Pos

Sholat Berjamaah Sebelum Kirab, MI Nurul Mun’im Turut Semarakkan Satu Abad NU

nuruljadid.net – Menggaungkan semangat perjuangan para ulama pejuang Nahdlatul Ulama (NU), Mi Nurul Mun’im menggelar kegiatan Kirab Santri (02/02/2023) dalam rangka memperingati Satu Abad Kelahiran NU yang jatuh pada 16 Rajab 1444 H atau bertepatan pada tanggal 07 Februari 2023.

Kegiatan kirab santri ini diikuti oleh hampir 300 peserta didik MI dan TPQ Nurul Mun’im. Mereka didampingi dewan asatidz dan asatidzah, pengurus ranting NU, Muslimat, Fatayat, Ansor, Banser ranting Karanganyar, simpatisan, alumni dan wali murid.

Tak hanya itu, kirab santri semakin dimeriahkan oleh drum band pengiring, firqoh hadrah Al Jadidah wilayah Zaid Bin Tsabit (K), firqoh hadrah wilayah J dan PBNJ MINM. Semua peserta sebelum memulai kirab melakukan sholat ashar berjamaah di madrasah bersama seluruh asatidz dan asatidzah.

(Peserta Kirab MI dan TPQ Nurul Mun’im saat tengah bersiap sebelum berangkat kirab di halaman MI Nurul Mun’im)

Pelaksanaan kirab ini dimulai dari starting point MINM menuju wilayah K lanjut asrama Nasyiatul Hamidiyah melintasi bengkel pak Bukat dan PP. Tarbiyatul Banat. Rombongan kirab santri sempat beristirahat di sekitar RM. Warung Adelia, beberapa saat kemudian kirab dilanjutkan melewati toko Lamegas dan berakhir di titik awal yaitu MINM.

Peserta kirab nampak sangat proaktif, antusias dan merespon kegiatan ini dengan positif. Pasalnya, kegiatan ini selain untuk memeriahkan peringatan satu abad NU juga merupakan momentum bersejarah yang tidak akan terulang kembali. Banyak masyarakat, wali murid, simpatisan dan alumni yang ikut memberikan sumbangsih materi berupa konsumsi, donasi dan tenaga untuk suksesnya acara tersebut.

(Peserta Kirab perguruan bela diri MI Nurul Mun’im saat tengah bersiap sebelum berangkat kirab di halaman MI Nurul Mun’im)

Ketua panitia pelaksana Muhammad Syarqowi, S.Sos memberikan keterangan terkait tujuan dilaksanakannya kegiatan kirab santri ini. “memeriahkan peringatan harlah NU ke 100th, yaitu untuk menanamkan kecintaan murid akan para Muassis Nahdlatul Ulama dan menanamkan kecintaan murid kepada Jam’iyah Nahdlatul Ulama” terangnya.

Kepala MI Nurul Mun’im Kiai Ahmad Barisi, M.Pd. yakin pentingnya Pendidikan Aswaja sejak dini kepada peserta didik untuk mempertahankan nilai dan tradisi NU.

“Implementasi materi ke-Aswaja-an di bangku sekolah itu perlu menjadi perhatian kita bersama, selain untuk keilmuan juga sebagai syiar kepada masyarakat bahwa MI Nurul Mun’im tetap eksis dalam mempertahan Ahlus Sunnah wal Jamaah Annahdliyah” tutur Kiai Barisi.

(Peserta kirab MI dan TPQ Nurul Mun’im saat tengah berangkat kirab di sekitar desa Karanganyar Paiton)

Selain kirab santri terdapat beberapa rangkaian kegiatan lainnya seperti pematerian tentang Sejarah Berdirinya NU oleh ustaz Musthofa Syukur ketua ranting NU Karanganyar dan pasca kirab kegiatan ditutup dengan pembagian door prize dengan hadiah utamanya kipas angin.

 

(Humas Infokom)

 

PBNU Helat Halaqah Fikih Peradaban di Pondok Pesantren Nurul Jadid Sambut 1 Abad NU

nuruljadid.net – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggandeng Pondok Pesantren Nurul Jadid untuk menyelenggarakan Halaqah Fikih Peradaban dalam rangka menyambut peringatan Satu Abad NU) di Aula KH. Zaini Mun’im Pondok Pesantren Nurul Jadid pagi ini (02/10/2022).

Kegiatan Halaqah Fikih Peradaban ini merupakan bagian dari rangkaian Hari Lahir (Harlah) 1 Abad NU yang akan dilaksanakan tahun depan dan dilaksanakan di 250 titik plus 50 di seluruh Indonesia.

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan Halaqoh ini merupakan upaya untuk menghidupkan kembali sunnah-sunnah NU.

“Halaqoh yang digagas oleh PBNU ini untuk menghidupkan kembali sunnah-sunnah NU yang sudah kurang begitu diperhatikan.” Kiai Zuhri menuturkan.

Saat ini, kepengurusan PBNU yang baru sudah mulai kembali menghidupkan sunnah-sunnah NU dalam mengasah pemikiran dan wawasan warga NU.

(Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini saat menyampaikan sambutannya di Pembukaan Halaqah Fikih Peradaban)

Kiai Zuhri mengungkapkan rasa syukurnya karena dipercaya untuk menjadi salah satu tuan rumah penyelenggara Halaqah Fikih Peradaban dalam rangka menyambut Harlah 1 Abad NU.

“Alhamdulillah, saya merasa mendapat kehormatan ditempati kegiatan ini (halaqah), sebab sudah lama saya merindukan kegiatan-kegiatan seperti ini,” Kiai Zuhri menambahkan.

Sosok sederhana dan tawadu’ tersebut juga mengungkapkan perasaan bahagia dan keriduannya akan kegiatan semacam halaqah ini yang cukup terobati. Karena halaqah ini, tidak sekedar silaturrahmi yang membawa barokah umur, rezeki dan ilmu. Lebih dari itu kiai Zuhri berharap ada hasil konkrit yang bisa bermanfaat untuk ummat. Meskipun tidak, paling tidak forum semacam ini akan mempererat ukhwah antar sesama santri, ummat Islam bahkan sebagai anak bangsa.

Sebagai narasumber sekaligus mewakili ketua PBNU KH. Yahya Cholil Staquf yang berhalangan hadir, Ketua Lakspesdam PBNU KH. Ulil Abshar Abdalla dalam sambutan menjelaskan Ponpes Nurul Jadid menjadi salah satu pesantren tuan rumah dari 250 titik dalam program Halaqah Fiqih Peradaban .

(Ketua Lakpesdam PBNU KH. Ulil Abshar Abdalla saat menyampaikan sambutannya di Pembukaan Halaqah Fikih Peradaban)

“ini salah satu Halaqoh Fikih Peradaban yang saya anggap unggulan dan penting, pertama karena ini diadakan di pesantren yang mempunyai kaitan historis yang cukup penting sekali dengan Nahdlatul Ulama. Di tempat ini, di pondok ini ada sosok yang sangat dihormati di NU terutama di kalangan para aktivis muda NU pada tahun 80-an dan 90-an yaitu almarhum kiai Wahid Zaini,” kenang Kiai Ulil Abshar di hadapan ratusan peserta halaqah.

Ketua Lakpesdam juga menyampaikan bahwa kegiatan Halaqah ini yang diselenggarakan di 250 titik inti plus 50 halaqah turunan.

“kegiatan ini merupakan ide Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau dikenal dengan panggilan Gus Yahya. Gus Yahya yang sudah lama memimpikan hal ini sebagai kelanjutan dari serial Halaqah serupa yang pernah diselenggarakan pada era Gus Dur,” ungkapnya.

Halaqah yang pernah dilakukan pada era Gus Dur maupun Gus Yahya saat ini memiliki semangat yang sama, yakni melakukan rekontekstualisasi fiqih agar NU mampu menjawab problematika peradaban baru di masa sekarang. Bedanya, Gus Dur melakukan itu dalam konteks Indonesia, sedangkan Gus Yahya menproyeksikan pada skala global atau dunia.

Puncak peringatan Harlah 1 Abad NU ini akand dilaksanakan pada 16 Rajab bertepatan pada 7 Februari di Jakarta namun sebelumnya akan dihelat Muktamar Internasional Fikih Peradaban dan akan menhadirkan sekitar 300 ulama di seluruh dunia.

(Kondisi peserta dan tamu undangan pada Pembukaan Halaqah Fikih Peradaban)

Halaqah-halaqah ini akan menghidupkan kembali percakapan ilmiah di kalangan kiai sebagaimana pesan Kiai Yahya harus diselenggarakan di pesantren bukan perguruan tinggi meskipun perguruan tinggi NU. Karena tujuannya untuk pererat ukhwah ma’hadiyah dan silaturrahmi para kiai mulai dari perkotaan sampai ke pelosok daerah.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Pesantren KH. Abdul Hamid Wahid, Wakil Kepala Pesantren KH. Najiburrahman Wahid, Guru Besar UIN Khas Jember Prof. Dr. Moh. Dahlan, M.Ag., Sekretaris Pesantren H. Faizin Syamwil, Pimpinan UNUJA, Pimpinan Pesantren Nurul Jadid dan puluhan kiai serta ibu nyai di lingkungan tapal kuda. Kegiatan ini dilaksanakan dalam sehari yang terbagi menjadi dua sesi.

Usai sambutan, acara dilanjutkan forum halaqah inti yang dimoderatori oleh Dosen Universitas Nurul Jadid Ahmad Sahidah, Ph.D. sedangkan narasumber yang akan menyajikan materi diantaranya Wakil Rais Aam PBNU KH. Afifuddin Muhajir; Ketua Lakpesdam PBNU KH. Ulil Abshar Abdalla; Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya KH. Moh. Syaeful Bahar; Mudir Ma’had Aly Nurul Jadid Kiai Muhammad Al-Fayyadl.

 

 

(Humas Infokom)