Pos

FKO Nurul Jadid Peringati Hari Pahlawan dengan Istighatsah, Pertunjukkan dan Review Film

nuruljadid.net – Forum Komunikasi OSIS (FKO) Nurul Jadid memperingati Hari Pahlawan Nasional dengan mengadakan kegiatan Istighatsah, pertujukkan dan review film “Pahlawanku, Inspirasiku” kemarin kamis siang (11/11/2021) bersama pengurus OSIS dan OSIM yang berada di dalam lingkungan pesantren di Aula Mini Universitas Nurul Jadid (Unuja) Paiton Probolinggo.

Kegiatan dalam rangka memperingati hari pahlawan nasional ini diikuti hampir 100 peserta yang merupakan perwakilan pengurus OSIS yang terdiri dari SMA Nurul Jadid, MA Nurul Jadid, SMK Nurul Jadid, MAN 1 Probolinggo, SMP Nurul Jadid, MTs Nurul Jadid dan MTs N 1 Probolinggo.

Peringatan Hari Pahlawan Nasional merupakan moment bersejarah bagi bangsa Indonesia khsusunya santri, karena 10 November 1945 juga merupakan puncak dari resolusi jihad yang dicanangkan oleh Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari tanggal 22 Oktober 2021. Santri Bersama rakyat Indonesia berjuang dan berkorban mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan bangsa Indonesia.

(Peserta kegiatan terlihat dengan berdiri menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dalam rangka Peringatan Hari Pahlawan Nasional)

Untuk mengenang dan bentuk penghargaan kepada para pahlawan FKO Nurul Jadid melaksanakan Istighasah untuk Bersama santri mendoakan para pahlawan yang telah gugur di medan pertempuran. Selain itu juga, FKO Nurul Jadid menampilkan pertunjukan yang mengilustrasikan ghirroh perjuangan pendahulu dalam menghadapi penjajah dengan harapan santri masa kini dapat menginternalisasikan jiwa nasionalisme dan patriotisme dalam mengisi kemerdekaan dengan belajar dan berdampak untuk kemaslahatan Bersama.

Rangkaian kegiatan yang ditutup dengan review film “Pahlawanku Inspirasiku”. Nonton Bareng (Nobar) ini bertujuan agar santri dapat mengambil nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan para pahlawan yang telah gugur. Selepas nonton bareng, peserta diminta untuk mereview dan merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam film tersebut serta bagaimana upaya menerapkannya di era modern sekarang khususnya bagi kalangan santri yang sedang berada di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Wakil Kepala Bidang (Wakabid) Kelembagaan dan Peserta Didik dan Wakabid Kerukulum dan Penilaian Biro Pendidikan Nurul Jadid turut hadir mendampingi kegiatan yang dilaksanakan oleh FKO Nurul Jadid siang itu sepulang dari sekolah. Peserta mengikuti dengan khidmat dan sangat antusias karena kegiatan ini selain untuk menambah wawasan juga sebagai kegiatan refreshing santri dari rutinitas di pondok pesantren.

(Humas Infokom)

Kenang Perjuangan Pahlawan, Santri Nurul Jadid Tampilkan Teatrikal Kepahlawanan

nuruljadid.net – Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional Republik Indonesia, santri Pondok Pesantren Nurul Jadid merayakannya dengan beragam kegiatan salah satunya penampilan teatrikal atau drama. Santri sekaligus peserta didik SMP Nurul Jadid mengenang jasa para pejuang kemerdekaan dengan menampilkan kreativitas teatrikal kepahlawanan pada Hari Pahlawan Rabu (10/11) pagi.

Selain mengenang jasa para pejuang kemerdekaan melalui tawassul dan lantunan doa bersama, santri putri Nurul Jadid ini, memeriahkannya dengan menampilkan kreativitas berupa drama yang berkisah tentang perjuangan pahlawan, termasuk kaum santri di kala itu sebagai puncak resolusi jihad 22 Oktober 1945, dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di halaman SMP Nurul Jadid putri bersama guru-guru putri dan siswi lainnya.

Para siswi mulai memenuhi halaman SMP Nurul Jadid sejak pukul 08.00 WIB pasca pembacaan doa dan pembiasaan karakter baik. Dengan saksama mereka menikmati penampilan drama yang diperankan oleh perwakilan siswi berbakat SMP Nurul Jadid. Sorak dan apresiasi diberikan dan gemuruh tepuk tangan terdengar ramai ketika penampilan teatrikal dimulai menambah keseruan acara tersebut.

(siswi SMP Nurul Jadid menikmati penampilan  drama dalam memperingati hari pahlawan)

Dalam teatrikal tersebut, para pemeran berhasil menampilkan alur cerita yang sangat baik dan penuh dengan semangat patriotisme dalam bingkai nasionalisme. Penampilan yang mereka sajikan adalah sebuah ilustrasi tentang peristiwa penting yang melatarbelakangi, terjadinya pertempuran di Surabaya dalam melawan sekutu, di mana perang tersebut mencapai puncaknya pada tanggal 10 November 1945.

Penampilan tersebut sukses memikat perhatian para penonton hingga membuat semua yang hadir terkagum dan sangat menikmati penampilan serta alur cerita dalam penampilan drama tersebut hingga selesai.

(siswi SMP Nurul Jadid saat menampilkan teatrikal kepahlawanan tentang perjuangan para pahlawan terdahulu)

Pihak Sekolah sangat mendukung dan memfasilitasi para siswi untuk ambil bagian dalam peringatan hari pahlawan tahun ini. Sebab, sajian kreativitas bertema kepahlawanan ini, dirasa efektif untuk menggugah pemahaman sejarah, semangat nasionalisme dan mengasah bakat-bakat siswi di bidang non akademik.

Semangat perjuangan dari perintis kemerdekaan yang diilustrasikan dalam penampilan drama tersebut juga perlu diwariskan ke generasi muda dalam memperjuangkan Bangsa Indonesia. Terutama para santri yang sedang berjihad untuk mengaji dan membina akhlak di Pondok Pesantren. Karena musuh kita saat ini bukan lagi berperang melawan penjajah, namun melawan kemiskinan, melawan bencana, melawan kebodohan dan perjuangan untuk bisa bersaing dalam transformasi digital.

(Humas Infokom)

Hidupkan Semangat Santri, FKO Adakan Seminar Kebangsaan

nuruljadid.net – (Jum’at, 13/11) Forum Komunikasi Osis (FKO) Biro Pendidikan, Pondok Pesantren Nurul Jadid gelar Seminar Kebangsaan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan. Kegiatan yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB ini bertempat di Aula MA Nurul Jadid dengan mengangkat tema ‘Meneguhkan Ghiroh Nasionalisme Santri dalam Bingkai NKRI’.

Kegiatan yang diikuti sekitar 500 peserta putra dan putri PP Nurul Jadid ini menghadirkan K. Muhammad Imdad Rabbani sebagai narasumber dan Ust M. Alief Hidayatullah sebagai moderator. “Kebangsaan dan Keislaman adalah hal yang utuh dalam diri seorang santri, maka jangan sekali-kali memisahkan keduanya”, “Nilai Seseorang adalah apa yang bisa dilakukan untuk orang lain”, “Kita menjadi apa saja, lakukanlah yang terbaik karena itulah spirit perjuangan”. Beberapa pesan Gus Imdad dalam seminar tersebut.

“Tujuan diadakannya kegiatan ini ialah untuk membangkitkan kembali semangat nasionalisme santri dalam menjaga keutuhan NKRI” ungkap Aulia Lely Qurrota A’yun selaku Ketua Panitia. Ia juga menerangkan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan ketiga setelah sebelumnya berlangsung kegiatan istighosah dan lomba dramatisasi puisi.

Pemenang lomba dramatisasi puisi yang diraih oleh siswi SMA Nurul Jadid sebagai Juara Pertama, MA Nurul Jadid Juara kedua dan MAN 1 Probolinggo sebagai Juara ketiga telah diumumkan diawal seminar. Kemudian nobar (nonton bareng) sebagai penutup acara pada sore itu.

Pembagian Piala Penghargaan Pemenang Lomba Dramatisasi Puisi

“Saya sangat mengapresiasi acara ini karena walaupun adanya pandemi, setidaknya kita masih bisa memperingati hari pahlawan untuk menghargai jasa para pahlawan” kesan salah satu peserta seminar saat diwawancarai.

Pewarta: Kiki, Humairo

Lomba Dramatisasi Puisi Warnai Peringatan Hari Pahlawan di Nurul Jadid

nuruljadid.net- Momen Hari Pahlawan kali ini, Forum Komunikasi Osis (FKO) Pondok Pesantren Nurul Jadid turut membagi serangkaian kegiatan untuk santri Nurul Jadid. Hal ini  dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang tentu menyenangkan seperti lomba dramatisasi, istighosah, dan seminar kebangsaan.

Pada kali ini, Senin (10/11/2020) Lomba Dramatisasi Puisi berlangsung. Sebanyak 7 lembaga sekolah turut menampilkan penampilkan terbaik dari mereka pada lomba yang bertempat di depan Musholla dalem timur (daltim) ini. Lomba ini dimulai pada pukul 21.00 WIB dan berakhir pada pukul 23.30 WIB.

Delegasi SMK Nurul Jadid saat tampil dalam lomba Dramatisasi Puisi

Untuk pengumuman lomba, akan dibacakan saat acara Seminar Kebangsaan yang akan dilaksanakan pada Jum’at (13/11/2020).

“Acara ini diselenggarakan, tak lain tujuannya adalah untuk mengingatkan para santri bahwa dibalik merdekanya Bangsa Indonesia saat ini, terdapat perjuangan yang luar biasa dari para pahlawan yang rela mati-matian membela negeri. Insyaallah besok (11/10/2020) akan disusul kegiatan pembacaan istighosah bersama untuk para pahlawan di astah Pondok Pesantren Nurul Jadid,” jelas Nurul Fadilah, peserta FKO dari MAN 1 Probolinggo.

Pewarta: Humairo, Dewi

Mengenang Kembali Jasa Pahlawan

Malam itu saya berada di warung kopi yang biasa saya kunjungi. Dengan segala harap ingin menikmati kopi yang menggugah, saya pun berangkat ngopi. Tidak lama berselang, saya pun memesan kopi favorit saya. “kok ya dingin sekarang ya mas? Ah pas sekali saya ke sini” ujar saya sengaja membuka percakapan dengan pelayan warung itu. “Iya mas, seperti biasa pasti sepi jam-jam segini”. Seperti biasa pada jam 10 malam ke atas warung itu sepi pembeli. “ah ngopinya damai ya, apa lagi tugas-tugas kuliah pada rampung hehehe” saya mencoba menghiburnya yang tampak kelelahan. “Wah, bakalan damai nih mala mini. Untungnya kita bisa menikmati kopi dengan suasana damai mas”, “kenapa emang mas? Kan emang damai di sini”, “Aku sempet mikir mas, gimana orang jaman dulu waktu perang, kan gak sempet ngopi. Untunglah sekarang gak ada perang mas” ujarnya ke padaku. Percakapannya sedikit menggelitik pikiranku, seandainya kita hidup di zaman perjuangan para pendahulu, maka sulitlah kita untuk menikmati kopi hangat. Jangankan menikmati, menikmati aroma kopi yang baru diseduh pun sepertinya jarang, kalaupun bisa mungkin curi-curi di sela pengintaian para penjajah. Kurang lebih begitulah suasana yang tidak jauh berbeda jika kita gambarkan. Pertanyaannya ialah bisakah kita mempertahankan perjuangan pendahulu kita? Apa yang patut dilanjutkan perjuangan pendahulu? Saya yakin kita pasti paham apa yang harus dilakukan untuk melanjutkan perjuangan para pendahulu kita. Di sini, di tempat kita masing-masing, mari seduh kopi atau pun sejenisnya, mari mengenang kembali jasa-jasa para pahlawan pendahulu dan sekarang agar terpupuk kembali semangat juang yang mungkin sempat kendor.

Kembali pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya, Sutomo, lebih dikenal dengan Bung Tomo, membangkitkan semangat para penduduk Surabaya untuk melawan tentara inggris dan NICA-Belanda. Bisa kita dibayangkan bagaimana suasana kota pahlawan pada saat itu, terlebih lagi dengan tewasnya Bigadir Jendar Mallaby sebagi pemimpin pasukan inggris tewas ditangan salah satu pemuda Surabaya. Singkat cerita, dengan semangat yang berapi-api kota Surabaya pun dapat diambil alih kembali. Pahlawan memiliki perannya masing-masing sesuai dengan tuntutan zaman. Sama halnya dengan para guru kita terdahulu dan sekarang yang tak jemu-jemu untuk mengarahkan, mendidik serta mengingatkan kita untuk salalu berada di jalan yang benar. Mendidik dan membimbing bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dilakukan. Mengurus ribuan santri dengan watak yang berbeda, mengurus keluarga dan beliau sendiri merupakan hal yang sangat sulit dilakukan tanpa kesabaran yang amat tinggi. Bagaimana tidak, mengisi pengajian setiap harinya, menghadiri undangan lalu masih dengan urusan-urusan kompleks lain yang harus diselesaikan sudah menjadi tanggung jawab yang besar. Dengan ilmu yang telah diberikan, kita terbebas dari kebodohan dan terbekali nilai-nilai keislaman yang telah diajarkan. Profil orang-orang besar alumni PP. Nurul Jadid adalah salah satu keberhasilan beliau dalam mendidik kita sebagi santrinya. Kontribusinya tidak sebatas hanya di kalangan santri, tetapi juga terhadap masyarakat luas. Semenjak kedatangan Kh. Zaini Mun’im, peradaban masyarakat tanjung dan sekitarnya membuahkan hasil yang signifikan. Begitu banyak jasa para guru kita yang patut diapresiasi, diingat dan yang terpenting ialah dilanjutkan. Tongkat estafet haruslah berlanjut dan tidak semenah-menah terputus. Sebagai santri beliau, semangat juang yang telah dicontohkan haruslah dilestarikan. Mari merenungkan kembali apa yang telah beliau beian terhadap kita dan hal yang terpenting ialah bermanfaat ditengah masyarakat.

 

Oleh : Iqbal Al – fardi (Alumni LPBA PP. Nurul Jadid)

Cerpen : 我和英雄

“对于你这个为了一个充满意义”自由“的尖叫而牺牲了身体灵魂的国家战斗机。我们感谢你,因为你的汗水,因为你的血滴,为你所有的无私的牺牲,我们可以呼吸新鲜空气的自由。现在,我们的肩膀,国家的接班人肩上沉重的负担。我们能承受吗?我不知道

有一天,大都会中学的学生在学校跟着每周的仪式。

阿布拉:早上好,现在是典礼吧?

巴斯蒂安:呃,好像是这样,但是,如果埃芒是这个仪式,纪念巴东?

阿布拉:嗯,我们如果我们对教师阿贾克泰米尔语? 带着极大的好奇和表情,阿布拉的精神立刻传到了他的校园里的一位老师身上。

 阿布拉:早上好! (问候微笑)

老师:是啊,儿子,怎么了,有没有帮助尼萨母亲?

阿布拉:呃,像这样,现在阿曼的仪式是什么顺序?

老师:你不知道,现在是11月10日的英雄节(布阿斯点点头,阿布拉的眼睛睁大了)。

阿布拉:对不起,阿布拉忘了现在是一个非常重要的青年旗帜仪式 之后,阿布拉告诉所有学校的朋友们,在这次举行的国旗仪式中,因为每一次举行仪式,他们都随随便便地走着,而没有活下去。没有人会预料到这个仪式是戏剧性的。从一个声音嘶哑的行头领导开始,以调节混乱的混乱行列。升旗官员不得不尽最大努力撤回国旗,因为绳索超重,滑轮生锈。当祈祷的读者念念灵魂古兰经的圣经时,

结束突然爆炸的仪式参与者的呼喊 九点半左右,仪式结束了。一个半小时,他们站在阳光下,确实是热的,但没有人为了纪念那些愿意牺牲的英雄而昏过去了。瓦罗擦了擦脸上的汗滴。这次仪式充满了障碍 但是不是等待他的更重的障碍?荷兰人和日本人不再是敌人,不是英国人,也不是葡萄牙人,而是他们自己的国家。懒惰,傲慢,自卑,绝望,现在必须打。

典礼仪式结束后,学校院子里响起了回家的钟声。到家,阿布拉沉默片刻,做白日梦!然后询问并告诉他今天对祖父的感受。

 阿布拉:我记得他和祖父的记忆。有一次,我小的时候,爷爷把她带到他曾祖母的坟墓里。祖父曾经说过,他的曾祖父是一名资深的战士。阿布拉对英勇的英雄故事印象深刻,

问道:“爷爷,现在没有殖民者去打,怎么成为英雄?” 他的祖父笑了一下,用智慧的语言写下答案。

爷爷:“阿布拉”,(他的祖父轻轻说出他的小名字)“每个人都是英雄。父母是他们的儿女的英雄。为他的学生英雄的主人。英雄医生为他的病人…“。 如果阿布拉?“(阿布拉用一张好奇的脸打断了祖父的解释

他的祖父又笑了起来:“你是你自己的英雄。履行自己的职责,争取自己的权利,全心全意爱护这个国家。就是这样,够了“ 不知不觉中,阿布拉笑着对祖父的话说。他如何看待皱纹的面貌,如何重新听取国家英雄式的英雄故事,从Kapitan Pattimura抵抗的开始到独立后保卫国家的故事。 之后,他拿起一把差不多3米高的竹子,把祖父的红白旗子搭配在他家门前, 他盯着整齐地安在屋前的红白沙卡。国旗飘扬在蓝天和灿烂的阳光下。 慢慢地,他把右手举到眉毛上,向遗产旗帜致敬。他不在乎他身边的神奇人物或社会的面貌,因为他爱这个国家。

Terjemahan Bahasa Indonesia :

AKU DAN PAHLAWAN

Untukmu wahai pejuang bangsa, yang telah korbankan jiwa raga demi pekikan sebuah kata penuh makna ‘merdeka’. Kami ucapkan terima kasih, karena cucuran keringatmu, karena tetesan darahmu, karena segenap pengorbananmu yang tanpa pamrih, kami dapat menghirup segarnya udara kebebasan. Kini, beban berat di pundak kami, para penerus bangsa. Dapatkah kami memikulnya? Entahlah.

Suatu hari siswa-siswi di sekolah menengah pertama di tengah kota metropolitan  mengikuti kegiatan upacara mingguan di sekolah mereka.

Abra : Selamat Pagi, sekarang upacara ya ?

Bastian : Emmm sepertinya iya deh, tapi kalau emang iya, upacara kali ini memperingati pa dong ?

Abra : emmm gimana kita kalau kita tamyak ke guru-guru aja ?

Dengan sangat penasaran dan ekspresi semangat Abra langsung mendatangi salah satu guru di halaman sekolahnya.

Abra : buk, selamat pagi ! (Menyapa dengan penuh senyuman)

Bu Guru : Iya nak, ada apa, apakah ada yang nisa ibu bantu ?

Abra : Emmmm  begini bu, sekarang kan upacara emang dalam rangka apa bu ?

Bu Guru :  Masak Kamu nggk tahu, oalahhhh sekarang itu adalah hari pahlawan tanggal 10 november (Bu Asti mengangguk, sementara mata Abra langsung terbelalak.)

Abra :  maaf ya buk, Abra lupa bahwa sekarang adalah upacara bendera yang sangat penting bagi kalangan pemuda

Setelah itu abra memberitahu semua temen-temen sekolah untuk bersemangat dalam mengikuti upacara bendera kali ini, karna setiap uapacara bendera, mereka mengikutinya dengan biasa saja tanpa menghayatinya. Tak ada yang menyangka, upacara kali ini akan berlangsung dramatis. Diawali dengan salah satu pemimpin barisan yang suaranya sampai serak demi mengatur barisan yang kacau balau tak karuan. Dilanjutkan petugas pengibar bendera yang harus mengerahkan setiap tenaga demi menarik bendera karena talinya super berat dan katrolnya berkarat. Diakhiri tangisan peserta upacara yang meledak tiba-tiba saat pembaca do’a melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an penggugah jiwa

Sekitar pukul setengah sembilan, upacara usai. Satu setengah jam lamanya mereka berdiri diguyur sinar mentari, panas memang, tapi tak ada seorang pun yang pingsan demi mengenang jasa pahlawan yang telah rela berkorban. Varo mengusap tetes-tetes keringat yang membasahi wajahnya. Upacara kali ini benar-benar penuh rintangan

Tapi, bukankah rintangan yang lebih berat sedang menantinya? Bukan lagi Belanda dan Jepang yang jadi musuh, bukan pula Inggris dan Portugis, melainkan diri mereka, bangsa mereka sendiri. Rasa malas, kesombongan, rendah diri, rasa putus asa itulah yang kini harus diperangi.

Setelah uapacara selesai, dan bell tanda pulang sekolah pun terdengar seluruh halaman sekolah. Sampainya dirumah, Abra Diam sekejap dan  melamun !!  lalu bertanya dan menceritakan apa yang telah ia rasakan hari ini pada kakeknya.

Abra : Aku jadi teringat kenangannya dengan  kakek. Dulu, saat aku masih kecil, kakek mengajaknya ke makam  buyutnya. Kakek pernah bilang  buyutnya adalah veteran pejuang. Abra yang begitu terkagum-kagum dengan kisah-kisah heroik kepahlawanan lantas bertanya, “Kakek, sekarang kan sudah tidak ada penjajah yang harus dilawan, bagaimana caranya menjadi pahlawan?”

Kakeknya tersenyum sekilas, sebelum menyusun jawaban dalam kata-kata bijak.

Kakek : “Abra”, (kakeknya berujar lembut memanggil nama kecilnya) “Setiap orang itu pahlawan. Orang tua adalah pahlawan bagi putra-putri mereka. Guru pahlawan bagi murid-muridnya. Dokter pahlawan bagi pasiennya…”.

Kalau Abra?”, (Abra menyela penjelasan kakeknya dengan wajah penasaran

Kakeknya tersenyum lagi, “Kamu pahlawan bagi dirimu sendiri. Laksanakan kewajibanmu, perjuangkan hakmu, cintai negeri ini dengan sepenuh hati. Itu saja, sudah cukup”

Tak sadar, Abra tersenyum mengingat petuah-petuah kakeknya. Betapa ia rindu menatap wajah keriput itu, betapa ia ingin kembali mendengar kisah-kisah heroik pahlawan bangsa, dari mulai perlawanan Kapitan Pattimura hingga kisah mempertahankan negara setelah merdeka.

Setelah itu dia pun mengambil bambu yang tingginya hampir 3 meter dan memasangkan bendera merah putih milik kakeknya, dan mentancapkan di depan halam rumahnya,

Ditatapnya sang saka merah putih yang terpasang rapi depan rumah. Bendera itu berkibar-kibar ditiup angin, tampak begitu gagah dilatari langit biru dan matahari yang bersinar cerah.

Perlahan, ia angkat tangan kanannya ke depan alis, menghormat pada sang bendera pusaka. Ia tak peduli pada tatapan heran orang-orang ataupun masyrakat di sekitarnya karena ia cinta negeri ini.

 

Oleh : Abdul Haris (Siswa Kelas XII Unggulan Bahasa SMA Nurul Jadid)