Pos

Menjadi Inspektur Upacara HSN, Kepala Pesantren Nurul Jadid Ajak Santri Perkokoh Tekad Dalam Berjuang di Kehidupan

nuruljadid.net – Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo KH. Abdul Hamid Wahid menjadi Inspektur Upacara dalam peringatan Hari Santri Nasional (HSN) hari Ahad 22 Oktober tahun 2023.

Dalam awal penyampaian amanatnya, beliau menjelaskan sejarah singkat resolusi jihad untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana dalam prosesnya itu melibatkan banyak kaum santri untuk melakukan perjuangan bebas dari tangan penjajah. Lebih lanjut, KH. Abdul Hamid Wahid menyerukan agar para santri mensyukuri nikmat kemerdekaan RI.

“Penerus generasi penikmat, kita patut dan seharusnya mensyukuri Kemerdekaan Republik Indonesia ini yang telah direbut dengan perjuangan berat oleh para pendahulu kita,” papar beliau.

Mungkin bagi kita, KH. Hamid melanjutkan, perjuangan saat ini bukanlah perjuangan fisik, bukanlah perjuangan yang melibatkan jiwa, raga, dan nyawa. Tetapi, perjuangan kita ada dalam bentuk lain, yakni perjuangan untuk mengisi kemerdekaan, untuk melanjutkan kemerdekaan, bersaing bersama bangsa-bangsa lain di dunia.

Dan saat ini sungguh pun perang itu tidak terjadi, tetapi persaingan didunia ini begitu keras. Dalam arti lain, hal itu sebenarnya adalah bentuk lain dari perang. Oleh karena itu, wajib bagi kita berjihad mempertaruhkan seluruh kesungguhan kita untuk menuntut ilmu, wawasan, pergaulan dan seni di dalam kehidupan agar kita dapat bertarung memenangkan dan menjadi pemeran di dalam kehidupan ini dan bukan menjadi korban.

“Oleh karena itu, saya berharap kita berpanas-panas pada siang hari ini, dapat kita ambil hikmah, ibrah dan kesimpulan hidup bahwa kita melanjutkan perjuangan beliau-beliau yang telah mendahului kita, itu tidak kalah beratnya walaupun dalam bentuk yang berbeda,” dawuh beliau.

“Bagi santri, kesungguhan didalam menjalani kehidupan dan itu berbeda dengan kalangan lain. Kita bangun jam 3 malam dan kita melaksanakan aktivitas keseharian sampai jam 10 malam atau bahkan lebih. Itu adalah bentuk riyadloh, itu adalah bentuk perjuangan, dan tentu perjuangan dalam menjalani hidup tidak akan pernah menghianati hasil,” terang Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid.

“Memang hasil dan takdir itu ditangan Allah. Tetapi Allah sangat menghargai perjuangan dan jejak baik yang telah dilakukan dalam kehidupan kita,” imbuh beliau.

Diakhir amanatnya, Kepala Pesantren ajak santri memperkokoh tekad untuk berjuang dalam kehidupan.

“Barangkali, marilah kita jadikan hari santri ini untuk semakin memperteguh dan memperkokoh tekad kita dan untuk semakin menguatkan kemampuan kita untuk bertahan dan berjuang di dalam kehidupan ini. Kita diberi kesempatan oleh Allah untuk menuntut ilmu, untuk bertafaqquh fiddin dan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, dan seluas-luasnya yang kita bisa kepada masyarakat bangsa dan negara,” pungkas beliau.

 

(Humas Infokom)

Malam Penganugerahan Sang Juara Festival Maulid dan Pekan Santri

nuruljadid.net – Malam penganugerahan para pemenang event Festival Maulid dan Pekan Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid berlangsung meriah sebelum pengajian umum dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dimulai. Acara ini dihadiri oleh seluruh santri baik putera maupun putri, pada Sabtu (22/10) malam di Halaman Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Malam penganugerahan tersebut bertepatan dengan malam puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dihadiri langsung oleh Kepala Pesantren KH. Abdul Hamid Wahid, Sekretaris Pesantren H. Faizin Syamwil, Lora Sholahuddin Wahid beserta tamu undangan turut menyaksikan penganugerahan para jawara tersebut.

Pasalnya, penganugerahan trophy pemenang Festival Maulid Nabi Muhammad SAW diberikan langsung oleh Kepala pesantren KH. Abdul Hamid Wahid disusul penyerahan hadiah pemenang lomba Pekan Santri yang diserahkan oleh Sekretaris Pesantren H. Faizin Syamwil.

(Moment penganugerahan pemenang lomba Festival Maulid dan Pekan Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo)

Festival Maulid dan Pekan Santri merupakan kegiatan tahunan Pondok Pesantren Nurul Jadid. Festival Maulid untuk menyambut peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW sebagai manusia paling agung di alam semesta. Pada kegiatan Festival Maulid tersebut terdapat beragam macam perlombaan, antara lain, Hadrah Ala Santri, Musabaqah Syarhil Qur’an (MSQ), Diba’iyah, Sirah Nabawiyah, Cipta Puisi, Esai, dan Kreasi solawat.

Adapun Lomba Cipta Puisi dan Esai dibuka untuk umum tingkat Jawa Timur yang pelaksanaannya dilakukan secara online mulai dari pendaftaran, pengumpulan karya sampai dengan pengumuman finalis serta pemenang.

Terlihat santri yang sangat antusias dalam mengikuti ajang perlombaan tersebut, selain untuk meningkatkan prestasi, mereka juga berlomba-lomba dalam kebaikan (Fastabiqul Khairot) dengan ikut serta dalam lomba guna memeriahkan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

“Alhamdulillah saya bisa mendapat teropi dalam perlombaan ini, bagi saya sangat bermakna karena turut memeriahkan maulid Nabi Muhammad SAW” ujar Hengki santri asal Bondowoso tersebut.

Tidak hanya itu, disusul dengan penganugerahan pemenang lomba Pekan Santri, yang mana kegiatan tersebut diadakan oleh Forum Komunikasi OSIS (FKO) Biro Pendidikan Nurul Jadid guna untuk memeriahkan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) yang tahun ini berbarengan dengan peringatan Maulid. Dalam kegiatan tersebut terdapat bermacam perlombaan yang digelar antara lain Standup Comedy, Dramatisasi Puisi, Nurul Jadid Award, Karya Sastra Santri Puisi, Lomba Karya Tulis ilmiah (LKTI), karya insan pers siswa, dan Pidato Bahasa Indonesia.

 

 

(Humas Infokom)

Kaum Santri, Ujung Tombak Harapan Negeri

Sejak tahun 2015 tanggal 22 Oktober resmi ditetapkan sebagai hari santri berdasarkan Keputusan Presiden nomor 22 tahun 2015. Hari untuk kembali mengingat dan mengenang peran besar kaum santri pada negeri.

Seorang santri sudah tidak perlu diragukan lagi menyangkut Imtaq. Apalagi, dengan segala kemajuan dunia pesantren ilmu pengetahuan dan tekhnologi informasi sudah menyeruak secara gamblang. Sudah banyak prestasi yang ditorehkan santri, melanglang buana mulai tingkat nasional hingga manca negera. Tidak berlebihan rasanya, jika mengatakan santri sebagai ujung tombak harapan negeri di tengah kecamuk berbagai permasalah. Mengapa demikian?

Dari segi kepribadiaan, santri telah di didik menjadi pribadi dengan elektabilitas diri dan komitmen yang tinggi. Seorang santri memiliki suatu ciri khas tersendiri yang membedakan dari kelompok lain. Pertama, kemandirian, sejak dilepas secara ikhlas oleh orang tua dengan memasrahkan sepenuhnya pada kiai atau segenap elemen pesantren seorang santri memiliki jiwa kemandirian yang baik. Betapa ia harus mengatur keungan sendiri, makan, minum, cuci pakaian, segenap pekerjaan keseharian diampunya dengan ulet dan penuh ketelatenan.

Faktor kedua kepatuhan, bahkan tanpa disuruh seorang santri akan menundukkan kepala tat kala ada keluarga pengasuh melintas atau lewat didepannya. Tidak heran, jikalau sekembalinya pada masyarakat luas, santri dapat memposisikan diri mematuhi sekaligus mengatur pola kehidupan yang baik untuk lingkungannya.

Ketiga, budaya gotong royong dunia pesantren juga tidak lupa menjadi alasan kuat. Budaya asli bangsa Indonesia yang mulai tergerus dengan hadirnya pola individualisme, hedonisme, dan konsumerisme. Santri dapat mencuat lagi spirit gotong royong ini.

Dunia pesantren sebagai tempat tempaan santri memiliki budaya yang mengharuskan adanya titik berhubung (saling membutuhkan) sehingga membentuk gotong royong kuat. Kesamaan tujuan yaitu menimba ilmu dengan kondisi sama sama jauh dari orang tua telah membentuk untuk saling bahu membahu dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi.

Indonesia membutuhkan jiwa-jiwa yang mampu saling membantu, bergotong-royong demi kemajuan bersama, terlebih saat ini masyarakat semakin berfikir bahwa dengan kekayaan sumber daya alam mereka yang banyak bisa menjamin kemajuan negara, padahal tidak. Karena hakikatnya bangsa yang maju di tentukan oleh intelektual yang di milikinya.

Lebih jauh, santri memiliki peluang begitu besar untuk terjun langsung mengabdikan dirinya kepada Negera. Obat mujarab yang dapat meredam segala sakit yang tengah di ampu negeri akan mampu ditawarkan oleh sosok seorang santri. Keterlatihan jiwa dan spiritinya sejak berada di dunia pesantren tidak perlu diragukan lagi.

Banyak hal yang dapat ditawarkan kaum santri yang relevan dengan kebutuhan negara saat ini. Spirit hari santri sebagai bentuk memutar ulang ingatan bahwa zaman penjajah dahulu kiai dan para santri berada pada garda terdepan dalam merengkuh kemerdekaan Indonesia.

Maka kini, melalui kesadaran bersama kaum santri harus mulai bangkit membangun tatanan kenegeraan, budaya, ekonomi, dan Pendidikan demi memunculkan kembali warisan spirit yang telah di contoh kan oleh para pendahulu kaum santri. Santri secara sadar dan beralasan harus terus giat memperbaiki kualitas, kredibilitas dan elektabilitas.

Dengan dilantiknya Presiden Jokowi dan KH Ma’ruf ini, terlihat sudah betapa besar kekuatan kaum santri ini.

Sebagai orang yang masih merasa santri saya merasa ujung tombak harapan negeri ini berada di tangan kaum santri.

Tempaan Pendidikan pesantren yang penuh disiplin “niat mondok untuk mengaji dan membina akhlakuk karimah”, tentu akan senantiasa tertanam dalam diri seorang santri dimanapun bertempat.

Santri ibarat ujung tombak yang terus diasah dalam pesantren, begitu kuat komitmen dan kejujuran saat menancapkan dirinya pada kebutuhan negeri.

Penulis : Muhammad Afnani Alifian, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang, Alumni santri Pondok Pesantren Nurul Jadid,