Pos

Gus Hilman Terangkan Keistimewaan Muharram di Hari Asyura

berita.nuruljadid.net – Suasana pagi di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Ahad, 6 Juli 2025, terasa berbeda. Selepas subuh, gerombolan santri putra berbaris memenuhi ruang utama Masjid Jami’. Sementara santri putri berdatangan memadati langgar-langgar wilayah. Mereka datang untuk mengikuti istighosah hari Asyura dan menyimak tausiah keutamaan bulan Muharram dari Wakil Kepala Biro Kepesantrenan, Gus Muhammad Hilman Zidni Romzi.

Hari itu, 10 Muharram 1447 Hijriah adalah hari Asyura. Di depan ribuan santri, nasihat-nasihat mendengung dari mikrofon dan corong masjid, Gus Hilman mengajak santri merenungi keistimewaan bulan Muharram, tentang bulan yang menyimpan kesunnahan, bulan bersejarah, dan bulan penuh peluang ampunan.

“Ketika kita puasa Tasu’a, Allah menghapuskan dosa tahun lalu. Puasa Asyura, Allah hapus dosa tahun berikutnya,” ujar beliau, seraya mengutip sabda Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wa Sallam. Beliau menyampaikan wejangan seperti seorang ayah kepada anak-anaknya. Tenang, hangat, dan membatin.

Bagi Gus Hilman, keutamaan puasa Asyura bukan semata soal pahala. “Efeknya besar, salah satunya bisa menurunkan hawa nafsu,” tuturnya. Maka, Asyura bukan hanya puasa. Beliau juga menyebut daftar kesunnahan Asyura lainnya, seperti memperluas nafkah kepada keluarga, menyantuni anak yatim, membaca Surah Al-Ikhlas 1.000 kali, silaturrahmi, menjenguk orang sakit, bersedekah, mandi sunnah, bercelak, ziarah ke maqbarah ulama, dan mengelus kepala anak yatim.

Sontak santri tersenyum kecil saat Gus Hilman menyelipkan candaan khas pesantren. “Kalau masih ada santri yang tanya di mana maqbarah (astah) orang alim, berarti dia belum pernah ke astah,” ujarnya, mengacu pada kompleks pemakaman ulama di lingkungan pondok.

Di sela pengajian, Gus Hilman juga menyampaikan sejarah para nabi yang berkelindan dengan Muharram. Nabi Ibrahim diselamatkan dari api Namrud. Nabi Adam diterima tobatnya. Nabi Isa diangkat ke langit. Semua itu, katanya, bukan dongeng. Tapi bukti bahwa bulan ini menyimpan banyak keistimewaan.

Di akhir, Gus Hilman menutup dengan doa bersama memohon keberkahan dan keselamatan seluruh umat Islam, sekaligus keberkahan bagi santri. “Semoga seluruh santri Nurul Jadid diakui sebagai santri oleh pendiri pondok, K.H. Zaini Mun’im,” ucapnya lirih.

Selepas pengajian, kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan Surah Al-Ikhlas 1.000 kali secara berjamaah sejak pukul 08.25 WIB hingga 11.17 WIB. Suara bacaan serempak diikuti oleh santri memenuhi rongga-rongga masjid dan langgar wilayah.

Di Nurul Jadid, hari Asyura bukan sekadar ritual. Ia menjadi ruang temu antara tradisi, spiritualitas, dan sejarah para pendahulu. Dan di tengah semuanya, Gus Hilman mendenyutkan makna yang tak mau membiarkan bulan ini berlalu begitu saja pada santri.

 

Pewarta: Farhah Robbaniyah Izzah Dzikri
Editor: Ahmad Zainul Khofi