakat, dan semoga jg menular kepada kita para pecinta beliau. Aamiin.

Selamat Harlah PP Nurul Jadid. Jayalah Nurul Jadid,  Jayalah Semua Pondok Pesantren, bermanfaat selamanya untuk ummat, agama dan bangsa. Aamiin.

 

Semoga bermanfaat. Aamiin.

 

*Pondok Pesantren Baddridduja, Kraksaan, Probolinggo.

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *