Habib Jindan: Orang Yang Suka Mencaci Maki dan Provokasi dalam Dakwahnya Tidak Mewakili Rosulullah. Contohlah Walisongo!
nuruljadid.net – Dewasa ini, semakin menjadi-jadi penceramah baik di majelis luring maupun daring yang kian melenceng dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Hal ini disoroti oleh Habib Jindan Bin Novel Bin Salim Bin Jindan dalam ceramah agamanya pada pengajian umum di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW (15/10/2023).
Penceramah yang seringkali berbicara semauanya, bisa dipastikan tidak memiliki sanad “cari pasti gak punya sanad, orang yang suka ngomong semaunya gak punya sanad. Apalagi kalau udah omongannya berisi cacian, makian, atau pun juga menuduh dengan tuduhan yang keji, fitnah, ghibah, namimah, mana ada sanad ghibah dari mana? nabi Muhammad? Gak ada, sanad cari maki dari mana? Bukan dari nabi” dawuh Habib Jindan.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar bukan cacian, fitnah, makian, ghibah, namimah kepada sesama saudara seiman dan kemanusiaan. Jika ada orang yang sering melakukan hal tercela tersebut maka mereka berguru pada syeiton.
“itu bukan dari nabi Muhammad, dari syeikh yang satu lagi, namanya Syeiton, dari syeikh yang itu tuh. Syeiton sudah jadi syeikh, sehingga waktu itu yang memberikan usul untuk membunuh Nabi Muhammad menjelang hijrah adalah syeiton, dia menyamar jadi syeikh, Syeikhun Najidi, syeikh yang berasal dari Najd daerah di wilayah Riyadh. Dan kalau ditelusurin, orang-orang yang ngawur ya sanadnya dari itu ya syeikh yang itu Syeiton”
Habib Jindan menceritakan ketika perang Badar, Syeikh Najidi juga memprovokasi orang-orang musyrikin untuk memerangi Rosulullah. Dia muncul dalam sejarah sebanyak 2 kali, 1 menjelang hijrahnya Nabi, dan yang kedua dia muncul lagi untuk menyulut peristiwa perang Badr.
“Nah nabi bilang, mau dakwah “ballighu” sampaikan tapi ingat, sampaikannya pakai sanad, sampaikannya pakai ilmu, sumbernya pastikan sumbernya dari nabi Muhammad bukan dari syeikh yang satu lagi.”
“yang kedua itu, poin yang penting “‘anni” diartikan itu ‘an rosulillah, menyampaikan mewakili nabi Muhammad, ballagh ‘an rosulillah, menyampaikan, mewakili Rosulullah.”
Jika kita menemukan seseorang atau penceramah yang dalam penyampaian, ucapan, perbuatan tidak mewakili Rosululullah maka dia sebenarnya telah mengikuti jalannya syeitan, oleh karenanya kita harus waspada dan mencerna segala yang terjadi di sekitar kita.
“ballighu ‘anni, sampaikan dimana Rosulullah terwakili disitu, kata-katanya terwakili, dakwahnya terwakili.”
Beliau mencontohkan Walisongo yang berhasil menyebarkan dakwah Islam secara massif di bumi Nusantara. “Masanya Walisongo, walaupun 9 orang, tapi hatinya 1, lisannya 1, dan nabi Muhammad terwakili dalam dakwahnya mereka. Orang yang melihat mereka ingat nabi Muhammad, ingat rosulullah SAW.”
“Orang mencari tahu tentang Nabi Muhammad, dengan membaca gerak-gerik Walisongo. Itu dakwahnya walisongo, ballighu ‘anni walau ayah.”
Barang siapa yang ingin menumpang dalam izin bersanad kepada Rosulullah SAW, maka wajib mengikuti syarat dan ketentuannya ad-da’i al-ma’dzun dari Allah SWT. Allah berfirman kepada Nabi Muhammad SAW, Qul Hadzihi Sabili, katakan, sampaikan kepada umat ini jalanku.
“Jangan tau-tau, ada pembajak, yang membajak jalannya nabi Muhammad. Ada teroris yang menteror umat atas nama nabi Muhammad, ada penipu yang mencatut nama Nabi Muhammad SAW.”
قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
Artinya: Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf: 108)
“Ini jalanku, ngajak orang kepada Allah dengan hikmah, dengan mauidzotil hasanah, dengan ilmu. Bagaimana mau jadi da’i ilallah kalau gak punya ilmunya” ulas Habib Jindan
ﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻷَﺧِﺮَﺓَ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَﻫُﻤَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ
Artinya: “Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah berilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.”
Syekh Al-Habib Jindan juga menyampaikan fenomena pendakwah era kekinian “Kita di zaman penceramahnya banyak tapi ulamanya sedikit. Nabi Muhammad pernah bilang dulu itu kata nabi kepada sahabat, kalian itu di zaman Khutobaul qolil, Katsir Ulamau ulamanya banyak, penceramahnya sedikit. Kita di zaman tukang ngomongnya banyak, ulamanya sedikit.”
Wallahu A’lam Bishawab
Link ceramah full klik tautan berikut : https://www.youtube.com/watch?v=SXzYDb1RP84&t=2h51m10s
(Humas Infokom)